Petani Padang Bangkit: Menanam Harapan dari Pondok Agroekologi Sawah Lua

Langgam.id - Di tengah laju urbanisasi dan tantangan pertanian modern, sekelompok petani dari berbagai sudut Kota Padang berkumpul di Pondok Daulat Sawah Lua, Kelurahan Kalumbuk, Kecamatan Kuranji. Mereka mengikuti Pelatihan Agroekologi yang digagas oleh Daulat Institute dengan dukungan Program DanaNusantara (Nusantara Fund), sebagai upaya membangun transisi menuju pertanian yang adil, berdaulat, dan berbasis ekologi.

“Kami ingin petani tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang dengan pengetahuan agroekologi. Pertanian itu soal kehidupan, bukan hanya produksi,” kata Sago Indra, anggota Daulat Institute sekaligus Anggota Majelis Nasional Petani (MNP) Serikat Petani Indonesia (SPI) yang membuka sesi pelatihan, Selasa (15/7/2025).

Pelatihan ini bukan sekadar kelas teori. Petani belajar langsung membuat pupuk organik, mengelola tanah tandus agar subur kembali, hingga memahami filosofi kawan alami sebagai bagian dari ekosistem tani.

Rustam Efendi, fasilitator utama yang dikenal dengan pendekatan agroekologinya, menekankan persoalan dan potensi harus dibuka seluas-luasnya, agar solusi yang dirumuskan tidak hanya tambal sulam, tapi menyentuh akar masalah.

“Tanpa tanah, tak ada petani. Tanpa petani, tak ada makanan. Dan tanpa makanan, kekacauan pasti terjadi. Petani tidak boleh terus berada di posisi ‘tangan di bawah’, karena merekalah yang memberi makan bangsa ini,” tegas Rustam, di hadapan para peserta.

Ia mengutip pernyataan Bung Karno yang menyebut petani sebagai penyangga tatanan negara, dan menegaskan kembali bahwa tani adalah tiang agung negeri ini. Bagi Rustam, petani bukan sekadar profesi, tapi bagian dari peradaban yang tak bisa dilepaskan dari masyarakat adat dan kearifan lokal.

“Tagakkan sako, pertahankan pusako,” ucap Ketua DPW SPI Sumbar ini. “Pusako adalah jaminan kesejahteraan anak kemenakan. Jika tanah hilang, maka hilang pula masa depan kita.”

Rustam pun mengingatkan agar petani tidak kehilangan arah. Ia menekankan pentingnya memiliki visi dan misi yang jelas: tahu dari mana datang, sedang apa dilakukan, dan mau ke mana melangkah.

“Cara paling mudah untuk melemahkan petani adalah dengan memecah mereka. Konflik hanya akan menyita tenaga dan membuat kita lupa bahwa tujuan kita adalah hidup yang lebih baik.”

Ia juga mendorong pentingnya perencanaan kelompok tani yang matang, agar pertanian tidak hanya bertahan, tapi berkembang secara berkelanjutan. “Jangan ‘dima tumbuah di sinan disiang’. Sebisa mungkin, sebelum rumput tumbuh, kita sudah tahu jenisnya dan bagaimana menanganinya,” tutupnya.

Dalam forum diskusi terbuka, para petani membagikan berbagai persoalan yang mereka hadapi—mulai dari tanah sawah yang makin keras akibat residu pupuk kimia, pembagian air irigasi yang tidak merata, hingga ancaman alih fungsi lahan akibat proyek perumahan.

“Kalau air sekarang hanya beberapa jam langsung habis, beda dengan zaman dulu. Hutan gundul, sungai dangkal, air berebut,” ujar Ketua Kelompok Tani Sumber Harapan, menyoroti dampak kerusakan hulu sungai dan lemahnya tata kelola air.

