Pilkada Sumbar sepertinya akan diikuti oleh dua pasang calon, yaitu Mahyeldi Ansharullah-Vasko Ruseimy yang akan berhadapan dengan Epyardi Asda-Ekos Albar. Belum adanya calon lain yang maju dalam kontestasi Pilkada pada bulan November mendatang membangun keyakinan publik bahwa kontestasi dua pasang calon ini akan berlangsung ketat.
Sebagai petahana jelas Mahyeldi memiliki keunggulan dibandingkan Epyardi, terutama akses dan kendali pada kekuasaan yang ada di tangannya sebagai gubernur saat ini.
Namun demikian, bukan berarti calon non-petahana tidak memiliki kesempatan mengembangkan sumber dayanya untuk bisa menang. Tinggal bagaimana calon non-petahana, yaitu Epyardi-Ekos menyusun strategi dalam Pilkada serentak ini.
Memetakan Kekuatan
Bagaimana memetakan kekuatan kedua pasang yang akan bertanding dalam Pilkada serentak mendatang? Siapa yang unggul dari dua pasang ini? Jika dilihat kedua pasang calon yang bertanding, tentu ada kekuatan dan kelemahan masing-masing. Misalnya, selain sebagai calon petahana, Mahyeldi Ansarullah memiliki kader partai yang militan di akar rumput.
Kerja politik yang dilakukan kader PKS ini sangat sistematis dan terstruktur dengan kemampuan persuasi mereka dalam meyakinkan masyarakat untuk memilih calon. Di samping itu, mereka bekerja tidak bergantung pada pembiayaan yang disediakan pasangan calon, apalagi partai politik mereka. Ini sedikit berbeda dengan kader partai politik lain yang sangat bergantung pada logistik dan pembiayaan di lapangan.
Selain itu, Mahyeldi juga dipasangkan dengan kader muda Partai Gerindra yang mulai mendapat perhatian masyarakat Sumatera Barat. Pasalnya, Vasko juga sudah dikenal sebagai calon anggota legislatif dari Partai Gerindra yang mengikuti Pemilu 2024 yang lalu dari Dapil 1 Sumatera Barat. Walaupun belum terpilih, namun diyakini pemilihnya masih loyal kepada Vasko. Apalagi dengan dukungan logistik yang kuat dari Partai Gerindra, tentu akan memudahkan relawan dan mesin partai politik bekerja untuk memenangkan pasangan ini.
Selain PKS, Partai Gerindra termasuk partai yang kuat di Sumatera Barat dengan dukungan konstituennya yang hampir merata di semua kabupaten/kota di Sumatera Barat. Kekuatan ini tentu akan melengkapi dukungan yang sudah diberikan kader PKS yang cukup kuat di daerah perkotaan. Sementara, Gerindra juga menguasai suara pemilih di beberapa kabupaten di Sumatera Barat yang menyumbang pada perolehan suara pasangan ini.
Sementara, Epyardi yang didukung oleh PAN juga diyakini memiliki jaringan pemilih yang luas karena rekam jejaknya yang pernah menjadi anggota DPR. Ini terbukti dengan dukungan yang diberikan masyarakat kepada putrinya Athari Gauthi yang terpilih untuk kedua kalinya sebagai anggota DPR pada Pemilu 2024 yang lalu.
Kekuatan Epyardi ini dapat dipetakan di beberapa kabupaten/kota seperti Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kota Solok, Sijunjung, Tanah Datar dan Dharmasraya. Tentu jaringan dukungan ini akan terus diperluas, terutama di daerah yang memiliki pemilih yang banyak seperti Kota Padang, Agam dan Pesisir Selatan.
Dukungan masyarakat kepada Epyardi ini akan dilengkapi oleh tokoh muda Ekos Albar yang menjadi calon wakil gubernurnya. Diketahui Ekos juga memiliki basis pendukung yang tidak boleh diabaikan, terutama di daerah Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Bahkan posisinya sebagai Wakil Walikota Padang selama setahun lebih telah berhasil menarik simpati warga Kota Padang yang dipimpinnya.
Modal politik ini diyakini akan menambah kekuatan pasangan Epyardi-Ekos di Kota Padang memang menjadi daerah pertempuran yang sangat menentukan dalam pemilihan gubernur/wakil gubernur nantinya. Apalagi jumlah pemilih di Kota Padang ini paling banyak di Sumatera Barat, yaitu 666.138 pemilih sehingga akan menjadi rebutan kedua pasangan calon gubernur/wakil gubernur.
Tujuan Head to Head
Jika dirunut pembicaraan yang terjadi di kalangan elite partai politik dan tokoh informal di Sumatera Barat setiap Pilkada, mereka memang menginginkan terjadinya kontestasi yang hanya diikuti oleh dua pasang calon saja.
Tujuannya adalah agar dukungan masyarakat kepada calon gubernur/wakil gubernur ini tidak terpolarisasi sehingga sulit membuktikan siapa yang benar-benar mendapatkan dukungan kuat dari publik Sumatera Barat. Karena calon kepala daerah yang memperoleh suara melebihi 50% plus satu, maka akan memenangkan Pilkada.
Alasan lainnya adalah hanya dengan menghadirkan dua pasanga calon kepala darah saja dapat menyaingi kedigdayaan PKS dalam tiga Pilkada terakhir. Sedikit banyaknya catatan sejarah Pilkada di Sumbar ini membuat partai politik lain yang mengusung pasangan calon kepala daerahnya harus hati-hati untuk mengusung calon kepala daerahnya. Karena pengalaman menunjukan harus ada figur kepala daerah yang kuat agar bisa memenangkan Pilkada ini dan diskenariokan dengan cara head to head. Walaupun begitu, kalau pun skenario head to head dijalankan, sebenarnya PKS juga pernah memenangkan pemilihan gubernur/wakil gubernur dengan skenario ini pada tahun 2015.
Belajar dari pengalaman head to head pada Pilkada 2015, kekalahan partai koalisi mengalahkan petahana yang juga dari PKS pada waktu itu karena lemahnya impresi politik calon gubernur/wakil gubernur sebagai penantang yang dapat meyakinkan masyarakat.
Singkatnya, sepanjang figur pasangan kepala daerah yang dicalonkan memiliki impresi politik yang kuat di mata masyarakat, tentu dukungan politik akan mengalir kepada mereka. Jadi yang dibutuhkan sekarang ini adalah kekuatan figur penantang yang harus benar-benar memiliki impresi politik yang unggul atau setidaknya sama dengan calon petahana. Dengan demikian, persaingan ketat akan terjadi di antara mereka. Sebaliknya, jika impresi politik calon kepala daerah penantang ini tidak lebih baik, maka dukungan akan tetap mengalir ke petahana pada Pilkada tersebut.
Harus ada upaya maksimal yang dilakukan oleh tim pemenangan untuk membangun citra Epyardi-Ekos menjadi positif sehingga masyarakat yakin untuk memilih mereka sebagai pengganti Mahyeldi. Sejauh ini, yang terlihat, upaya itu sudah dilakukan walaupun belum dapat dikatakan maksimal.
Walaupun begitu, tentu pasangan Mahyeldi-Vasko juga akan mempertahankan dukungan masyarakat kepada mereka agar tidak berpindah. Apalagi pemilihan tinggal tiga bulan lagi tentu harus ada cara khusus lain yang dilakukan oleh masing-masing tim pemenangan agar bisa memenangkan Pilkada ini.***
Dosen Ilmu Politik FISIP UNAND