Sejarah dan Eksistensi Surau Buya Lubuak Landua

Sejarah dan Eksistensi Surau Buya Lubuak Landua

Akbar Nasution. (Foto: Dok. Pribadi)

Daerah lubuak Landua pastinya sudah tak asing lagi di dengar, terutama masyarakat Sumatra Barat. daerah yang berlokasi di jorong lubuak Landua nagari Aua Kuniang, kecamatan Pasaman,kabupaten Pasaman barat ini, memang terkenal dengan ikan larangan yang sampai saat ini masih terjaga.

Namun, selain wisata ikan larangan yang mengundang banyak wisatawan dari luar daerah, lubuak Landua juga memiliki salah satu surau tertua di Pasaman Barat yang dipimpin oleh Buya Lubuak Landua, berdiri sejak masa Buya Lubuak Landua pertama pada 1921, dan menjadi salah satu tempat sentra religius yang yang dipilih ratusan jamaah dari berbagai daerah di Indonesia untuk melaksanakan suluak setiap tahunnya.

Nama Buya Lubuak landua sendiri merupakan sebuah gelar yang diberikan kepada pengganti Buya di Lubuak Landua, yang diambil dari keturunan atau keluarga terdekat Buya sebelumnya, Buya inilah nanti yang menjadi pembimbing bagi yang melaksanakan suluak, tempat bertanya dan meminta nasehat bagi masyarakat Lubuak Landua dan dari berbagai daerah lainnya.

Jamaah yang melaksanakan suluak di Surau Buya adalah jamaah yang berasal dari daerah-daerah di seluruh Indonesia dan ada ratusan jamaah yang datang setiap tahunnya untuk melaksanakan suluak terutama pada bulan ramadhan, biasanya sepuluh hari sebelum ramadhan jamaah yang ingin melaksanakan suluak sudah berdatangan ke Surau Buya.

Suluak merupakan jalan atau upaya mendekatkan diri kepada Allah memperbanyak ibadah dan zikir, berdiam diri di masjid dengan mengurung diri di tempat yang berukuran kecil yang ditutupi kain agar lebih khusuk dalam menjalankan suluak.

Suluak yang dilaksanakan di Surau Buya pada umumnya sama dengan suluak yang dilakukan di masjid atau surau lain, namun Surau Buya lubuak landur memahami tarekat Naksabandiah yang menjadi ajaran dari Buya pertama. Meskipun bertarekat Naksabandiah Surau Buya tetap menerima Jamaah manapun yang ingin suluak di surau Buya.

Di bawah bimbingan Buya Lubuak landua nantinya para jamaah yang suluak akan diajarkan zikir-zikir dan doa-doa yang sesuai dengan ajaran dari buya-buya Lubuak Landua terdahulu dan nanti biasanya para jamaah yang suluak akan ziarah ke makam Buya.

Makam Buya yang terletak di bawah bagian depan surau menjadi salah satu tempat yang selalu dikunjungi jamaah yang melaksanakan suluak dan umat muslim di seluruh Indonesia. Jamaah yang ziarah ke makam Buya nantinya akan dibimbing langsung oleh Buya Lubuak Landua untuk masuk dan melihat makam dari Buya yang pertama sampai yang ke-lima.

Surau yang didirikan Buya Lubuak Landua I, yakni Syekh Maulana Muhammad Basyir sejak 1921 ini masih kokoh, dinding dan lantai serta tiang -tiang surau yang terbuat dari kayu masih berdiri kuat dan menjadi salah satu daya tarik bagi para jamaah yang menginginkan suasana masjid zaman dahulu

Suasana masjid yang masih terjaga, dakwah dari buya pertama sampai buya yang ke enam masih dipertahankan, nilai-nilai budaya norma dan dakwah masih di jaga dan dilestarikan merupakan alasan banyaknya umat muslim yang memiliki suluak di Surau Buya ini.

Syekh Muhammad Basyir yang juga sebagai perintis adanya ikan larangan di sungai Lubuak Landua, wafat tahun 1921 dalam usia 122 tahun yang selanjutnya kepemimpinan surau Buya dilanjutkan putra beliau yakni Buya Lubuak Landua II atau Syekh Muhammad Amin.

kepemimpinan Buya lubuk landua II hanya berlangsung selama lima tahunkarena pada tahun 1927 Syekh Lubuak Landua II meninggal dunia dan kemudian diteruskan oleh Syekh Abdul Majid Khalidi yang menjadi Syek Lubuak Landua selama kurang lebih 57 tahun, karena tahun 1984 beliau di panggil Allah SWT.

Setelah syekh Abdul Majid Khalidi kepemimpinan Buya Lubuak Landua diberikan kepada adiknya yakni Syech Abdul Jabar. Namun kepemimpin beliau hanya lebih kurang sekitar 7 tahun sebelum wafat pada tahun 1991.
kepemimpinan surau dilanjutkan oleh Buya Bahri hingga tahun 2008, dan kemudian Buya Lubuak landua diamanahkan kepada Syekh Mustafa Kamal selama 11 tahun.

setelah Buya syekh mustafa Kamal wafat sampai saat ini kepemimpinan Buya Lubuak landua dilanjutkan oleh Khalifah labay nuzirman.

Dibawah kepemimpinan Khalifah Labay Nuzirman yang saat ini menjadi penerus Buya yang ke enam, ajaran-ajaran dari Buya terdahulu masih sangat dipertahankan. Buya-buya yang diyakini memiliki karomah dari Allah SWT banyak dikunjungi masyarakat baik dari dalam maupun luar daerah untuk meminta nasehat kepada Buya.

*Penulis: Akbar Nasution (Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Imam Bonjol)

Baca Juga

Operasi Tangkap Tangan (OTT) telah menjadi instrumen yang sangat efektif dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Meski demikian,
OTT Itu Penting: Sebuah Bantahan untuk Capim KPK Johanis Tanak
Pada tahun 2024 ini pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan digelar di 10.846 tempat pemungutan suara (TPS) dengan jumlah pemilih
Menolak Politik Uang: Menjaga Integritas Demokrasi di Sumatra Barat
Konsep multiverse atau "alam semesta jamak" telah lama menarik perhatian ilmuwan dan filsuf sebagai cara untuk memahami potensi keberadaan
Multiverse: Dimensi Paralel dalam Sains dan Budaya Populer
Pasaman Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatra Barat, dikenal dengan keberagaman etnis dan budayanya. Wilayah ini dihuni oleh
Romantisme Asimilasi di Pasaman Barat
Indak karambia amak ang ko do..!" Ungkapan dalam bahasa Minang itu pernah terlontar dari Bapak Republik ini kepada kolonial Belanda yang saat
Amarah Tan Malaka: Umpatan dalam Bahasa Minang kepada Kolonial Belanda
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad berkembang di tengah masyarakat Arab Jahiliah yang akidah dan moralnya sangat rusak, sehingga
Kejayaan Ilmu Pengetahuan Islam: Inspirasi dari Masa Lalu untuk Kebangkitan Masa Kini