Novendri Ditangkap Densus 88, Istri: Dia Bukan Teroris

Novendri Ditangkap Densus 88, Istri: Dia Bukan Teroris

Istri terduga teroris asal Padang (Irwanda/langgam.id)

Langgam.id - Istri terduga teroris Novendri (40) meyakini suaminya tidak terlibat jaringan teroris. Perempuan berinisial NE (35) itu merasa sangat terpukul atas insiden penangkapan suaminya yang dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri beberapa waktu lalu di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar).

Sabtu (27/7/2019) siang, ibu dua anak ini bergegas menutup pintu rumahnya di kawasan Kelurahan Berok Nipah, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Ia terlihat sedang menenteng tabung gas LPG 3 kilogram dan berjalan menuju parkiran sepeda motornya.

Langgam.id yang berkunjung ke kediaman Novendri tepat jelang NE berangkat membeli tabung gas. NE lantas menunda keberangkatannya dan kembali membuka pintu rumah menyambut kedatangan kami dengan ramah sekitar pukul 12.00 WIB siang.

Berikut hasil wawancara ekslusif langgam.id dengan NE, istri terduga teroris yang ditangkap Densus 88:

Bagaimana sosok Novendri dan Kesehariannya?

Orangnya itu bisa aja, tidak menyangka juga kalau ada kejadian seperti ini. Kesehariannya itu mengantarkan anak sekolah, pulang dan lanjut jualan (garam). Sebelumnya kerja satpam, terus berhenti baru jualan garam. Ia menjual garam ke warung-warung. Kadang ada orang nelpon pesan garam, terus diantarkan. Sejak 2 bulan sebelum masuk puasa kemarin Abang jualan garam.

Pulang kerja tidur, main sama anak. Salat di Masjid. Kerja anterin garam pagi. Nanti pulang jemput anak, istirahat tidur. Habis ashar antar anak ngaji juga.

Saat penggeledahan Densus 88, apakah berada di rumah?

Enggak ada di rumah. Kebetulan saya lembur di tempat kerja. Di rumah anak-anak. Pas penggeledahan enggak dikasih tahu. Tahunya pas pulang kerja sore, lihat rumah sudah berantakan. Berantakan semuanya.

Jadi yang dipermasalahkan barang bukti, barang bukti banyak sekali. Sedangkan yang diambil dari rumah tidak sama dengan yang disampaikan.

Bagaimana perasaan saat melihat rumah pasca digeledah?

Terkejutlah, soalnya tidak pernah menyangka kalau kayak gini.

Barang bukti (BB) apakah ada ATM BNI?

Kurang tahu, BNI entah BRI. ATM itu sejak suami saya kerja di Adam Air (bagian) jual tiket. Kalau engga salah (ATM) warnanya orange, kayak kuning-kuning itu. Barang bukti ada senjata itu, enggak ada di rumah. Orang aja tambah-tambahin. Media yang nambah.

Sebenarnya yang laptop punya saya sendiri. Enggak ada hubungannya dengan suami saya. Toh suami saya enggak bisa buka laptop itu, kunci engga tahu. Sekalipun enggak pernah suami minjam laptop. Yang mobil-mobilan itu punya anak-anak. Kan sudah punya dua anak, mobil-mobilan diambil (petugas). Ini panci di dapur taroknya, tempat minyak goreng. Biasa digunakan untuk sehari-hari panci ini. Nah kawat ini kan diambil dari sini (dalam lemari), itu punya saya.

Kawat untuk masang gorden jendela. Sebenarnya gorden jendela ini mau diganti setahun lalu mengunakan kawat ini, tapi belum sempat-sempat. Udah lama (gorden jendela) kawatnya ada yang patah-patah, jadi mau diganti. Saya heran juga, kenapa ada hubungan ini (kawat) dengan penangkapan ini kurang tahu juga, mudah-mudahan tidak ada hubungannya.

Rumah yang digeledah itu milik siapa?

Rumah mertua (orang tua Novendri). Sudah lama di sini. Kalau seandainya (suami jaringan teroris), kan pindah-pindah tempat ya. Sudah 10 tahun lebih di sini. Nikah sejak tahun 2007.

