Langgam.id - Praktisi media sosial, Yose Hendra, mengajak para penyuluh agama untuk aktif mengisi ruang digital dengan konten dakwah yang relevan dan menyentuh masyarakat. Hal ini ia sampaikan dalam acara Evaluasi Kinerja dan Serap Aspirasi Penyuluh Agama Islam Provinsi Sumatera Barat yang digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, di Padang, Jumat (20/6/2025).
Yose mengungkapkan bahwa pengguna internet aktif di Indonesia menembus angka 191 juta orang. “Kalau kita tidak masuk ke sana, dakwah kita akan tertinggal. Apalagi generasi muda sekarang lebih banyak belajar dari video, konten pendek, dan visual,” ujarnya.
Menurut Yose, penyuluh agama tidak cukup hanya berdakwah di masjid atau forum tatap muka. Perkembangan teknologi menuntut penyuluh untuk hadir di ruang digital tempat masyarakat berkumpul, seperti Instagram, YouTube, TikTok, dan platform lainnya.
“Dakwah hari ini tidak bisa lagi hanya di masjid. Kalau begitu, itu namanya ceramah. Dakwah sekarang harus mendatangi audiens di ruang mereka. Media sosial tidak kenal batas ruang dan waktu,” tegasnya.
Ia menambahkan, penyuluh harus peka terhadap karakteristik audiens yang berbeda-beda, terutama generasi muda. Bahasa, pendekatan, dan format konten harus disesuaikan agar pesan agama tersampaikan dengan baik dan tidak terasa menggurui.
“Penting untuk memahami bagaimana berkomunikasi sesuai karakter audiens. Jangan sampai kita aktif di Friendster, sementara anak-anak muda sudah di TikTok. Kita harus menyesuaikan diri,” katanya, dilansir dari BimasIslam.kemenag.go.id.
Dalam konteks lokal, Yose juga menyinggung beberapa isu keagamaan yang berkembang di Sumatera Barat, seperti tradisi atau praktik keagamaan yang masih menjadi perdebatan publik. Ia menilai penyuluh harus hadir untuk menjawabnya dengan pendekatan yang bijak dan bahasa yang inklusif.
“Kalau ada isu yang sensitif, jangan hanya dibahas dari mimbar. Sekarang kita bisa menjangkau publik melalui media sosial dengan pendekatan yang lebih diterima, yang lebih luas, tanpa menimbulkan resistensi,” jelasnya.
Yose mengungkapkan bahwa dakwah di media sosial bukan soal seberapa banyak like atau view, tapi bagaimana pesan yang disampaikan dapat mengubah cara pandang dan sikap masyarakat.
“Penyuluh bukan sekadar kreator konten. Mereka adalah pendakwah. Maka, kontennya harus kuat, berbasis ilmu, dan membawa pesan Islam yang menyejukkan. Gunakan media sosial secara bijak dan konsisten,” pungkasnya. (*/Yh)