Penciptaan bumi sudah terjadi ratusan juta tahun yang lalu, banyak mengalami proses pembentukan dan perubahan yang terjadi sampai keadaannya seperti sekarang ini. Bumi sebagai tempat tinggal jutaan organisme yang ada termasuk manusia di dalamnya.
Namun, manusia seringkali terlalu serakah dan tamak dalam memanfaatkan isi bumi. Manusia mengambil banyak manfaat dari bumi tanpa memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya.
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup. Termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (UU Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Sudah terlihat jelas dan menjadi rahasia umum, bahwa keadaan bumi sekarang semakin hari semakin rusak dan sekarat. Eksplorasi Sumber Daya Alam (SDA) dilakukan secara besar-besaran oleh banyak perusahaan dan masyarakat secara ilegal.
Aktivitas industri yang menghasilkan limbah dan polutan yang sudah melampaui ambang batas, penggunaan kendaraan bermotor yang terlalu berlebihan, serta konsumsi energi yang kurang bijak, semua itu memperburuk kondisi kerusakan lingkungan di bumi.
Bumi yang dulunya merupakan planet yang sangat ideal sebagai tempat hidup manusia dan organisme lainnya, kini semakin hari semakin tidak ideal dan memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan kehidupan. Daya dukung lingkungan semakin menurun.
Akibatnya, semakin berkurang kemampuan alam dalam menyediakan kebutuhan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Setiao tahun banyak terjadi bencana disetiap wilayah dan munculnya berbagai macam penyakit baru berkaitan dengan tercemarnya udara, air, dan tanah.
Oleh sebab itu, pendidikan lingkungan hidup sangat dibutuhkan generasi muda khususnya dan harus diberikan kepada anak sejak dini. Hal ini agar mereka mengerti, bagaimana pentingnya menjaga keseimbangan ekosistim lingkungan hidup disamping pemanfaatannya.
Pendidikan lingkungan hidup sendiri menurut konvensi Unesco (1997) di Tbilisi dalam Sudaryanti (2009), merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait didalamnya. Serta, memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen dari keterampilan untuk bekerja.
Selanjutnya, tujuan dari pendidikan lingkungan hidup, pada dasarnya untuk mengubah perilaku individu menjadi perilaku yang positif terhadap lingkungan (perilaku ramah lingkungan). (Meilani, 2011). Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan.
Dengan terjun langsung atau mempraktekkan secara langsung pelestarian lingkungan hidup sejak dini, maka anak akan terbiasa berpikir dan bertindak untuk melakukan segala kegiatan atau aktivitasnya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Melalui pendidikan lingkungan hidup sejak dini itu, maka ke depan diharapkan manusia dapat lebih memperhatikan kelestarian lingkungan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya.
Salah satu cara pengenalan lingkungan hidup kepada generasi muda adalah dengan melibatkan mereka dalam pengolahan sampah organik menjadi larutan eco-enzyme. Mengolah sampah yang bersumber dari dapur untuk dapat dimanfaatkan berbagai keperluan rumah tangga dan lingkungan.
Hal ini sudah dilakukan oleh siwa kelas empat, lima dan enam Sekolah Dasar Telkom Padang. Semua siswa dari sepuluh kelas telah mempraktekkan pembuatan ecoensyme ini dengan antusias dan semangat.
Dukungan dari pihak sekolah termasuk kepala sekolah dan semua guru memberikan dampak positif terhadap kegiatan ini. Penerapan kurikulum merdeka belajar sudah diterapkan.
Siswa tidak hanya belajar teori tapi mereka langsung mempraktekkannya. Pengamatan selama tiga bulan proses fermentasi pembuatan larutan eco-enzyme terus dilakukan setiap hari.
Setidaknya ini sudah menjadi modal bagi para siswa untuk bisa tetap menjaga lingkungan tetap asri dengan memanfaatkan sampah organik untuk berbagai kebutuhan.
Di samping itu siswa juga bisa mentransfer ilmu dan keterampilan pembuatan eco-enzyme ini bagi keluarga mereka di rumah. Sehingga, tercipta pembangunan berkelanjutan dengan tetap mempertahankan aspek pelestarian lingkungan. Demi tersedianya sumber daya alam bagi generasi yang akan datang.
*Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Universitas Andalas (Unand) dan Pegiat Lingkungan