Langgam.id - Bencana gempa dan tsunami masih rentan terjadi di wilayah Sumatra Barat (Sumbar). Apalagi, daerah Minangkabau ini berada di patahan Megathrust Mentawai yang masih menyimpan energi pelepasan gempa. Meskipun siklusnya dalam kurun waktu 200-300 tahun.
Hal itu dipaparkan Sekertaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Harmensyah saat menggelar pertemuan dengan BPBD Sumbar, Selasa (1/10/2019).
“Kita tidak mengetahui kapan terjadi gempa. Tetapi gempa itu bisa terjadi kapan saja, maka kita mesti melakukan kesiapsiagaan bencana dari sekarang agar tidak banyak memakan korban," ujarnya.
Perlu ditanamkan dalam diri masyarakat Sumbar untuk tangguh bencana. Hal ini tidak saja di tataran pemprov Sumbar, namun harus mensosialisasikan hingga ke lapisan masyarakat terbawah.
“Keluarga harus tangguh bencana. Jika suatu waktu terjadi bencana di daerahnya, dia sudah mengetahui struktur penyelamatan dini. Cara ini dapat meminimalisir jatuhnya korban lebih banyak,” katanya.
Disamping itu, pemerintah daerah juga diajak untuk tidak gampang saja memberikan izin pendirian bangunan, terutama di kawasan-kawasan yang terpetakan rawan bencana.
“Gedung bangunan publik apat dijadikan sebagai fasilitas pendukung penanggulangan bencana. Siapkan MoU bersama seperti di Bali yang hotel dan bangunan publik telah memiliki shelter,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Sumbar Erman Rahman mengatakan, pihaknya terus memberikan pengetahuan mitigasi bencana, sosialisasi dan pelatihan relawan kebencanaan di daerah rawan.
"Kita di daerah bencana hidup di tengah ketakutan tidaklah baik. Dengan memberikan mitigasi bencana maka masyarakat akan merasa sangat nyaman," katanya. (*/ICA)