Langgam.id - Guru Besar Universitas Andalas, Prof. Bujang Rusman, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi serius yang dihadapi Ngarai Sianok, Bukittinggi-Agam. Terlebih, kawasan destinasi wisata yang indah ini baru saja dihantam banjir yang cukup serius beberapa hari lalu.
Menurut ahli konservasi tanah dan air ini, kawasan tersebut terancam krisis ekosistem dan bencana alam akibat beberapa faktor. Prof. Bujang Rusman menjelaskan bahwa terdapat beberapa permasalahan utama di Ngarai Sianok, yaitu, pertama, hilangnya buffer zone. Kawasan di kiri kanan Ngarai Sianok seharusnya dijadikan sebagai wilayah penyangga (buffer zone) dan dilindungi.
Namun, selama ini terjadi pembiaran alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan pemukiman, perkantoran, atau Area Penggunaan Lain (APL).
Kedua, tanah rawan longsor; tanah di Ngarai Sianok berbahan induk tuff pumice dengan tekstur pasir dan debu, sehingga memiliki daya pegang air yang rendah dan mudah jenuh air. "Hal ini meningkatkan potensi terjadinya longsor besar," ujarnya.
Ketiga, ketidakhadiran Negara. Prof. Bujang Rusman menyayangkan minimnya perhatian dan tindakan dari pemerintah selama bertahun-tahun. Hal ini telah menyebabkan krisis ekosistem dan bencana alam di Ngarai Sianok.
Ketiga permasalahan tersebut, menurut Prof. Bujang Rusman, merupakan ancaman serius terhadap Ngarai Sianok. Krisis ekosistem dapat menyebabkan kerusakan flora dan fauna, serta hilangnya keindahan alam Ngarai Sianok.
Lebih mengkhawatirkan lagi, potensi longsor besar di Ngarai Sianok dapat membahayakan masyarakat dan infrastruktur di sekitarnya.
Seruan untuk Perhatian Serius
Prof. Bujang Rusman meminta perhatian serius dari pemerintah dan seluruh pihak terkait untuk mengatasi permasalahan di Ngarai Sianok.
"Kondisi ini merupakan ancaman serius akan terjadinya bencana alam berikutnya di kawasan Ngarai Sianok yang merupakan kebanggaan kita," tegas Prof. Bujang Rusman.
Adapun solusi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan di Ngarai Sianok, antara lain, penetapan kembali kawasan buffer zone di sekitar Ngarai Sianok, penataan ruang yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, penguatan infrastruktur pencegahan longsor, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam.
Sebelumnya, banjir yang melanda Ngarai Sianok, perbatasan Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam, Minggu (2/6/2024) sore telah surut. Namun, 14 KK warga Atas Ngarai, Kelurahan Kayu Kubu, Kecamatan Guguak Panjang, Kota Bukittinggi masih mengungsi.
Menurut Ketua RW 01 Atas Ngarai, Rajaul Awal, banjir telah merusak sebagian rumah warga. Sehingga sebagian warga rumahnya yang terdampak memilih mengungsi, karena khawatir akan terjadinya banjir susulan.
"Ada 8 rumah warga yang belum bisa dihuni karena adanya kerusakan dan lumpur di dalam rumah," jelas Rajaul kepada Langgam.id.
Warga yang mengungsi saat ini berada di rumah saudara dan tetangga. "Pintu, jendela, dan barang-barang elektronik di dalam rumah mereka banyak yang tidak dapat diselamatkan," kata Rajaul.
Banjir ini bukan saja berdampak pada warga di Ngarai Sianok, melainkan juga tempat usaha yang berada di Ngarai Sianok. Dalam video yang beredar di media sosial, banjir itu cukup besar, hampir membenamkan bangunan warung dan rumah yang berada di bibir sungai Batang Sianok yang mengalir di lembah Ngarai Sianok itu. Sebagian properti warung tampak dihanyutkan.
Rajaul Awal mengatakan, berdasarkan informasi dari warga, penyebab banjir adalah hujan lebat di sisi hulu (kawasan Gunung Singgalang, dan adanya longsor tebing di Ngarai Kalong, Parambahan, Agam. Longsor tersebut menutup arus air, sehingga air meluap dan mengalir deras ke arah Ngarai Sianok.
Saat ini, alat berat sudah disiagakan di Ngarai untuk membantu pembersihan lumpur dan puing-puing sisa banjir. Tim SAR dan relawan juga turut membantu warga yang terdampak. (*/Yh)