Sekolah Dasar di Australia: Tanpa PR dan Buku

Sekolah Dasar di Australia: Tanpa PR dan Buku

Donny Syofyan, S.S., Dippl. PA., M.HRM., M.A. (Foto: Dok. Pribadi)

Saya ingin berbagai sekilas tentang pendidikan dasar di Australia. Ini berdasarkan pengalaman kedua anak saya. Putra saya kini tengah mengecap bangku sekolah dasar, tepatnya kelas 4 SD, adapun putri saya sudah beajar di kelas 7 (SMP). Tulisan ini hanya fokus pada sekolah dasar. Pendidikan di Australia dimulai dari TK dan persiapan pada usia lima hingga enam tahun. Nama setiap tahap sekolah bervariasi, tergantung negara bagian atau teritori masing-masing.

Berdasarkan kesepakatan antar negara bagian atau teritori, para siswa menempuh pendidikan sekitar 13 tahun sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Di Indonesia, anak-anak bersekolah dari usia 6 hingga 18 tahun, yang meliputi tahap sekolah dasar dan menengah. Jika kita membandingkan kurikulum sekolah di Australia dengan kurikulum di Indonesia atau negara-negara para imigran lainnya, kita bakal menemukan perbedaan besar, baik dalam materi maupun proses belajar mengajarnya.

Kurikulum di Indonesia dan negara-negara Arab sangat mengandalkan hafalan dengan kurikulum yang ketat setiap tahun. Siswa harus belajar, mengikuti ujian dan lulus demi memenuhi syarat untuk naik kelas. Oleh karena itu, para siswa di Indonesia dan Timur Tengah memiliki pengetahuan yang lebih baik dan luas tentang kebudayaan secara umum.

Ini berbeda dengan kurikulum Australia yang didasarkan pada pemahaman dan budaya kehidupan sehari-hari. Ini memberikan para peserta didik ruang yang cukup, jauh dari tekanan, dan peluang mengembangkan keterampilan diri.

Salah satu referensi resmi pertama yang membantu para mahasiswa internasional  dan migran untuk memilih sekolah di Australia adalah Myschool, yang memberikan informasi tentang semua sekolah, terutama literasi siswa dan hasil tes matematika. Ini dikenal sebagai tes Naplan. Metode mengevaluasi sekolah dan mengklasifikasikannya secara nasional adalah salah satu perbedaan yang ditemuai warga asing dibandingkan dengan negara asal mereka.

Ujian Naplan tidak dimaksudkan untuk menjadi penilaian kompetensi sekolah di Australia. Sebaliknya, ujian ini berfungsi untuk memberikan penilaian tingkat atau kemampuan siswa. Tetapi bagi sementara orang tua, Naplan telah menjadi cara untuk mengevaluasi sekolah secara akademis. Ketika banyak orang tua berkewarganegaraan asing memilih menempatkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah yang ketat secara akademis, warga Australia tidak memandang cara penilaian seperti itu.

Seusai mengetahui tingkat akademik sekolah lewat Naplan, para orang tua atau wali murid, khususnya para imigran, kerap kali menghadapi persoalan yang relatif membingungkan: apakah memilih sekolah negeri atau swasta untuk anak-anak mereka? Bagi mereka yang berasal dari Asia, termasuk Indonesia, pilihan ini cukup dilematis sebab sekolah umum kerap membagikan informasi atau hal-hal yang masih dianggap tabu kepada siswa, semisal isu LGBTQ. Karena itu, tidak jarang orang tua Muslim mendaftarkan anak-anak mereka di sekolah Katolik karena tidak tersedianya sekolah Islam di mana mereka berdomisili.

