Strategi Kampanye Pilkada ala Sutradara Iklan

Pegal-pegal karena Pileg masih terasa di badan. Penat-penat karena Pilpres belum hilang. Kini Pilkada, telah tiba pula. Siapapun yang terlibat Pilkada, harus siap lahir dan batin.

Pilkada 2024 digelar serentak di 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Melibatkan pemilih lebih dari 207 juta jiwa. Menelan anggaran buat KPU dan Bawaslu 37,39 triliun rupiah. Sedangkan waktu kampanye resmi cuma 60 hari saja. Bagaimana strateginya agar menang Pilkada?

Semua paslon. Semua parpol pengusung. Sudah pasti, punya strategi. Punya cara, merebut hati massa. Begitu pula semua konsultan politik, tim pemenangan, tim sukses, relawan, 'anak randai', dan 'alap-alap'. Tentu sudah menyusun rencana kerja untuk menang Pilkada. Apakah strateginya jitu dan efektif? Pembuktiannya nanti. Setelah 27 November 2024. Selepas pemungutan suara.

Meski begitu, ada sebuah strategi kampanye kontemporer yang menarik disimak dan dipraktikkan. Strategi itu bernama "perception engineer". Penemunya adalah seorang sutradara iklan terkenal di Indonesia. Namanya, Irfan Asy'ari Sudirman Wahid alias Gus Ipang Wahid.

Ipang Wahid merupakan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy'ari. Ayah Ipang Wahid, yakni DR. H. Salahuddin Wahid, adalah adik dari mantan Presiden RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sedangkan ibu Ipang Wahid, yakni Farida Salahuddin Wahid, anak dari mantan Menteri Agama, Profesor KH Saifuddin Zuhri.

Bila kita pernah melihat iklan "RCTI Oke" atau iklan "SCTV, Satu Untuk Semua", sutradaranya adalah Ipang Wahid. Begitu pula dengan branding "Gemoy" dalam kampanye Prabowo-Gibran di Pilpres lalu. Itu juga diciptakan Ipang Wahid. Saya beruntung. Di pengujung Agustus lalu yang riuh karena kontestasi pencalonan Pilkada, dapat bertemu dan dapat ilmu dari Mas Ipang Wahid.

Kami bertemu di Golkar Institute: Sekolah Pemerintahan dan Kebijakan Publik milik DPP Partai Golkar. Saya menjadi peserta Young Political Leader (YPL) Batch-16 yang digelar Golkar Institute. Sedangkan Mas Ipang Wahid menjadi pemateri sesi "Refleksi Pemilu 2024 dan Strategi Kampanye Politik Kontemporer".

Mas Ipang Wahid, dekat dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Dekat pula dengan Presiden Joko Widodo. Saat, Pak Airlangga masih menjabat Ketum Partai Golkar, dan berjalan-jalan dengan Presiden Jokowi ke Puncak, Bogor, Mas Ipang Wahid menemani. Dari sana, lahirlah iklan Partai Golkar untuk Pileg 2024.

Iklan itu, suka tak suka, telah memberi coattail effect, terhadap perolehan suara Partai Golkar di basis-basis masa pendukung fanatik Presiden Jokowi. Namun, tentu saja, iklan Partai Golkar dan Airlangga bersama Jokowi, tak strategis di daerah tertentu di Indonesia. "Karenanya, bikin iklan, perlu basis data," kata Mas Ipang Wahid.

Meski dekat dengan Partai Golkar, tapi Mas Ipang Wahid dan lembaganya, Ipang Wahid Stratejik, tetap profesional. Dalam Rakernas PAN Agustus lalu, Ipang Wahid diminta menyiapkan video yang ditampilkan lewat layar kongres. "Saya dipikir sudah nyebrang ke PAN. Karena sudah pakai baju biru pula di Kongres PAN," guyon Ipang Wahid.

Tentu saja, Mas Ipang Wahid, tidak sekedar menyampaikan guyonan. Jebolan Institute Kesenian Jakarta dan The Art Institute of Seattle, Amerika Serikat itu menegaskan, penampilan bisa menimbulkan persepsi. Dan komunikasi politik itu adalah seni mengemas persepsi.

