Outlook Energi Pasca-bala Covid-19

Outlook Energi Pasca-bala Covid-19

Ridho Arisyadi, mahasiswa program Magister Teknik Elektro ITB. (Foto: Dok.Pribadi)

Makhluk berukuran sangat kecil ini berhasil mengguncang dunia, SARS-Cov-2. Bermula dari sebuah kota di China, dia merajalela ke seluruh dunia. Korban dari keganasannya tidak hanya puluhan ribu anak yang kehilangan orang tua, atau orang tua kehilangan anak, atau suami kehilangan istri, atau sebaliknya. Tetapi juga kondisi ekonomi di hampir semua negara, baik kondisi ekonomi secara makro maupun mikro.

Dari layar televisi, kita bisa melihat pekerja harian yang harus merelakan pendapatan mereka agar tetap di rumah dan memutus rantai penularan. Atau kita juga bisa melihat pekerja kantor yang dipaksa cuti tanpa penghasilan. Di skala makro, Bank Dunia menyampaikan akan terjadi perlambatan pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia Timur dan Asia Pasifik, termasuk China.

Pertumbuhan di negara-negara berkembang di kawasan melambat menjadi 2,1 persen pada tahun 2020, dan -0,5 persen dalam skenario kasus yang lebih rendah, dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan 5,8 persen pada 2019.

Ibu Menteri Keuangan, Sri Mulyani, juga sudah menyampaikan skenario terburuk yang mungkin terjadi pada perekonomian Indonesia akibat pandemi ini. Pertumbuhan ekonomi akan turun ke 2,3 persen, bahkan skenario lebih buruk -0,4 persen, jauh dari target APBN 2020 sebesar 5 persen.

Angka pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang menurun serta pertumbuhan investasi yang juga mengalami tekanan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan turun dari biasanya 5 persen menjadi hanya 3,2 persen hingga 1,6 persen. Begitu juga dengan arus investasi yang anjlok dari yang semula diperkirakan bisa tumbuh hingga 6 persen tahun ini menjadi hanya 1 persen atau bahkan negatif hingga 4 persen.

Sementara itu, kinerja ekspor juga akan lebih mengalami kontraksi lebih dalam, begitu juga kinerja impor yang akan menjadi beban. Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM yang selama ini terbukti mampu bertahan dalam setiap kondisi krisis diperkirakan akan terpukul paling depan karena tidak adanya kegiatan sosial akibat bala virus corona. Padahal kata Ibu Sri Mulyani, pada krisis multidimensi 1998, UMKM mampu menjadi penopang ekonomi Indonesia.

Beberapa pakar juga menilai bahwa respon Pemerintah Indonesia terhadap pandemi Covid-19, baik ketika virus ini sebelum masuk Indonesia maupun ketika sudah masuk dan mengganas, juga memperburuk proses rehabilitasi ekonomi ketika pandemi ini berakhir. Bukti respon masyarakat terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia di masa pandemi ini dapat di lihat di lantai bursa dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Pada awal bulan april ini, nilai tukar rupiah sudah berada pada 16.500 rupiah untuk 1 dolar AS. Sangat jauh dibandingkan awal tahun lalu. Nilai IHSG sudah terkoreksi lebih 30 % dibandingkan dengan pembukaan awal tahun 2020. Nilainya hampir sama dengan nilai index pada 2015 yang lalu.

Pak Faisal Basri di blog pribadinya menyampaikan, di negara dengan respon pemerintah yang baik terhadap pandemi Covid-19 ini, kinerja pasar sahamnya lebih baik jika dibandingkan dengan negara dengan respon yang tidak baik.

Tabel

Tabel. (Sumber: Faisalbasri.com)

Terlihat di tabel diatas bagaimana kinerja pasar saham Singapura dan Hongkong sangat perkasa jika dibandingkan dengan Italia dan Perancis.

Pada tulisan yang sama, Pak Faisal Basri juga memperlihatkan dua tipe pemulihan ekonomi ketika Pandemi Covid-19 ini berkahir, tipe V Shape dan U Shape. Pembeda yang membuat suatu negara akan pulih dengan V-shape dan U-shape adalah “Kepemimpinan yang cepat tanggap dan mampu meyakinkan masyarakat dan pasar”.

Tabel

Tabel. (Sumber: Faisalbasri.com

Pada referensi lain, juga digambarkan grafik pertumbuhan ekonomi pasca-bala Corona ini tidak akan mencapai trajektori pertumbuhan sebelum bala. Banyak hal yang akan terpengaruh dari “bergesernya” trend pertumbuhan ekonomi ini, salah satunya adalah pertumbuhan energi. Setiap tahunnya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM menerbitkan Outlook Energi Indonesia yang menampilkan proyeksi pertumbuhan konsumsi energi primer dan pemanfaatannya. Outlook Energi menjadi salah satu rujukan dan sumber informasi dalam pengambilan keputusan di sektor energi maupun sektor terkait lainnya.

