• Masuk
  • Daftar
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Langgam.id
  • BERITA
  • KHAS
  • PALANTA
  • KOLOM
  • BERITA
  • KHAS
  • PALANTA
  • KOLOM
Langgam.id
Home Khas

Rasa Arsitektur Rumah Adat di Masjid Gadang Balai Nan Duo

Redaksi
19/05/2019 | 16:48 WIB
A A
Masjid Gadang Balai Nan Duo di Payakumbuh. (Foto: BPCB Sumbar/kemendikbud.go.id)

Masjid Gadang Balai Nan Duo di Payakumbuh. (Foto: BPCB Sumbar/kemendikbud.go.id)

Langgam.id – Masjid Gadang terletak di Kelurahan Balai Nan Duo, Koto Nan IV, Kota Payakumbuh. Secara administratif, masjid ini berada di Kecamatan Payakumbuh Barat, hanya sekitar 50 meter dari jalan raya Payakumbuh menuju Kota Bukittinggi.

Masjid Gadang Balai Nan Duo, menurut Abdul Baqir Zein dalam Bukunya ‘Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia’ (1999) didirikan pada 1840. Itu artinya, masjid berdiri sekitar dua tahun setelah berakhirnya Perang Padri.

Baca Juga

Sejarah Berdirinya Masjid Nurul Islam Sawahlunto, dari PLTU hingga Pabrik Perakitan Senjata

Uniknya Masjid Raya Al-Imam Koto Baru yang Juga Miliki Puluhan Kitab Kuning

Menurut Zein, pembangunan masjid digagas oleh Tuanku Chedoh (atau ada juga yang menyebut Sutan Chedoh). “Ia merupakan seorang penghulu yang ditunjuk oleh Pemerintahan Belanda untuk menjadi regent di daerah Payakumbuh,” tulisnya.

A.B Datuk Rajo Basa, salah satu pengurus Masjid yang diwawancarai pada Januari 2015 menyebutkan, masjid ini didirikan dengan cara gotong royong. Berdiri di atas tanah waqaf dari Datuk Sinaro Kayo (Suku Bodi) dan Datuk Rajo Mantiko Alam (Suku Simabua).

Muslim Syam dalam ‘Masjid Gadang Koto Nan Empat’ (1984) menulis, gotong royong itu diikuti oleh seluruh suku yang ada di nagari Koto Nan Ampek. Karena itu kemudian, masjid ini kelak berfungsi sebagai masjid nagari yang difungsikan oleh masyarakat Koto Nan Ampek.

Masjid Gadang Balai Nan Duo memiliki atap yang yang bertumpang tiga (3 undakan). Dahulunya atap masjid ini menggunakan bahan dengan material ijuk. Kini, sudah berganti dengan seng.

Bagian pinggir dari atap mesjid ini mengingatkan pada bentuk pinggir atap Rumah Gadang. Ada lekukan pada bagian tengahnya. Lekukan yang senada dengan dinding masjid.

Lekukan yang ada pada atap ini merupakan pengaruh dari arsitektur rumah gadang. Hal ini diperkirakan dengan pembangunan rumah gadang Tuanku Chedoh yang juga ikut memprakarsai pendirian masjid ini.

Untuk undakannya mengacu pada kebudayaan yang ada di Nusantara sebelum datangnya Islam, yaitu punden berundak.

Y. Dt. Panghulu Rajo Nan Hitam, pimpinan adat setempat yang diwawancarai pada Januari 2015 menyebutkan, kebudayaan yang berkembang sebelum Islam tidak bisa dipisahkan dari adat, sebab adat sudah terlebih dahulu ada di Minangkabau sebelum Islam. “Lekukan pada atap maknanya mengacu pada cara bicara orang Minangkabau, yaitu muluik manih kucindan murah,” katanya.

Ada 45 tiang yang menopang bangunan masjid, ditambah dengan satu tiang utama atau tunggak tuo.

Menurut A.B Datuk Rajo Basa, tunggak tuo masjid ini sengaja diambil dari luar wilayah Koto Nan Ampek yang didatangkan dari rimba di bagian selatan Koto Nan Ampek. “Kayu tersebut dibawa dengan cara dihanyutkan di alirang Batang Agam, kemudian baru dibawa secara bersama-sama ke daerah Balai Nan Duo, tempat dimana masjid akan didirikan.”

Pada tiang yang mengelilingi tunggak tuo terdapat ukiran sebagai penyambung antara satu tiang dengan tiang yang lainnya. Ukirannya berbentuk floral yang didominasi oleh dedaunan dan bunga. Tidak diketahui pasti nama dari ukiran yang ada di masjid ini.

Mihrab masjid ini berada di sisi timur dengan bangunan dengan ukuran lebih kurang 1×6 meter. Di bagian barat masjid, tepatnya disebelah kanan mihrab terdapat sebuah makam tua yang diperkirakan sebagai makam Regent Payakumbuh yang juga sebagai pelopor pendirian masjid ini, yaitu Tuanku Chedoh. Di dalam mihrab terdapat sebuah mimbar yang biasa digunakan sebagai tempat berdirinya khatib

Masjid ini memiliki 20 jendela dengan dua daun pada tiap-tiap jendelanya. Pada bagian utara dan selatan atau sisi kiri dan kanan masjid masing-masingnya terdapat lima jendela. Pada bagian barat atau depan masjid terdapat empat jendela. Di sisi kiri dan kanan mihrab terdapat dua jendela, sedangkan empat jendela lagi terdapat di bagian timur atau belakang masjid.

