Rasa Arsitektur Rumah Adat di Masjid Gadang Balai Nan Duo

Rasa Arsitektur Rumah Adat di Masjid Gadang Balai Nan Duo

Masjid Gadang Balai Nan Duo di Payakumbuh. (Foto: BPCB Sumbar/kemendikbud.go.id)

Langgam.id - Masjid Gadang terletak di Kelurahan Balai Nan Duo, Koto Nan IV, Kota Payakumbuh. Secara administratif, masjid ini berada di Kecamatan Payakumbuh Barat, hanya sekitar 50 meter dari jalan raya Payakumbuh menuju Kota Bukittinggi.

Masjid Gadang Balai Nan Duo, menurut Abdul Baqir Zein dalam Bukunya 'Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia' (1999) didirikan pada 1840. Itu artinya, masjid berdiri sekitar dua tahun setelah berakhirnya Perang Padri.

Menurut Zein, pembangunan masjid digagas oleh Tuanku Chedoh (atau ada juga yang menyebut Sutan Chedoh). "Ia merupakan seorang penghulu yang ditunjuk oleh Pemerintahan Belanda untuk menjadi regent di daerah Payakumbuh," tulisnya.

A.B Datuk Rajo Basa, salah satu pengurus Masjid yang diwawancarai pada Januari 2015 menyebutkan, masjid ini didirikan dengan cara gotong royong. Berdiri di atas tanah waqaf dari Datuk Sinaro Kayo (Suku Bodi) dan Datuk Rajo Mantiko Alam (Suku Simabua).

Muslim Syam dalam 'Masjid Gadang Koto Nan Empat' (1984) menulis, gotong royong itu diikuti oleh seluruh suku yang ada di nagari Koto Nan Ampek. Karena itu kemudian, masjid ini kelak berfungsi sebagai masjid nagari yang difungsikan oleh masyarakat Koto Nan Ampek.

Masjid Gadang Balai Nan Duo memiliki atap yang yang bertumpang tiga (3 undakan). Dahulunya atap masjid ini menggunakan bahan dengan material ijuk. Kini, sudah berganti dengan seng.

Bagian pinggir dari atap mesjid ini mengingatkan pada bentuk pinggir atap Rumah Gadang. Ada lekukan pada bagian tengahnya. Lekukan yang senada dengan dinding masjid.

Lekukan yang ada pada atap ini merupakan pengaruh dari arsitektur rumah gadang. Hal ini diperkirakan dengan pembangunan rumah gadang Tuanku Chedoh yang juga ikut memprakarsai pendirian masjid ini.

Untuk undakannya mengacu pada kebudayaan yang ada di Nusantara sebelum datangnya Islam, yaitu punden berundak.

Y. Dt. Panghulu Rajo Nan Hitam, pimpinan adat setempat yang diwawancarai pada Januari 2015 menyebutkan, kebudayaan yang berkembang sebelum Islam tidak bisa dipisahkan dari adat, sebab adat sudah terlebih dahulu ada di Minangkabau sebelum Islam. "Lekukan pada atap maknanya mengacu pada cara bicara orang Minangkabau, yaitu muluik manih kucindan murah," katanya.

Ada 45 tiang yang menopang bangunan masjid, ditambah dengan satu tiang utama atau tunggak tuo.

Menurut A.B Datuk Rajo Basa, tunggak tuo masjid ini sengaja diambil dari luar wilayah Koto Nan Ampek yang didatangkan dari rimba di bagian selatan Koto Nan Ampek. "Kayu tersebut dibawa dengan cara dihanyutkan di alirang Batang Agam, kemudian baru dibawa secara bersama-sama ke daerah Balai Nan Duo, tempat dimana masjid akan didirikan."

Pada tiang yang mengelilingi tunggak tuo terdapat ukiran sebagai penyambung antara satu tiang dengan tiang yang lainnya. Ukirannya berbentuk floral yang didominasi oleh dedaunan dan bunga. Tidak diketahui pasti nama dari ukiran yang ada di masjid ini.

