Langgam.id - Pandemi Covid-19 merontokkan berbagai sektor usaha masyarakat. Termasuk kerajinan sulaman yang selama ini punya pasar cukup besar, tak mampu bertahan di tengah gempuran wabah.
Seperti yang dialami Henni Bahar, pengrajin sulaman asal Kapeh Panji, Taluak, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam harus beralih menjalankan usaha kuliner agar tetap bisa bertahan selama pandemi.
Ia harus beralih sementara dagang kuliner secara daring. Seperti rendang, kerupuk karak kaliang, kerupuk jamang dan jenis makanan lainnya sesuai permintaan.
“Saya mulai beralih berjualan makanan sejak April lalu, karena produk sulaman permintaannya bisa dikatakan tidak ada,” jelasnya, dicuplik dari laman amcnews.co.id, Sabtu (7/11/2020).
Menurutnya, omzet yang didapati sejak beralih ke kuliner sekitar Rp3 juta sampai Rp5 juta per bulan cukup untuk bertahan di tengah pandemi. Sementara, sewaktu menjual kerajinan sulaman pendapatannya mencapai Rp10 juta per bulan.
Meski pendapatannya menurun drastis, ia merasa bersyukur karena bisa tetap bertahan hidup di saat pandemi.
“Alhamdulillah, kita masih bersyukur dengan penjualan sebanyak itu masih bisa bertahan hidup. Ini berkat bimbingan pemerintah daerah agar lebih inisiatif dalam mencari peluang usaha di tengah pandemi,” ulasnya.
Henni menjelaskan, saat menjual makanan, ia menggunakan WhatssApp (WA), instagram, dan facebook.
Menurutnya, penggunaan media seperti WhatssApp dinilai lebih mudah. Karena pelanggannya dapat bertanya langsung mengenai produk yang dijual.
“Kalau berjualannya melalui WA karena lebih mudah saja interaksi dengan konsumen. Jadi kita sebar berupa poster digital melalui aplikasi tersebut, kalau ada yang minat tinggal hubungi saja,” terangnya.
Saat ini, pesanan yang diterimanya sudah mencapai luar provinsi, seperti Jabodetabek, Bandung, dan Pekanbaru.
Harga jualannya pun bervariasi. Menurutnya, makanan seperti kerupuk kamang seharga Rp30 ribu per kilogram.
“Konsumen yang memesan juga ada sebagian dari pelanggan kerajinan kami dahulu,” terangnya. (*/HFS)