Semen Padang FC, Pengalaman Kasta Kedua Hingga Tur Sumbar

Semen Padang FC, Pengalaman Kasta Kedua Hingga Tur Sumbar

Skuad Kabau Sirah saat bermain di Limapuluh Kota dalam rangkaian Tur Sumbar. (Foto: semenpadangfc.co.id)

Langgam.id - Sepanjang perjalanannya, Semen Padang Football Club (SPFC) pernah tiga kali berada di kasta kedua. Pertama, saat baru berdiri di 1980. SPFC, yang waktu itu bernama PS Semen Padang, bermain di Divisi 1 Galatama.

Dua tahun kemudian, SPFC naik kelas. Menginggalkan jejak sebagai juara kompetisi Divisi 1. Skuad saat itu dilatih Jenniwardin. Di antara pemain yang menghiasi prestasi itu adalah Syafrianto Rusli, yang kemudian hari ikut kembali menaikkan gengsi SPFC sebagai pelatih.

Pancaroba kompetisi yang dikelola PSSI tidak membuat Kabau Sirah goyah. Mereka bertahan. Pernah juara Wilayah Barat. Pernah mencicipi Piala Galatama. Pernah pula hampir terdegradasi.

Namun, posisi itu hanya bisa bertahan 22 tahun. Untuk pertama kalinya, pada 2004, degradasi melanda klub di Bukit Karang Putih Indarung ini.

Lampiran Gambar

S. Metron

Selama dua musim pula, SPFC berkutat. Sengkarutnya bentuk kompetisi, manajemen yang mulai cekcok, pelatih yang tiap sebentar bertukar, ditengarai sebagai sebab lamanya SPFC di kasta kedua.

Dari sisi pemain, Arcan Iurie Anatolievici, pelatih waktu itu, berpendapat, yang jadi persoalan besar adalah mental. Makanya, di musim 2009/2010, ia membenahi habis-habisan sisi ini. Usaha itu terlihat jelas saat play-off dengan Persiram Raja Empat di Stadion Manahan Solo.

Kedua tim sama-sama kelelahan setelah memainkan pertandingan sebelumnya dalam waktu berdekatan. Stadion juga dalam kondisi buruk. Namun, Arcan memompa semangat pemainnya di ruang ganti. Plus, keinginan untuk memberikan kado terindah untuk seabad PT Semen Padang terus bergaung.

Striker waktu itu, Edward Wilson Junior dijaga ketat. Ia sering dilanggar karena pergerakannya selalu memberikan alarm bahaya. Titik kulminasinya terjadi pada menit 80. Pemain Persiram, Kubay Qudiyan, melanggar pemain asal Liberia itu di kotak penalti. Edward langsung menjadi algojo dan kembali mengantarkan SPFC ke lever tertinggi untuk musim 2010/2011.

Entah kenapa, Arcan menolak untuk melatih skuad Kabau Sirah di musim selanjutnya itu. Tongkat kepelatihan diserahkan kepada Nil Maizar. Peristiwa itu berangsung dramatis di sebuah restoran di Padang. Awalnya, semua media massa yang hadir menyangka jumpa pers kali itu hanyalah penegasan pelatih asal Moldova itu sebagai pelatih.

Tim menjadi stabil. Nil didukung Suhatman Iman sebagai direktur teknik sekaligus mentor di dalam dan luar lapangan. Bahkan ketika Nil dihibahkan ke tim nasional dan diganti Jafri Sastra, Kabau Sirah tetap bertaji. Saat transisi, Suhatman mengambil alih dan memenangi Liga Primer Indonesia. Kompetisi resmi PSSI dan menjadi satu-satunya gelar yang dimiliki SPFC.

Namun, itu hanya bertahan 7 tahun. Di musim 2017, SPFC kembali terdegradasi. Sempat mengawali kompetisi di puncak klasemen di minggu ketiga, di akhir musim mendapati posisi ke-16.

Ada yang menyebut, kejatuhan itu diawali oleh dihukumnya juru gedor SPFC, Marcel Sacramento selama 6 pertandingan. Kemudian, ada yang beranggapan Nil Maizar sudah kehabisan cara untuk memanfaatkan kekuatan Vendry Mofu, Irsyad Maulana, dll. Akibatnya, ini analisis ketiga, terlambatnya manajemen memindahkan kursi kepelatihan dari Nil ke Syafrianto.

Masalah mental kembali mengapung. Terlalu lama berada di zona degradasi membuat para pemain kehilangan kosentrasi bahkan cenderung frustasi. Namun, isu lain tak dapat dilengahkan; match fixing. Dan dari kasat mata, SPFC adalah tim yang paling banyak dirugikan.

