Langgam.id - Universitas Andalas fokus pada pengembangan dan pengolahan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dimulai pada Februari 2023 lalu, tepatnya setelah menandatangani kerja sama dengan perusahaan rintisan yang pertama kali menerapkan metode TOSS dalam hal riset, pengembangan dan pengolahan sampah menjadi sumber energi.
Universitas Andalas telah mengembangkan EBT menjadi sumber energi alternatif yang dipasok bagi industri PT Semen Padang, perusahaan semen tertua di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.
Dikutip dari laman Unand, Minggu (6/8/2023), selama ini, daun-daun kering, termasuk ranting pohon yang berjatuhan di lingkungan kampus, dikumpulkan oleh para petugas kebersihan untuk dibawa ke tempat pengolahan sampah.
Dedaunan kering berserta ranting kayu tersebut diolah menjadi pupuk kompos yang berguna bagi petani. Namun, proses pembuatan kompos sempat terkendala pasokan kotoran sapi yang merupakan bahan pendukung dari pembuatan pupuk organik.
Berangkat dari permasalahan itu, Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik kampus itu mencoba mengolah daun-daun kering menjadi bahan bakar alternatif hingga akhirnya digunakan oleh PT Semen Padang, salah satu perusahaan di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sejak dimulai pada Februari 2023, Universitas Andalas sudah berhasil mengolah kurang dari lima ton daun maupun ranting kayu menjadi bahan bakar alternatif. Hebatnya, dedaunan kering tersebut ternyata mampu mengurangi persentase penggunaan batu bara yang selama ini menjadi sumber energi utama dari PT Semen Padang dalam menjalankan produksinya. Kendati belum sepenuhnya mampu menggantikan batu bara, namun hal itu rupanya telah menjadi langkah besar untuk menyelamatkan Bumi dari dampak perubahan iklim dan pemanasan global.
Koordinator bidang Energi dan Perubahan Iklim Tim Green Campus Universitas Andalas Dr. Fadjar Goembira mengatakan berdasarkan hasil uji laboratorium PT Semen Padang, hasil olahan sampah organik yang dikerjakan kampus itu sudah memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan perusahaan semen tersebut.
"Pada dasarnya, semua (sampah organik) yang terkumpul bisa diolah dengan teknologi TOSS ini," ujarnya yang juga merupakan salah satu dosen di departemen teknik lingkungan.
Terkait pengolahan daun-daun kering maupun ranting kayu, pada dasarnya hal itu dilakukan dengan cukup sederhana. Daun yang telah dikumpulkan dicacah menggunakan mesin pencacah hingga halus atau berukuran kecil.
Kemudian, daun dan ranting pohon disimpan di sebuah wadah khusus berbentuk kubus yang terbuat dari anyaman bambu (biodrying) berukuran 1,5 meter persegi. Untuk satu kotak mampu menampung sekitar 100 kilogram (kg) sampah yang sudah dicacah.
Sampah yang masih menyimpan kandungan air tersebut dikeringkan dengan metode bioaktivator, yakni proses pengeringan akibat adanya aktivitas mikroganisme.
Setiap 20 centimeter (cm) ketebalan sampah dalam biodrying harus disiram dengan bioaktivator untuk mempercepat proses pengeringan. Selanjutnya, untuk pengeringan sendiri memakan waktu lima hingga tujuh hari. Setelah itu, sampah kering tersebut siap digunakan sebagai bahan bakar alternatif oleh PT Semen Padang.
Fadjar yang juga merupakan Kepala Laboratorium Kualitas Udara sekaligus Dewan Pakar Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Unand itu mengatakan pengolahan sampah organik menggunakan metode TOSS menjadi salah satu harapan besar untuk mencapai kemandirian energi nasional.
Sebab, jika dapat dilakukan secara masif dan berkelanjutan, maka penggunaan batu bara yang selama ini menjadi sumber energi berbagai industri di Tanah Air memungkinkan untuk bisa disubstitusi secara perlahan.
Energi ini lebih ramah lingkungan. Sementara pembakaran batu bara itu menjadi penyebab pemanasan global.(*/Fs)