Langgam.id - Aroma nasi Kapau yang mewangi di perantauan kini merambat ke tanah asalnya, nagari Kapau. Di jalan nagari sepanjang 2,5 km, bertebaran belasan warung nasi Kapau.
Sebelumnya, untuk mencicipi nasi Kapau, orang Kapau sendiri harus pergi ke Los Lambuang atau pasar-pasar lain di Bukittinggi dan Agam. Tapi kini, bagi mereka yang tinggal di Kapau bila ingin menikmati nasi Kapau tak perlu jauh-jauh lagi, sebab usaha nasi Kapau sudah menjamur di nagari itu sendiri.
“Bertumbuhnya 5 tahun terakhir. Dulunya di kampung tidak ada orang jualan nasi Kapau. Tapi setelah sewa warung atau ruko di Bukittinggi mahal, banyak juga yang berpikir kenapa gak dibuka di kampung saja, di depan rumah saja. Dari simpang Panji (batas dengan Nagari Koto Tangah, ke arah sepanjang jalan nagari Kapau sepanjang 2,5 km, ada 13 nasi kapau,” terang Wali Nagari Kapau Zulkarnaini.
Salah satu nasi Kapau yang berdiri tegak di kampung adalah Lapau Kapau. Berkonsep kekinian atau instagramable, Lapau Kapau pembukaan perkenalan (soft opening) 14 Maret lalu, menjadi magnet baru bagi orang bertandang ke Kapau. Promosi melalui media sosial cukup ampuh mendatangkan tamu dari luar Kapau.
Bangunan Lapau Kapau itu terletak di Jorong Pandam Banyak, sekitar 50 meter dari pintu masuk Nagari Kapau dari arah Pakan Kamis. Bentuk bangunannya menyerupai tungkus nasi tradisional dari daun pisang. Hal yang memikat banyak pengunjung memunggunginya untuk berswa foto.
Letaknya di pinggir sawah dengan wajah bangunan menoleh ke arah Gunung Marapi dan Gunung Singgalang, juga menjadi lanskap terbaik bagi pengunjung berfoto.
Sajian menu masih mengusung konsep tradisional kedai nasi Kapau yakni dengan paluang yakni ragam lauk berjajar di atas papan berderet secara vertikal, dengan posisi pramusaji berada di belakang dan lebih tinggi supaya bisa menjangkau.
Maka itu, sanduak (sendok panjang berbahan baku tempurung dan tangkai bambu) menjadi senjata yang identik bagi pramusaji nasi Kapau. Mereka cukup berdiri di belakang, dan dengan sanduak mereka menjangkau beragam gulai yang terletak di panci.
Hal yang membedakan dengan cara panyajian umum rumah makan nasi Padang, yakni dengan konsep etalase dengan menu ditumpuk berwadah panci dan piring.
Lapau Kapau kemudian memadukannya dengan pola pendistribusian modern seperti restoran-restoran berkelas dunia. Konsumen yang cenderung memilih duduk di meja hidangan lantai 2 karena alasan lanskap 360 derajat, tak usah berpenat-penat untuk membawa pesanan. Mereka cukup membawa badan sendiri-sendiri menuju lantai 2.
Kemudian duduk di meja yang dipesan ditentukan sebelumnya. Setelah itu, menu yang mereka pesan akan sampai dengan sendirinya. Bagaimana caranya? menu itu dikirim ke lantai 2 menggunakan lift kecil untuk pembawa makanan.
Di lantai 2, lift terbuka, lalu pramusaji akan mengambilnya dan menghidangkan ke meja pemasan. Ini menjadi daya pikat tersendiri di warung nasi Kapau yang dimiliki perantau asli Kapau, Andi Sahrandi itu.
Andi Sahrandi bergiat di ranah kemanusiaan dengan nama lembaga kemanusiaan Posko Jenggala, adalah putra asli Kapau. Walau tidak punya dasar sebagai tukang masak atau pedagang nasi, Andi yang kini berusia 77 tahun, setidaknya menjawab tantangan Gubernur Sumbar tempo hari, Irwan Prayitno dan juga Bupati Agam terdahulu, Indra Catri untuk membuka kedai nasi Kapau di kampung sendiri.
"Sederhana saja, semua untuk memberikan kesenangan bagi masyarakat dan pecinta nasi Kapau dan nasi Padang," kata Andi Sahrandi kepada wartawan.
“Andi tidak berminat bisnis kuliner, tapi 2 tahun lalu Gubernur Irwan Prayitno dan juga Bupati Indra Catri mengusulkan buka nasi Kapau di Kapau sendiri. Sebab jarak ke Bukittingi cuma 3 km,” tambah Manajer Operasional Lapau Kapau Yasril Gazali, 71, saat dijumpai beberapa waktu lalu.
