Langgam.id - Puluhan santri laki-laki di Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), diduga menjadi korban pencabulan.
Pelaku diketahui seorang guru serta wali kamar dan dikenal ustaz di pondok pesantren tersebut. Pelaku berinisial R, kini telah ditangkap pihak kepolisian.
"Kalau ditangkap sudah. (Total korban) masih kami dalami, puluhan korban ada," ujar Kasat Reskrim Polresta Bukittinggi, AKP Ismail Bayu Setio Aji, Jumat (26/7)2024).
Kasus ini akan dirilis melalui konferensi pers secara resmi kepada awak media. Pihak kepolisian belum membeberkan secara detail kasus ini.
Sementara itu, Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli yang menaungi Pondok Pesantren MTI Canduang mengaku syok dengan kejadian ini.
Ketua Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli, Syukri Iska, sangat menyesali tindakan oknum guru ini. Menurutnya, kejadian tersebut di luar dugaan.
"Kami sangking tidak mengira, dia ada istri dan disediakan tempat tinggal di asrama. Itu yang membuat kami syok," ujar Syukri.
Syukri menyebutkan usai kasus ini mencuat dan pelaku ditangkap, yayasan telah mengambil langkah-langkah. Salah satunya, memberhentikan yang bersangkutan.
"Karena sudah ditangani pihak kepolisian, sudah mengaku dan dikategorikan tersangka, kami memutuskan berhentikan dia sebagai guru di sekolah serta pembina di asrama," imbuhnya.
Syukri belum bisa membeberkan secara detail kasus dugaan pencabulan santri laki-laki ini. Ia mengaku semua pengurus yayasan sedang dalam keadaan syok.
"Kami sedang syok semua. Kami sedang berusaha membesarkan lembaga, tapi ada juga yang merusak," kata dia.
"Sampai nangis saya, apa dosa saya. Semua berjuang, ada juga yang merusak. Ini musibah sangat besar bagi kami," sambungnya.
Belum diketahui berapa total pasti santri korban pencabulan ini. Dari pihak kepolisian, terdapat puluhan santri laki-laki.
Syukri mengungkapkan, para santri yang menjadi korban telah diasingkan di suatu tempat. Mereka diberikan pendamping oleh psikiater dan psikolog.
"Terkait santri jadi korban, kami sudah datangkan psikiater dan psikolog. Dapat informasi sudah diasingkan di suatu tempat dan didampingi pimpinan sekolah atau pihak dari pondok pesantren," pungkasnya. (SI)