Apakah Novendri pernah merantau?

Kurang tahu juga, tapi kalau enggak salah pernah ketika waktu masih bujang. Merantau ke Jakarta, jualan jam tangan, kalau enggal salah ceritanya.

Kapan komunikasi terakhir dengan Novendri?

Komunikasi terakhir kan ini pas malam Jumat itu. Ada temannya nelpon, namanya Ul dari dompet dhuafa. Bentar ya bang, mau masang spanduk dompet dhuafa. Kok malam bang?. Iya sebentar cuman. Nunggu Isya dulu. Setelah isya baru temannya itu jemput di rumah.

Tapi saya enggak itu (felling). Sebab lagi sibuk sama anak dan lipat baju. Pergi abang, tapi enggak lihat. Sampai malam enggak pulang-pulang. Kirain tidur tempat nenek

Apakah tau Novendri ditangkap Densus 88 malam itu?

Enggak tahu. Sampai siang enggak tahu. Enggak ada dikasih tahu. Temannya yang sama pergi enggak juga dikasih tahu. Enggak tahu, dia ditangkap enggak tahu juga. Temannya juga enggak ada dikasih tahu. Kalau tahu, kita kan pulang cepat.

Tidak risau suami pulang larut malam?

Biasanya kan pintu rumah enggak dikunci. Abang juga udah pesan, kalau enggak usah dikunci. Pintu sudah enggak dikunci, kok enggak pulang ya, nah kirain tidur di rumah nenek. Ternyata sampai pagi lupa juga saya nanya ke nenek, berangkat kerja langsung. Sampai lembur. Ternyata ada kejadian ini (ditangkap), saya pulang jam 5 sore

Berapa orang yang masuk geledah rumah? 

Katanya sampai 15 orang. Kata Pak RT, iya 15 orang. Semua dibongkar (geledah) semua dikeluarkan, diserakkan, berantakan, kacau. Semuanya, tidak ada yang tersusun (rapi).

Setelah ditangkap apakah ada koordinasi dari pihak kepolisian? 

Enggak ada. Ada surat penangkapan datang, hari Senin kalau enggak salah. Setelah itu, enggak ada kabar lagi. Katanya sudah di Jakarta. Sudah samperin ke Polda, katanya enggak ada di sini lagi (Polda).

Apakah ada rencana ke Jakarta?

Enggak ada. Enggak ada duit. Palingan kalau iya, biarlah bang ipar pergi. Kalau ada duit ya, biar bang ipar pergi. Kalau saya pergi, tentu anak-anak harus ikut juga

Pernah cek buku tabungan Novendri?

Enggak pernah, enggak tahu

Soal Rp15 juta yang disita polisi?

Ha? Mana Rp15 juta? Masak 15 juta, cuman Rp1,5 juta. Kan Abang jualan garam, mungkin uang hasil jualan garam. Uang saya juga ada dari Rp1,5 juta itu. Uang saya diambil di lemari itu

Respon tetangga atas penangkapan itu?

Terkejut juga

Soal barang bukti (BB) yang dibeberkan? 

Enggak percaya, yang aneh-aneh aja (ditampilkan). Apalagi soal suami saya bendahara, banyak uang dong. Sebenarnya gini, dulu Abang pernah ikut di Majelis Mujahidin. Tapi kalau enggak salah sudah lama enggak aktif lagi. Mungkin karena itu orang enggak suka

Apakah di rumah Novendri pernah sibuk sendiri?

Enggak pernah tuh. Makanya terkejut juga. Ada panci (diamankan) panci pemanas air, itu sudah rusak, sudah dicopot semua kabelnya. Panci juga dikasih orang. Itu saya pakai di dapur, jadi tempat minyak goreng.

Novendri sudah survei Markas Polisi?

Itu enggak tahu, kapan waktunya survei. Kayaknya kasus ini enggak tembus, dituduhkan ke yang lain (suami saya), seperti itu kayaknya. Sudah rekayasa kayaknya. Di Polda kan kami juga pernah lewat. Biasakan. Banyak juga orang lewat. Lagian kan ada penjaga, kenapa engga tahu diintai. Kenapa enggak tanya, lapor bahwa Polda diintai.

