Langgam.id - Bupati Pesisir Selatan, Rusma Yul Anwar secara simbolis melakukan peletakkan batu pertama Plaza Timbulun hari Senin (14/8) kemarin di Painan Timur Kecamatan IV Jurai.
Rusma mengatakan tujuan pembangunan objek wisata baru ini adalah untuk membuat objek wisata Air Terjun timbulun ini menjadi kawasan yang aman dan nyaman bagi pengunjung. Selain itu, menciptakan kawasan objek wisata baru di Pesisir Selatan yang diharapkan terkoneksi langsung dengan objek wisata Pantai Carocok Painan. Tujuan akhirnya tentu saja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya kota Painan.
Pembangunan Plaza Timbulun merupakan perpaduan wisata air dengan ekowisata. Dengan luas lahan 4,4 yang pembangunannya dibagi ke dalam 4 segmen di dataran air terjun Timbulun, segmen pertama (bantaran rendah atau pinggiran), Segmen kedua perbukitan sebelah kiri memiliki keunikan (dibangun 1000 tangga menuju puncak glass bridge (jembatan kaca), segmen ketiga (pembangunan agrowisata - glass bridge). Segmen keempat adalah wahana air sungai, dimulai dari air terjun timbulun sampai dengan sepanjang aliran sungai (kolam renang, jembatan penyeberangan, dan wahana air lainnya).
Mencuplik berita.pesisirselatankab.go.id, pembangunan ini salah satu bentuk perwujudan menjalankan misi pembangunan jangka menengah daerah tahun 2021-2026 Pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan. Pariwisata menjadi salah satu bagian dari misi tersebut yakni pada misi ke-4 “Mewujudkan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai daerah tujuan wisata yang nyaman dan berkesan.”
Selain itu juga berhubungan dengan misi ke-2 “Memperkuat kemandirian ekonomi dengan mendorong sektor potensi dan unggulan daerah.” Jika melihat dari perspektif pariwisata Pembangunan Plaza Timbulun adalah salah satu cerminan kedua misi tersebut.
Mengapa demikian?
Pertama, dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata saat ini, dibutuhkan 3 aspek utama yang perlu menjadi perhatian. Aksesibilitas, amenitas, dan atraksi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik suatu destinasi wisata. Ini merujuk pada elemen-elemen yang dapat mempengaruhi pengalaman wisatawan dan potensi suatu tempat untuk menarik wisatawan.
Aksesibilitas mengacu pada seberapa mudahnya tempat wisata tersebut dapat diakses oleh wisatawan. Pengunjung untuk berwisata. Faktor-faktor seperti infrastruktur jalan, transportasi publik, bandara, stasiun kereta, dan jalur penerbangan yang tersedia dapat memengaruhi seberapa mudah wisatawan dapat mencapai tujuan wisata. Destinasi yang mudah diakses lebih mungkin menarik lebih banyak wisatawan karena kenyamanan perjalanan.
Amenitas adalah fasilitas dan layanan yang tersedia di destinasi wisata untuk memenuhi kebutuhan dan kenyamanan wisatawan. Ini termasuk akomodasi (hotel, penginapan), restoran, tempat rekreasi, toko suvenir, dan fasilitas kesehatan. Destinasi yang menyediakan beragam amenitas akan lebih menarik bagi wisatawan karena mereka dapat merasa lebih nyaman dan terlayani dengan baik selama perjalanan mereka.
Atraksi pariwisata terdiri dari tiga jenis yaitu alam, buatan, dan budaya. Atraksi alam seperti pantai, pegunungan, dan taman nasional menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang mencari ketenangan dan keindahan alam. Atraksi buatan seperti taman hiburan, museum, dan gedung-gedung bersejarah juga menarik minat wisatawan. Sedangkan atraksi budaya seperti festival, acara musik, dan pameran seni menampilkan keanekaragaman budaya yang ada di Pesisir Selatan ini.
Adalah menjadi penting untuk memahami bahwa faktor-faktor ini saling terkait dan dapat berdampak pada keseluruhan pengalaman wisatawan. Destinasi wisata yang memiliki aksesibilitas baik, amenitas lengkap, dan kelembagaan yang kuat cenderung memiliki daya tarik yang lebih besar bagi wisatawan. Seiring dengan itu, promosi yang baik dan perhatian terhadap pengelolaan berkelanjutan juga merupakan aspek penting dalam menarik dan mempertahankan minat wisatawan. Masyarakat diajak untuk terlibat dalam promosi destinasi wisata mereka sendiri. Dengan demikian, mereka memiliki peran aktif dalam mengundang wisatawan dan mengembangkan pariwisata.
