Mudik dan Keindahan Momen Berhari Raya di Kampung Halaman: Sebuah Refleksi Perantau

Mudik dan Keindahan Momen Berhari Raya di Kampung Halaman: Sebuah Refleksi Perantau

Yoss Fitrayadi (Foto: Dok Yos)

ALHAMDULILLAH. Puji syukur kepada Yang Kuasa, perjalanan mudik pulang kampung pada momen Idul Fitri 1444H/2023M yang saya jalani berjalan lancar. Saat ini saya sudah berada kembali di tanah rantau, untuk menjalani aktivitas rutin keseharian. Perjalanan lewat darat yang ditotal berjarak hampir 5 ribu kilometer, termasuk perjalanan pulang pergi dan mondar-mandir di kampung. Berhari raya di kampung halaman, bagi saya masih menjadi momen penting yang membahagiakan. Suasana berkumpul bersama orang tua, adik-adik dan saudara lainnya adalah sebuah momen yang indah. Apalagi keluarga besar kami masih banyak yang tinggal di Sumbar. Perantau luar provinsi masih berhitung jari.

Perjalanan itu sendiri bisa kita bahas di tulisan lain. Yang jelas, dari dulu saya selalu berterima kasih kepada pihak-pihak yang sudah bekerja maksimal untuk “melayani” pemudik. Mulai dari TNI/Polri, Tenaga Medis, Operator alat berat yang stand by untuk memastikan jalanan baik-baik saja. Juga pada petugas SPBU, sopir truk tanki BBM dan semua yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Dari dulu, mereka selalu bekerja maksimal di musim mudik ini. Jauh melebihi semangat kerja di hari-hari biasa. Kampung saya menyebutnya di bulan coghai (cerai).

Setibanya di kampung, silaturahmi adalah kegiatan yang paling saya nikmati. Dan itu hanya sebatas silaturahmi. Sebagai perantau semenjana/sekedar, hal yang paling dihindari adalah muncul di kampung sebagai sosok yang berhasil. Kegiatan sumbang menyumbang di muka publik apalagi ditambah ota tentang kemajuan kampung halaman, selalu dihindari. Saya pulang murni untuk bersilaturahmi. Kalaupun ada halal bi halal kaum dan nagari, saya hadiri memang untuk bersilaturahmi. Saya tidak mau menyumbang di acara itu, walaupun pembawa acara dan peminta sumbangan terus berteriak. Berpendapat sok tahu dan menggurui pun tidak dilakukan. Banyak diam dan mendengar saja. Kalaupun nanti saya dianggap sampilik dan sombong, saya sudah tidak peduli. Saya pulang hanya untuk bersilaturahmi. Soal sumbangan kepada kampung, ada cara dan jalan lain.

Kalau boleh berharap, masyarakat di kampung menanggapi sekadar saja terhadap para pemudik atau para perantau pulang basamo. Tak perlu lah tebaran spanduk mengucapkan selamat datang. Tak ada decak kagum berlebihan lagi. Kalaupun mereka pulang, salami saja lah dengan sebuah salaman dek alah lamo indak basuo. Tak perlu lagi drum-drum bekas di tengah labuah lengkap dengan orang membawa tangguak meminta kerilaan perantau untuk membangun masjid atau turnamen sepakbola.

Pun harapan untuk perantau, tak lagi berebut membeli singgang ayam ketika pulang. Tak perlu juga bertingkah-meningkah dalam menyebutkan jumlah sumbangan untuk surau dan masjid. Cerita sok tahu berupa seolah sebuah brief untuk kemajuan kampung perlu kita kurangi. Kita pulang untuk bersilaturahim dan berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai di kampung halaman. Memaksakan diri untuk terlihat bergaya di kampung halaman mudah-mudahan tidak lagi kita lakukan. Kita pulang apa adanya saja.

Di kampung, kehidupan masih berjalan seperti nan biasa. Menjadi Aparatur Sipil Negara nampaknya masih sebagai jalan keluar utama penyambung hidup. Bagi sebagian orang berharap dengan menjadi anggota legislatif. Spanduk dan baliho berisi lambang partai, foto diri dan ucapan selamat idul fitri bertebaran di seluruh pelosok kampung. Sebagian masih menantikan rasaki harimau, berharap menemukan emas di sepanjang sungai. Sebagian apak dan mamak-mamak kita, masih gadang ota dan sok tahu dengan segala ceita ala lapaunya. Sebagian lagi masih setia bertani di sawah, menggembalakan ternak dan berladang. Sebagian anak muda masih rajin ke sekolah, surau dan masjid. Sebagian muda lagi, rambutnya sudah diwarnai. Kampung kita masih mengalir dan bergerak. Kampung juga sebuah kedimanisan. Tapian tampek mandi bahkan sudah banyak yang hadir sudut kamar tidur.

Apapun itu. Pulang kampung dan berhari raya bersama keluarga adalah sebuah keindahan yang harus kita nikmati bersama. Belum terlambat rasanya untuk mengucapkan Selamat Idul Fitri 1444H untuk seluruh pembaca setia langgam. Semoga kita semua diberikan kesempatan bertamu lagi di momen indah hari raya tahun depan. (*)

Yoss Fitrayadi adalah Praktisi Digital Marketing

Baca Juga

Ribuan Warga dan Perantau Padati Lapangan Merdeka Pariaman Tunaikan Salat Idul Fitri
Ribuan Warga dan Perantau Padati Lapangan Merdeka Pariaman Tunaikan Salat Idul Fitri
Rasional dalam Pikiran, Emosional dalam Toleransi
Rasional dalam Pikiran, Emosional dalam Toleransi
Kedewasaan Menyikapi Keberagaman
Kedewasaan Menyikapi Keberagaman
Langgam.id - Pemprov Sumbar dan Bali bakal menjalin kerjasama bersama Air Asia untuk penerbangan langsung Sumbar-Bali.
Harga Tiket Penerbangan Padang-Jakarta Masih Melonjak, Transit ke Kualalumpur
Tiket pesawat dari Padang menuju Jakarta usai Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriyah hingga 1 Mei 2023 habis terjual. Tiket pesawat untuk tujuan
Tiket Pesawat Padang-Jakarta dan Padang-Batam Ludes Hingga 1 Mei 2023
Seluruh homestay yang terdaftar di Asosiasi Homestay Tanah Datar (ASHTAR) terisi penuh pada momen libur Lebaran 2023. Saat ini, ada 35.
Seluruh Homestay di Tanah Datar Terisi Penuh di Momen Libur Lebaran 2023