Mihrab masjid ini berada di sisi timur dengan bangunan dengan ukuran lebih kurang 1x6 meter. Di bagian barat masjid, tepatnya disebelah kanan mihrab terdapat sebuah makam tua yang diperkirakan sebagai makam Regent Payakumbuh yang juga sebagai pelopor pendirian masjid ini, yaitu Tuanku Chedoh. Di dalam mihrab terdapat sebuah mimbar yang biasa digunakan sebagai tempat berdirinya khatib

Masjid ini memiliki 20 jendela dengan dua daun pada tiap-tiap jendelanya. Pada bagian utara dan selatan atau sisi kiri dan kanan masjid masing-masingnya terdapat lima jendela. Pada bagian barat atau depan masjid terdapat empat jendela. Di sisi kiri dan kanan mihrab terdapat dua jendela, sedangkan empat jendela lagi terdapat di bagian timur atau belakang masjid.

Pada bagian ini juga terdapat pintu masuk yang terdiri dari dua. Antara kedua pintu ini dipisahkan oleh sebuah tiang.

Masjid Gadang Balai Nan Duo terletak sekitar 200 meter dari Rumah Gadang Balai Nan Duo. Keduanya didirikan oleh Sutan Chedoh setelah diangkat menjadi regent. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dalam situs resminya mencatat, rumah gadang tersebut dahulunya disebut istana regent.

Dalam catatan BPCB, bangunan masjid berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 17,6 meter x 17,9 meter. Berada dalam areal seluas 45,5 m x 43 m.
Di dalam masjid terdapat beberapa ukiran. Ukiran-ukiran tersebut berupa ukiran dengan motif floral dan tidak diketahui pasti nama motif ukiran tersebut. Bukan seperti ukiran Minangkabau.

Namun, arsitektur rumah gadang sangat berpengaruh pada bangunan masjid. Selain bentuk atap yang mepunyai lekukan, posisi dinding bangunannya menyerupai posisi dinding rumah gadang yang miring. Pengaruh lainnya adalah bentuk lantai masjid yang meyerupai panggung.

Secara keseluruhan, bentuk arsitektur masjid terpengaruh oleh rumah gadang. Bisa jadi juga karena pembangunanya seiring dengan rumah gadang Balai Nan Duo dan Balai adat Nagari Koto Nan Ampek. (Syahrul Rahmat/HM)

Baca Juga

Langgam.id - Rombongan pelancong yang terdiri dari arsitek, akademisi serta peneliti berkujung dan mengagumi arsitektur Masjid Asasi.
Pelancong Asal Malaysia Ingin Bangun Masjid Bak Masjid Asasi di Negeri Sembilan
Berita terbaru dan terkini hari ini: Masjid Agung Nurul Islam Sawahlunto awalnya adalah PTLU dan sempat dijadikan pabrik perakitan senjata.
Sejarah Berdirinya Masjid Nurul Islam Sawahlunto, dari PLTU hingga Pabrik Perakitan Senjata
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Masjid Al-Imam Koto Baru hingga saat ini masih menyimpan puluhan Kitab Kuning atau Kitab Gundul.
Uniknya Masjid Raya Al-Imam Koto Baru yang Juga Miliki Puluhan Kitab Kuning
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Masjid Tuanku Pamansiangan merupakan salah satu masjid tertua di Minangkabau.
Mengenal Masjid Tuanku Pamansiangan, Peninggalan Salah Satu Tokoh Harimau Nan Salapan
Perang Paderi Pasaman dan Tarekat Naqsyabandiyah, masjid tua sipisang
Mengenal Masjid Tua Sipisang, dari Mitos Hingga Tempat Suluknya Jemaah Naqsyabandiyah
Sejarah Masjid Nurul Falah
Sejarah Berdirinya Masjid Nurul Falah di Mesir Van Andalas