Ketiga aspek tersebut sedang dalam tahap pembangunan, sebagai bukti nyata pembangunan jalan di kawasan Timbulun sedang berlangsung dan pembangunan Plaza Timbulun mulai dilaksanakan. Ini menjadi bukti keseriusan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam usahanya mengembangkan destinasi wisata baru,aksesibilitas dan amenitas melengkapi atraksi yang sudah ada.
Kedua, misi ke-2 yakni memperkuat kemandirian ekonomi dengan mendorong sektor potensi dan unggulan daerah bisa diwujudkan melalui pemberdayaan masyarakat. Tidak sedikit ditemukan ketika suatu daerah sedang mengembangan destinasi wisatanya meninggalkan potensi masyarakat yang ada di sekitar kawasan tersebut. Akibatnya timbul konflik sosial dan persoalan lainnya yang menguras tenaga, biaya dan pikiran pemerintah daerah untuk mengatasi persoalan tersebut. Pemberdayaan masyarakat di destinasi wisata merupakan pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan partisipasi masyarakat setempat dalam industri pariwisata. Pendekatan ini tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, tetapi juga melibatkan aspek sosial, budaya, dan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat di destinasi wisata bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara manfaat yang diperoleh oleh industri pariwisata dan dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya.
Pemberdayaan masyarakat di destinasi wisata dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan keterampilan dalam industri pariwisata, seperti pemandu wisata, kerajinan tangan, kuliner, dan lain-lain. Penguatan kapasitas masyarakat dalam upaya pengugatan skill dan ekonomi akan mendorong keterampilan yang lebih baik sehingga masyarakat dapat lebih aktif berpartisipasi dalam industri ini.
Selain itu juga pemerintah daerah juga bisa melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait pengembangan dan pengelolaan destinasi wisata. Ini dapat dilakukan melalui konsultasi, forum, atau lembaga partisipatif untuk memastikan kepentingan masyarakat setempat diakomodasi. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan keinginan menjaga destinasi wisata tersebut dari masyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata tersebut.
Pemberdayaan masyarakat juga mempengaruhi keberlangsungan (sustainability) sebuah destinasi wisata. Upaya yang dilakukan bisa melalui pengembangan produk wisata yang menggabungkan unsur budaya dan tradisi lokal. Ini tidak hanya akan membantu melestarikan warisan budaya, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat. Bentuk lainnya juga bisa dengan mendorong kemitraan antara pelaku industri pariwisata dan masyarakat setempat, seperti homestay, restoran lokal, atau toko kerajinan. Ini akan membantu mengalihkan sebagian manfaat ekonomi dari pariwisata langsung kepada masyarakat.
Selain itu juga mengedepankan praktik pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan untuk menjaga keindahan alam dan budaya lokal. Masyarakat setempat dapat menjadi pelaku penting dalam menjaga kelestarian destinasi wisata. Apalagi konsep dari Plaza Timbulun yang dirancang oleh Budipradono Architect yang membuat instalasi Geoscape Architecture ini akan tetap mempertahankan hutan, batu dan air terjunnya yang merupakan aspek utama yang memberikan value pada geoscape architecture.
Pemberdayaan masyarakat di destinasi wisata penting untuk menghindari masalah seperti eksploitasi ekonomi, degradasi budaya, dan kerusakan lingkungan. Dengan mendorong partisipasi aktif dan kepentingan masyarakat setempat, pariwisata dapat menjadi kekuatan positif dalam pembangunan berkelanjutan. Ini sesuai yang diharapkan Bupati Pesisir Selatan ketika menyampaikan sambutannya dalam kegiatan tersebut.
Yang pada akhirnya menjadi tugas perangkat daerah di lingkup Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan untuk mewujudkan hal tersebut. Pembangunan tidak hanya persoalan fisik saja, akan tetapi juga masyarakat.
Plaza Timbulun adalah maket dari pembangunan tersebut, dan usaha kita bersama mewujudkannya secara inklusif. (*/Yh)