Tidak seperti pendahulunya, Syafrianto hanya membutuhkan satu musim untuk kembali membawa SPFC ke level sebenarnya. Walau, isu pengaturan skor melanda, terutama saat melawan Persita di semifinal. Rinold Thamrin (CEO SPFC) sudah membantahnya.

Syafrianto mengarungi Liga 2 dengan materi pemain ‘dalam negeri’. Meski begitu, ia mampu menjuarai Wilayah Barat dan berada di runner-up setelah dikalahkan PSS Sleman di final. Dan kembali isu pengaturan skor terjadi. Kali ini melanda PSS.

Yang menjadi pertanyaan, apakah dengan cepatnya SPFC kembali ke Liga Super akan similar dengan prestasi yang diraih saat SPFC kembali dari degradasi di 2010?

Tentu kita mesti menunggu kesimpulannya saat kompetisi usai. Namun, setidaknya kita bisa meraba dari Piala Presiden hingga Tur Sumbar yang baru saja usai.

Nil membawa skuad 2010 dengan kedalaman cukup. Tim yang dibawanya sudah bermain setidaknya semusim sebelumnya. Di sisi lain Syafrianto mesti merombak timnya habis-habisan. Membuang hampir separuh penggawa di musim sebelumnya dan mengonta-ganti pemain asing agar pas dengan kuota.

Ujian pertama datang dari Piala Presiden. Di ajang ini, prestasi SPFC tidak buruk amat. Pernah runner-up dan meraih semifinal. Tapi, Syafrianto datang dengan tim yang timpang. Belum ada koordinasi yang jelas. Wajar, karena pemain baru dan Syafrianto mesti ‘bagi badan’ dengan kursus kepelatihan yang diambilnya.

Dua kali kalah, satu kali menang serta satu seri dengan Timnas U-23 (dilaksanakan saat jeda turnamen) bukanlah hasil yang jelek. 7 gol berhasil diciptakan dengan kemasukan 8 gol. Namun dari gol-gol itu masih banyak lewat aksi individu. Lihat saja gol Mildo Victor Juffo, Irsyad Maulana, dan Dedi Hartono di Piala Presiden.

Terus ke Tur Sumbar, jelas, SPFC menyapu bersih seluruh pertandingan. Memasukkan 16 gol dan berhasil tanpa kebobolan. Lawan yang dihadapi tentu tak sebanding dengan Piala Presiden. Tetapi, untuk mempertajam alur serangan, ini cukup berhasil.

Banyak gol tercipta dari tengah. Marcio Barcia, Dedi Hartono, Rudi mampu menyuplai bola yang setidaknya mampu menghadirkan peluang.

Tur ini, seperti yang disebutkan Wellyansyah, memang hanya memindahkan ruang latihan. Ia mengakui pola serangan sudah bisa berjalan. Pertahanan lah yang perlu mendapat perhatian.

Perkembangan yang ditunggu adalah uji coba berikutnya. Tur Jawa, begitu manajemen menjanjikan. Meski sampai sekarang, lawan yang diinginkan belum didapatkan.

Setelah itu, kita bisa melihat apakah tim ini bisa, setidaknya, mendekati target 5 besar yang dipancang manajemen. Semoga. (S. Metron)

Baca Juga

Laga Semen Padang FC vs Dewa United berakhir 2-0 Jumat, (15/08/2025) di Stadion Haji Agus Salim. Foto Arif Pribadi/Langgam
Klasemen Super League, Semen Padang FC Peringkat 11
Laga Semen Padang FC vs Dewa United berakhir 2-0 Jumat, (15/08/2025) di Stadion Haji Agus Salim. Foto Arif Pribadi/Langgam
Klasemen Super League, Semen Padang FC Duduki Peringkat 10
Laga Semen Padang FC vs Dewa United berakhir 2-0 Jumat, (15/08/2025) di Stadion Haji Agus Salim. Foto Arif Pribadi/Langgam
Pelatih Dewa United: Semen Padang FC Kini Tim yang Berbeda
Semen Padang FC Vs Dewa United, Drama Dua Gol di Perpanjangan Waktu
Semen Padang FC Vs Dewa United, Drama Dua Gol di Perpanjangan Waktu
Semen Padang FC mulai memperkenalkan pemain asing baru untuk memperkuat tim guna mengarungi putaran kedua BRI Liga 1 musim 2024/2025.
Filipe Chaby dan Bruno Gomes Bawa Semen Padang FC Menang atas Dewa United
Hasil babak pertama Semen Padang FC menghadapi Dewa United pada pekan kedua liga Super League musim 2025/2026, Jumat (15/08/2025 berakhir 0-0
Gol Bruno Gomez Dianulir Wasit, Babak Pertama Semen Padang Lawan Dewa United 0-0