Apa harapannya untuk kasus ini?

Mudah-mudahan enggak terbukti ya. Soalnya barang buktinya lemah. Katanya ada panci untuk merakit bom, engga ada itu. Panci tempat minyak goreng, diambil di dapur. Yang kawat itu untuk gorden jendela. Ada pipa, pipa itu belum lama adek saya pasang paralon jadi tersisa, saya yang beli pipa itu.

Biar aja, mudah-mudahan tidak terbukti, bisa dilepaskan lagi. Proses dimudahkan

Soal Novendri menjadi bendahara?

Kalau soal mendanai tentang ini, pernah suami saya enggak kerja selama dua bulan. Enggak pernah kasih duit ke saya. Kalau seandainya dia mendapatkan dana, pasti kasih duit ke saya, mungkin pakai aja duit ini dulu, tapi enggak pernah. Sekalipun. Kalau orang lain mungkin enggak kerja pakai aja dulu, tapi dia enggak pernah. Pakai duit saya aja ketika enggak kerja. Saya juga jualan.

Apakah terasingkan di lingkungan?

Enggak Palingan anak-anak sering dipanggil-panggil, masih kecil ya. Kalau kakak ya cuman lewat, ke warung, pulang. Seperti itu sehari-hari. Tapi ya, mata orang ngelihat sudah sinis aja sih. Kayak kita memang melakukan.

Pernah didatangi tetangga pasca kasus ini?

Enggak ada. Nanya-nanya engga ada

Apakah Novendri paham IT?

Enggak paham. Laptop enggak bisa digunakannya

Apa tanggapan saudara di kampung?

Iya sudah tahu, saya ngasih tahu. Kalau enggak dikasih tahu, enggak tahu. Responnya terkejut. Disuruh pulang kampung, enggak bisa, saya kerja. Masa depan anak gimana

Kakak kerja di mana?

Enggak usah disebutkan, di TK. Sambil jualan makanan kecil. Kayak donat, mpek-mpek. Soalnya sudah dari dulu saya jualan. Tidak pernah suami yang aneh-aneh kasih duit lebih. Berapa penjualan garam hati itu, segitu dikasihnya

Novendri pernah komunikasi dengan orang yang tidak kakak kenal?

Enggak tahu, engga pernah. Di rumah biasa aja, nelpon temannya, teman sekolahnya, teman SMP

(Irwanda/RC)

Baca Juga

Konflik agraria di Nagari Kapa, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, kembali memanas pada Jumat (4/10/2024).
Konflik Agraria Berlanjut: 10 Warga Kapa Dibawa ke Polda, Penggusuran Lahan Menuai Kecaman
Bidpropam Polda Sumbar mulai melakukan sidang kode etik terhadap para personel yang diduga tidak profesional saat membubarkan aksi tawuran
Polda Sumbar Mulai Sidang Kode Etik Anggota Tidak Profesional saat Bubarkan Tawuran di Kuranji
Deklarasi Kampanye Damai Pilkada 2024: KPU Tekankan Pentingnya Demokrasi Bermartabat
Deklarasi Kampanye Damai Pilkada 2024: KPU Tekankan Pentingnya Demokrasi Bermartabat
KAI dan Polda Sumbar Gelar Operasi Tilang Humanis di Perlintasan Kereta Api
KAI dan Polda Sumbar Gelar Operasi Tilang Humanis di Perlintasan Kereta Api
Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Dwi Sulistyawan mengunjungi rumah keluarga Nia Kurnia Sari (18) di Korong Pasa Surau, Nagari Guguak,
Kasus Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan, Polda: Identitas Pelaku Sudah Mengerucut
Tim Unit Satwa Polda Sumbar melakukan pelacakan di Jorong Pasa Surau, Nagari Guguak, Kecamatan 2x11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman
Baju Gadis Penjual Gorengan yang Meninggal Terkubur di Padang Pariaman Ditemukan