Gagasan membuka kedai nasi Kapau juga dikonsep secara menarik dan kekinian, tapi tanpa merugikan iklim kedai nasi Kapau yang ada di sekitar Kapau itu sendiri.
“Investasi Andi Sahrandi ini memiliki gagasan jangan ada mempengaruhi nasi Kapau yang sudah ada. Cari tamu yang baru (promosi melalui medsos). Termasuk penetapan harga, dimana Rp.40 ribu per 1 menu lauk,” jelas Yasril.
Lapau Kapau sendiri tidak menjual menu nasi Kapau tok. Ada juga menu lainnya sebagai itu dijual nasi Padang lainnya. Selain itu juga ada seafood.
“Selain menu nasi Kapau asli seperti randang ayam, randang itik, gulai tembunsu, perpaduan sayur nangka, lobak dan kacang panjang, juga ada pilihan masakan Padang umumnya seperti itiak lado hijau, randang, seafood,” katanya.
Sebelum terhidang nasi dan ragam lauknya, di Lapau Kapau orang-orang pun bisa sarapan pagi. Di sana tersedia ketupat pical kapau, bubur kampiun, goreng-gorengan. “Ini partnership sifatnya. Dengan masyarakat Kapau asli. Ada 3 pedagang yang bermitra saat ini,” ungkap Yasril.
Keberadaan Lapau Kapau, selain menegaskan Kapau sebagai kampung masakan Padang, secara langsung juga membuka lapangan pekerjaan. Setidaknya ada 38 orang yang bekerja dalam manajemen Lapau Kapau. Lima orang di antaranya tukang masak asli dari Kapau.
“Masak nasi Kapau ya orang Kapau, makan nasi Kapau yah di Kapau,” ujar Yasril, mantan Walinagari Kapau periode 2010-2016 ini.
Lapau Kapau buka sejak jam 7 pagi hingga 9 malam. Untuk 7-10 pagi, dibuka untuk sarapan pagi dengan menu seperti ketupat pical, bubur. Sementara pukul 10.00-21.00 dibuka kedai nasi.
Kekuatan promosi Lapau Kapau bersandarkan media sosial, telah menggiring orang jauh mendatangi Kapau. Mereka penasaran sekaligus ingin menikmati suasana yang ditawarkan Lapau Kapau.
Seperti Fitri Yeni, 49, yang datang jauh dari Pekanbaru, Riau, sengaja mengagendakan makan di Lapau Kapau kala pulang kampung di Kubang Putih, Agam.
Ia tahunya dari Facebook, ada warung nasi yang viral. Warung nasi itu di Kapau. “Mencoba ke sini, ternyata Alhamdulillah wow. Memang enak. Tidak mengecewakan,” ungkapnya.
Fitri pun merasa, harga Rp.40 ribu untuk satu lauk, tidaklah mahal jika dibanding rasanya. “Kami sering masuk ke restoran mahal, dalam pandangan enak, tapi rasa kurang. Kalau ini sesuatu yang memang enak. Kami di rantau tidak merasakan itu mahal. Tempat pun nyaman,” kata Fitri yang mencicipi gulai kikil itu.
Fitri dan keluarganya datang sebelum siang. Menu nasi Lapau Kapau baru saja diangkat dari tungku, sehingga benar-benar hangat. Disaat bersamaan, juga berdatangan tamu jauh lainnya. Di antaranya Leoni, 68. Ia datang bersama beberapa teman sebayanya dari Payakumbuh, kota berjarak 35 km dari Bukittinggi.
“Kami ada 6 orang dari Payakumbuh. Berangkat jam 8 pagi. Sengaja ke sini karena tahu dari FB, Instagram. Memang suka nasi Kapau sih, dan ini kan baru. Jadi coba dulu,” tandas Leoni.
Nasi Kapau amat berjasa bagi Kapau secara kampung. Kepopulerannya tentu saja menjadikan Nagari Kapau ikut terkenal. Tapi yang lebih penting, keberhasilan perantau Kapau terutama berdagang nasi, meneteskan rezeki juga ke kampung.
“Imbas ke kampung, misal alek (event) nagari, seperti pulang basamo (bersama), ada bantuan dana dari perantau (Ikatan Keluarga Kapau - Keluarga Amal Sosial (KAS- Pekanbaru), untuk MTQ Nagari, khatam Quran,” kata Wali Nagari Kapau Zulkarnaini.
Semoga saja nasi Kapau selalu mengimbau.