Pada bagian ini juga terdapat pintu masuk yang terdiri dari dua. Antara kedua pintu ini dipisahkan oleh sebuah tiang.

Masjid Gadang Balai Nan Duo terletak sekitar 200 meter dari Rumah Gadang Balai Nan Duo. Keduanya didirikan oleh Sutan Chedoh setelah diangkat menjadi regent. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dalam situs resminya mencatat, rumah gadang tersebut dahulunya disebut istana regent.

Dalam catatan BPCB, bangunan masjid berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 17,6 meter x 17,9 meter. Berada dalam areal seluas 45,5 m x 43 m.
Di dalam masjid terdapat beberapa ukiran. Ukiran-ukiran tersebut berupa ukiran dengan motif floral dan tidak diketahui pasti nama motif ukiran tersebut. Bukan seperti ukiran Minangkabau.

Namun, arsitektur rumah gadang sangat berpengaruh pada bangunan masjid. Selain bentuk atap yang mepunyai lekukan, posisi dinding bangunannya menyerupai posisi dinding rumah gadang yang miring. Pengaruh lainnya adalah bentuk lantai masjid yang meyerupai panggung.

Secara keseluruhan, bentuk arsitektur masjid terpengaruh oleh rumah gadang. Bisa jadi juga karena pembangunanya seiring dengan rumah gadang Balai Nan Duo dan Balai adat Nagari Koto Nan Ampek. (Syahrul Rahmat/HM)

Tags: Masjid Tua Minangkabau
Bagikan25TweetKirim

Baca Juga

Ilustrasi - Istana presiden di Yogyakarta. (Foto: perpusnas.go.id)

Menyoal Kepres SU 1 Maret, Keliru Fakta Sejarah Hingga Tak Sebut PDRI

10/03/2022 | 15:00 WIB
Peta deformasi bentuk lahan sebagai akibat dari pengaruh aktivitas sesar aktif, Ungkap M. Lumbanbatu, menggarisbawahi sesar Talamau di utara Gunung Talamau menjalar ke sisi barat. Foto: tangkapan layar publikasi ilmiah Ungkap M. Lumbanbatu berjudul Morfogenetik Daerah Lubuk Sikaping Provinsi Sumatra Barat, terbitan Geo-Sciences, JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009.

Segmen Talamau, Patahan yang Telah Terpetakan

04/03/2022 | 13:31 WIB
Berita Padang – berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: 225 tahun lalu,gGempa berkekuatan M8,4 yang bersinambung tsunami, dengan dampak yang besar saat itu; bukan saja Padang, melainkan juga sebagian besar wilayah pantai barat Sumatra.

Menyelami Dahsyatnya Tsunami 1797 Padang, Ikhtiar Menghadapi Ancaman Mentawai Megathrust

11/02/2022 | 20:33 WIB
Lembar 29 dan 30 Naskah Tanjung Tanah. (Foto: Tim Uli Kozok 2002)

Kenduri Sko Tanjung Tanah, Naskah Melayu Tertua

06/02/2022 | 12:29 WIB

Discussion about this post

Terpopuler

Bangunan bekas pabrik obat di Sitinjau Lauik hanya beroperasi selama 9 bulan. Bangunan yang berdirinya 1988 itu juga disebut angker.

Menyinggahi Bangunan Bekas Pabrik Obat di Sitinjau Lauik: Terbengkalai, Terkenal Angker

27/05/2022 | 10:03 WIB

Semen Padang FC Datangkan Striker Naturalisasi Asal Paraguay Silvio Escobar

27/05/2022 | 17:15 WIB

Profil Silvio Escobar, Juru Gedor Anyar Semen Padang FC

28/05/2022 | 08:49 WIB
Wali Nagari di Solok yang Berbuat Asusila hingga Video Beredar Dicopot

Wali Nagari di Solok yang Berbuat Asusila hingga Video Beredar Dicopot

25/05/2022 | 13:15 WIB
Langgam.id- Kiper asal Sumbar Teja Paku Alam Jadi Pemain Terbaik Liga 1 Versi APPI

Target Lolos ke Liga 1, SPFC Ajak Irsyad Maulana dan Teja Paku Alam Kembali ke Padang

26/05/2022 | 10:26 WIB
Langgam.id

Berita  •  Khas  •  Palanta  •  Kolom

Ikuti Kami

Copyright 2019-2021 PT. Langgam Digital Nusantara | All rights reserved.

Tentang  •  Kerjasama & Iklan  •  Pedoman Media Siber  •  Ketentuan Privasi  •  Indeks 

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • BERITA
  • KHAS
  • PALANTA
  • KOLOM
  • Masuk
  • Daftar

Copyright 2021 PT. Langgam Digital Nusantara | All rights reserved.

Selamat datang

Silakan masuk ke akun anda

Forgotten Password? Daftar

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In