Sementara itu, Ari, salah satu pemateri, mengajak peserta berpikir kritis tentang sejarah dan politik pertanian. “Pupuk sintetis pertama kali dikembangkan untuk senjata. Lalu dijual ke petani. Jadi kita harus sadar, solusi sejati ada di tangan petani sendiri,” jelasnya.

Pelatihan ini juga menggali potensi nyata dari lapangan. Kelompok tani seperti Putri Bungsu, Sumber Harapan, dan Rintisan Reski membagikan pengalaman mereka membibitkan padi sendiri, membuat POC dari urin ternak, dan memproduksi pakan dari bahan alami. Bahkan, sebagian besar peserta sudah mulai menanam tanpa pupuk kimia—sebuah langkah penting menuju kemandirian.

Fitria Suryani, peserta perempuan dari Kalumbuk, mengusulkan agar pelatihan ini diperpanjang. “Tiga hari itu tidak cukup untuk menyerap semua. Banyak ide yang ingin kami praktikkan di rumah,” ujarnya penuh antusias.

Kegiatan ini juga menjadi ruang refleksi politik pangan. Diskusi berkembang pada bagaimana petani kerap dimarjinalkan oleh kebijakan agraria dan perdagangan bebas. Rustam menutup pelatihan dengan ajakan: “Tegakkan sako, pertahankan pusako. Petani harus tahu dari mana ia berasal, sedang apa, dan mau ke mana.”

Pondok Daulat Sawah Lua, sebagai lokasi kegiatan, kini dirancang menjadi laboratorium agroekologi di tengah kota—ruang pembelajaran terbuka bagi petani, anak muda, dan komunitas kota untuk membangun kedaulatan pangan dari akar rumput.

Pelatihan ini adalah bagian dari rangkaian inisiatif DanaNusantara untuk memperkuat ekosistem pertanian berkeadilan dan berbasis komunitas di Indonesia.

DanaNusantara adalah inisiatif bersama AMAN - KPA - WALHI untuk mendukung berbagai upaya dan inisiatif dari Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal tingkat tapak (seperti Petani, Nelayan, Perempuan, Generasi Muda, dll) dalam memperjuangkan hak-hak dan meningkatkan kualitas hidup dengan tata kelola sumber daya alam, sumber agraria, dan lingkungan hidup yang mandiri, berkeadilan sosial dan berkelanjutan. (*/Yh)

Tag:

Baca Juga

Lahan seluas dua hektare (Ha) disiapkan untuk membangun relokasi Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Batusangkar. Lahan tersebut berada
Rutan Batusangkar Over Kapasitas, Pemkab Tanah Datar Siapkan Lahan Relokasi
Momen Hari Jadi Kota Padang ke-356 pada tahun ini akan terasa spesial dengan bakal bersandarnya Kapal Republik Indonesia (KRI) Bima Suci
Momen HJK Padang, KRI Bima Suci Bakal Bersandar di Teluk Bayur 9-12 Agustus
UNP Lepas 3.599 Mahasiswa PLK, Siap Asistensi Mengajar di Ratusan Sekolah Mitra
UNP Lepas 3.599 Mahasiswa PLK, Siap Asistensi Mengajar di Ratusan Sekolah Mitra
Penasihat Semen Padang FC Andre Rosiade mengungkap PSSI telah merombak susunan pengurus Komite Wasit Indonesia. Andre mengatakan
Komite Wasit PSSI Diganti, Andre Rosiade Harap Kepemimpinan Wasit di Liga 1 Lebih Baik
Sidak ke Pabrik CPO, Komisi XII DPR Temukan Pelanggaran Lingkungan di PT Mutiara Agam
Sidak ke Pabrik CPO, Komisi XII DPR Temukan Pelanggaran Lingkungan di PT Mutiara Agam
Dua festival besar bakal digelar di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) Padang Panjang pada 25-27 Juli 2025.
Dua Festival Besar Bakal Digelar di PDIKM Padang Panjang 25-27 Juli