Langgam.id – Payakumbuh Poetry Festival (PPF) kembali digelar tahun ini. Memasuki tahun keenam penyelenggaraannya, PPF 2025 mengusung tema “Antar Dunia dalam Puisi”. Festival yang akan berlangsung pada 27–29 November mendatang ini menghadirkan berbagai program, mulai dari sayembara manuskrip puisi, lokakarya dan diskusi, hingga pertunjukan puisi bunyi serta puisi visual.
Direktur PPF, Roby Satria, menjelaskan bahwa tema tersebut mengajak publik merayakan puisi sebagai ruang pertemuan antara berbagai bentuk seni dan pengalaman budaya. “Puisi tidak hanya hadir sebagai teks, tetapi juga bisa menjelma menjadi suara, gambar, gerak, atau pertunjukan. Melalui lintasan antar medium ini, puisi membuka kemungkinan baru bagi cara kita merasakan dan mengekspresikan dunia,” ujarnya, Rabu (12/11/2025).
Roby menambahkan, tema “Antar Dunia dalam Puisi” juga menyoroti pertemuan antara beragam pengalaman budaya, di mana bahasa, latar, dan tradisi yang berbeda saling bertukar makna. “Tema ini menjadi jalan untuk memahami bahwa setiap puisi membawa dunia lain yang bisa kita masuki bersama,” katanya.
Dari seluruh rangkaian kegiatan, sayembara manuskrip puisi menjadi salah satu program utama yang digelar bersama Manajemen Talenta Nasional Bidang Sastra. Tahap penjurian telah selesai dengan menetapkan lima manuskrip terbaik dan lima manuskrip terpilih dari penyair berbagai daerah di Indonesia. Dewan juri terdiri dari Gusti tf, Inggit Putria Marga, dan Raudal Tanjung Banua.
Lima manuskrip terbaik diraih oleh Adriansyah Subekti (Banyumas), Polanco Surya Achri (Yogyakarta), Badrul Munir Chair (Grobogan), Dandri Hendika (Solok Selatan), dan Arif Purnama Putra (Padang). Sementara lima manuskrip terpilih diperoleh Andreas Mazland (Riau), Galeh Pramudita Arianto (Tangerang Selatan), Mohammad Habibi (Sumenep), Wawan Kurniawan (Soppeng), dan Bima Yusra (Lampung).
Para penyair terpilih akan difasilitasi mengikuti program pendampingan bersama lima sastrawan Indonesia. Mereka juga dijadwalkan berbagi pengalaman dengan siswa di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota selama festival berlangsung.
PPF dikenal sebagai festival sastra yang berfokus pada khazanah puisi Indonesia, tidak hanya sebagai karya sastra, tetapi juga sebagai sumber inspirasi lintas seni. Melalui berbagai kegiatan, PPF berupaya menjadikan puisi sebagai sarana pembelajaran, dialog budaya, serta upaya memperkaya kehidupan bersama.
Festival ini juga menjadi ruang kolaborasi antara komunitas seni, pegiat budaya, dan masyarakat dari berbagai latar. Tahun ini, penyelenggaraan PPF mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan.
“Kami berharap PPF dapat menjadi medium transformasi puisi agar semakin dekat dengan masyarakat,” ujar Roby.