"Dalam hal ini, benar atau salah akan ditentukan oleh siapa yang berhasil dalam membentuk persepsinya. Kalau kita tak membranding diri kita, maka orang lainlah yang akan melakukan penilaian. Sesuai tafsir mereka masing-masing," kata Mas Ipang Wahid.

Lalu, Mas Ipang Wahid pun berbagi ilmu tentang strategi kampanye kontemporer di Indonesia. Dia bandingkan Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019, dan Pemilu 2024. Dia paparkan pula strategi komunikasinya. Dia jelaskan dengan detail soal conventional campaign dan participative campaign .

Terakhir, Mas Ipang Wahid menjelaskan soal apa yang disebutnya dengan "perception engineering". Lengkap dengan tiga pilarnya: strategy, content , dan distribution . Tentu disertai pula dengan formulanya. Yang disebut Mas Ipang Wahid sebagai "massive data scraping all platforms".

Bila dibentang, tulisan ini masih bisa panjang. Karena kaji yang diberikan Mas Ipang Wahid kepada peserta forum akademik Golkar Institute terbilang "best seller". Kaji Mas Ipang Wahid bukan sekedar teori. Tapi sudah diuji dan teruji.

Mas Ipang Wahid, sutradara iklan itu bukanlah satu-satunya pengajar di Golkar Institute yang berbagai ilmu soal strategi kampanye. Ada pemateri lain, seperti Dr Gun Gun Widianto dan penulis Iwan Setyawan yang bercerita soal komunikasi politik dan pemasaran dalam politik.

Banyak ilmu yang diberikan. Tak hanya soal pentingnya "komitmen", "konsistensi", dan "karakter". Tapi juga terselip pesan, bahwa dunia telah berlari kencang.

Dunia politik dan strategi komunikasi, semakin maju dan bertransformasi. Siapa yang bisa maju dan bertranformasi, niscaya memenangkan Pilkada 2024.

Untuk maju dan bertransformasi, butuh tim yang cerdas, pekerja keras, dan tulus pasang badan. Bukan tim yang "asal bapak senang". Tapi tak siap menerima "pembaharuan". Bukan tim kerja yang lakunya bak "katak dalam tempurung". Merasa hebat. Padahal tak hebat-hebat amat. (*)

M Fajar Rillah Vesky, Anggota DPRD Limapuluh Kota

Baca Juga

Ketua KPU Sumbar, Surya Efitrimen mengungkapkan bahwa ada 56 pasangan calon (paslon) kepala daerah di Sumatra Barat untuk Pemilihan
Ini 56 Pasangan Calon Kepala Daerah se-Sumbar di Pilkada 2024
Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar, Andre Rosiade mengumumkan pasangan Ramadhani Kirana Putra sebagai bakal calon Wali Kota Kota Solok dan Suryadi Nurdal sebagai bakal calon Wakil Wali
Gerindra dan NasDem Usung Dhani-Suryadi di Pilwako Solok
Partai Gerindra dan PKS akhirnya resmi mengusung pasangan Mahyeldi Ansharullah dan Vasko Ruseimy pada Pilgub Sumbar 2024 nanti.
Andre Rosiade: Mahyeldi-Vasko Tepat untuk Sumbar dan Akan Memenangkan Pilkada
Pengamat Politik Universitas Andalas (Unand), Prof Asrinaldi mengatakan, preferensi atau pertimbangan masyarakat dalam memilih Capres berbeda
Pilgub: Kotak Kosong atau Head to Head?
Tingkatkan Partisipasi Pemilih, KPU Padang Gandeng Ormas dan OKP
Tingkatkan Partisipasi Pemilih, KPU Padang Gandeng Ormas dan OKP
Gagasan mencari kepala daerah yang dapat melobi pemerintah pusat merupakan gagasan demokrasi yang sesat, atau defisit demokrasi kata ilmuan
Antara Kehendak Rakyat dan Kehendak Pusat