Sebuah studi baru di Australia menunjukkan bahwa 30% anak-anak dan 40% remaja memilih sekolah swasta. Biaya sekolah sangat bervariasi, tergantung pada jenis sekolah swasta dan berbagai sektor yang dikelolanya. Orang tua murid merasakan mereka diperlakukan sebagai klien di sekolah swasta, sebab mereka membayar ribuan dolar agar anak-anak mereka bisa sekolah di sini. Mereka memiliki harapan besar dari sekolah yang mereka inginkan. Sementara, sekolah umum tidak memberi kesempatan luas atau mengakomodasi ekspektasi orang tua murid sebab mereka sudah punya pakem sendiri sesuai dengan aturan pendidikan di negara bagian atau teritori masing-masing. Statistik terbaru menunjukkan bahwa orang tua murid percaya bahwa sekolah swasta di Australia akan memberikan pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak mereka, dan akan mempersiapkan mereka untuk sukses dalam hidup, meski belum ada bukti konklusif atas klaim ini.

Hal yang paling mengejutkan bagi banyak orang tua dari negara-negara asing adalah metode pengajaran di tingkat dasar. Tidak ada buku wajib, program, dan silabus untuk setiap semester. Banyak wali murid yang tidak tahu atau paham bagaimana mendukung anak-anak mereka untuk belajar di rumah, kecuali mereka pergi ke sekolah dan bertanya kepada guru tentang topik yang dibahas minggu ini di kelas, sehingga mereka dapat menindaklanjutinya di rumah dari bahan-bahan lain atau eksternal.

Komunikasi antara orang tua dan para guru sangat sedikit dan jarang secara fisik. Pola komunikasi lebih memanfaatkan pola-pola digital. Sebagai misal, sekolah dasar di mana putra saya sekolah menggunakan aplikasi Seesaw, sementara sekolah menengah tempat putri saya belajar memakai aplikasi Compass. Lewat aplikasi ini, orang tua bisa memantau kegiatan anak mereka di sekolah, termasuk foto-foto mereka. Yang paling membedakan sekolah di Australia dan Indonesia adalah bahwa sekolah dasar di Australia menerapkan kebijakan tiada PR (No Home Work Policy), sesuatu yang kontras dibandingkan dengan sekolah-sekolah di Indonesia, negara-negara Arab, Asia Selatan bahkan Afrika yang terbiasa dengan materi pendidikan yang ketat dan intens.

Sekolah-sekolah di Australia memiliki peran penting dalam membangun harmoni budaya antara budaya di Australia mengingat posisi Australia sebagai negara tujuan para imigran. Kurikulum Australia menekankan untuk mengajar siswa tentang budaya First Nations, yakni masyarakat pribumi Australia, Aborigin. Kaum imigran mendapat manfaat dari pendekatan ini. Mereka menemukan sesuatu yang baru saat mempelajarinya lewat anak-anak mereka. Pada gilirannya, mempromosikan pendidikan tentang First Nations di Australia membantu siswa mengembangkan pemahaman mereka tentang perbedaan budaya dan menghormati keragaman budaya Australia.

*Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Baca Juga

SMAN 7 Padang Raih Penghargaan Adiwiyata Nasional
SMAN 7 Padang Raih Penghargaan Adiwiyata Nasional
Pemkab Solsel Targetkan Beri Seragam Gratis untuk Semua Tingkatan Sekolah
Pemkab Solsel Targetkan Beri Seragam Gratis untuk Semua Tingkatan Sekolah
Pemerintah membuka pendaftaran sekolah kedinasan tahun 2024 di delapan kementerian/lembaga. Ada total 3.445 formasi yang dibuka
8 Instansi Buka Seleksi Sekolah Kedinasan 2024, Tersedia 3.445 Formasi
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Padang masih membuka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk SMP negeri.
Ini 4 Jalur Masuk PPDB SD dan SMP Negeri di Padang 2024
Daulat Insitute Sukses Laksanakan Program Kampanye Sekolah Sehat di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Daulat Insitute Sukses Laksanakan Program Kampanye Sekolah Sehat di Kabupaten Kepulauan Mentawai
TK Barunawati Teluk Bayur Padang Ajak Murid Mencintai Batik
TK Barunawati Teluk Bayur Padang Ajak Murid Mencintai Batik