Pada Outlook Energi Indonesia 2019, asumsi pertumbuhan PDB sebesar 5,6% pertahun dengan pertumbuhan populasi 0.7% atau dengan kata lain disesuaikan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi “Visi Indonesia 2045” yang dipublikasikan oleh Bappenas. Pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun ke depan didukung oleh naiknya kebutuhan dalam negeri, termasuk konsumsi dan investasi. Dalam perhitungan tren pertumbuhan ini, Outlook Energi Indonesia menggunakan permodelan Long-range Energy Alternatives Planning System (LEAP) untuk analisa permintaan dan penyediaan energi.

Grafik sementara

Grafik sementara. (Sumber : Outlook Energi Indonesia 2020)

Pada grafik Permintaan Energi Final, pada 2020 hingga 2025 terjadi pertumbuhan permintaan energi final sebesar 5% pertahun untuk skenario BaU (Business as Usual). Permintaan Energi didominasi oleh sektor transportasi dan Industri. Pada sektor Industri, Gas Bumi dan Batubara merupakan energi primer utama yang menyuplai kebutuhan energi mereka. Sedangkan pada sektor transportasi, minyak bumi adalah sumber energi utama yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar minyak.

Dengan berubahnya grafik pertumbuhan ekonomi karena pengaruh pandemi covid-19 ini, maka Outlook Energi Indonesia pasti mendapat pengaruh yang besar, terutama pada proyeksi permintaan energi. Sektor industri, baik industri besar maupun UMKM, merupakan sektor yang mendapat pengaruh paling telak dari pandemi covid-19. Akan butuh waktu beberapa saat setelah pandemi berakhir untuk industri kembali tumbuh.

Atau bahkan, pertumbuhan yang terjadi malah jauh dari proyeksi pertumbuhan sebelum pandemi terjadi. Jika hal ini terjadi, maka rencana penyedian energi pada Outlook Energi Indonesia juga akan terdampak. Dampak yang terjadi bisa menjadi kabar baik dan buruk. Kabar buruknya, pertumbuhan permintaan energi akan melandai sehingga efek turunannya akan melandai juga seperti tidak tumbuhnya lapangan pekerjaan sektor energi maupun pendapatan negara dari sektor energi. Dampak baiknya, Indonesia tidak perlu terburu-buru mencari sumber energi primer untuk mencukupi kebutuhan permintaan energi.

Pengaruh buruk dari pandemi covid-19 ini adalah makin hancurnya nilai rupiah di mata Dolar AS. Sebagai negara importir minyak bumi, Indonesia kewalahan mencari Dolar AS untuk membayar setiap minyak bumi yang kita Impor dari Singapura. Asumsi nilai tukar Rupiah di APBN 2020 dengan nilai pada awal april 2020 berbeda hampir 2000 rupiah, sebuah selisih yang sangat besar untuk ditanggung APBN.

Sebenarnya, ada kejadian aneh yang terjadi bersamaan dengan pandemi covid-19 ini, yaitu perang produksi minyak antara Trump, Putin, dan MbS, yang membuat harga jual minyak bumi hanya 20 Dolar AS per barelnya yang memberi efek positif dan negatif bagi Indonesia juga. Tapi sepertinya perang ini tidak akan berlangsung lama.

Mari kita tunggu bagaimana akhir dari bala covid-19 ini dan respon serta aksi penyelamatan yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk kesehatan dan nyawa rakyat serta kondisi perekonomian negara. Dan kita tunggu juga Energi Outlook Indonesia pasca-pandemi Covid-19 ini. (**)

(Penulis merupakan mahasiswa program Magister Teknik Elektro ITB)

Baca Juga

Langgam.id - Dua pasien Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgAPA) masih dirawat di RSUP M Djamil Padang, Sumatra Barat (Sumbar).
Wagub Sumbar Curhat ke Moeldoko Soal Peran RSUP M Djamil Saat Pandemi Covid-19
Langgam.id - Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Sumbar terus gencarkan program Vaksinasi Covid-19 demi kekebalan kelompok masyarakat.
BIN Daerah Sumbar Terus Gencarkan Vaksinasi Covid-19, Kali Ini Sasar Pusat Perbelanjaan di Padang
Langgam.id - Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Sumbar kembali menggelar akselerasi Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Solok.
BIN Daerah Sumbar Gelar Akselerasi Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Solok
Langgam.id - Kemenag RI mengimbau agar para jemaah haji yang berangkat ke Tanah Suci agar berhati-hati terhadap Virus Corona (Covid-19).
Cegah Terpapar Covid-19, Kemenag Imbau Jemaah Haji Agar Tetap Hati-hati
Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kasus baru covid-19 di Kota Padang hanya bertambah 1 orang saja.
Hari Ini Hanya Ada Tambahan 1 Kasus Baru Covid-19 di Padang
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kasus positif Covid-19 di Sumbar kembali bertambah 717 orang, tersebar di seluruh daerah.
Kasus Positif Covid-19 di Sumbar Bertambah 717 Orang Lagi