Meski PSBB, Pintu ke Langit Terbuka Lebar

Ibnu Khaldun

Dosen Fakultas Adab & Humaniora UIN Imam Bonjol Muhammad Nasir. (IST)

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang akan diberlakukan esok hari (22/04/2020) diduga akan berat. Baik bagi masyarakat maupun bagi pemerintah.

Bagi masyarakat, selain berusaha mencari jalan untuk mengatasi dilematika PSBB, tak ada salahnya pula mengadu kepada Allah SWT.

Boleh jadi jalan di bumi sedang tak lempang, jalan ke langit justru terbuka lebar. Inilah waktunya menyertakan tuhan dalam upaya menenangkan diri menghadapi wabah Covid-19.

Simaklah hadits Qudsi berikut, “Siapa saja yang tidak rela menerima ketetapan-Ku (takdir-Ku) dan tidak sabar menghadapi ujian-ujian-Ku, maka hendaklah keluar dari kolong langitku dan silahkan cari Tuhan selain Aku.”

Teks itu diambil dari penjelasan teks syarah (hasyiah) tafsir Jalalain, karangan Syekh Ahmad bin Muhammad Ash-Shawi, Hasyiah al Shawi Tafsir Jalalain, (2017:2079). Hadis itu digunakan untuk menjelaskan ayat ke-33 dari surat Al Rahman

Menurut keterangan hadits Qudsi di atas, setidaknya ada beberapa pesan moral yang mesti direnungkan. Pesannya mencakup atas makhluk halus (jin) dan makhluk berjisim, yaitu manusia.

Rela Menerima Takdir Allah SWT

Bagaimanapun, dalam konteks keimanan, seorang muslim mesti meyakini semua wabah termasuk wabah corona ini datang dari Allah SWT. Virus corona termasuk makhluk Allah SWT yang diciptakan untuk keperluan tertentu.

Barangkali manusia perlu mengerahkan kemampuan para saintis terbaik untuk mencari arti kehadiran virus itu di dalam kehidupan manusia. Allah SWT punya rahasia sendiri. Firman-Nya, "Allah tidak malu untuk membuat nyamuk sebagai contoh atau yang lebih kecil darinya.” (Al-Baqarah: 26).

Coba simak kelanjutan ayat di atas, “adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik (QS. Al Baqarah, 26)

Jadi, untuk menenangkan jiwa, mari ikhlas dan rela menerima kenyataan ini tanpa harus menyalahkan sesiapa. Andaipun bermula wabah ini dari orang-orang dari Wuhan, kemudian berpendar ke seluruh dunia, maka semua tak lebih Allah jadikan media tempat menghinggapkan (carrier) virus ini. Mengapa virus ini begitu cepat menyebar, barangkali karena prilaku buruk manusia juga.

Terimalah kenyataan pahit ini dengan rela dan ikhlas. Manfaat rela dan sabar dan ikhlas tentu lebih besar daripada panik dan memaki-kian kemari. Agar pandemik ini tidak disikapi dengan panik.

Sabar Menghadapi Musibah

Imam Al Ghazali dalam Kitabnya Ihya’ Ulum al Din (Juz 4 Rub'ul Munjiyat) mengatakan bahwa sabar terkait dengan sikap menghadapi segala musibah (al Masha’ib) dan semua jenis bala (al Balaa’). Selanjutnya ia membagi hukum sabar kepada empat, yaitu wajib, sunah, makruh, dan haram.

Sabar dalam menahan diri dari segala sesuatu yang dilarang syariat adalah wajib. Misalnya, Menahan diri dari memakan daging babi, menyakiti tetangga, memakan harta anak yatim, mencuri dan sebagainya adalah contoh prilaku sabar yang wajib.

Di masa sekarang, protokol penanganan Covid-19 serta kebijakan yang menaunginya tentu dimaksudkan untuk menolak mudarat dan mendatangkan manfaat. Physical Distancing, PSBB, ataupun Lockdown, betapapun beratnya adalah “syari’at” untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Imam Al-‘Izz bin Abdussalam mengatakan sesungguhnya syariat itu seluruhnya maslahat, bisa berupa menolak mafsadah (mudarat) atau mendatangkan maslahat (Qawa’idul Ahkam, 1/9). Menurut  al-Ghazali, manfaat atau maslahat adalah “terpeliharanya apa yang menjadi tujuan agama’”

Tujuan agama itu menyangkut lima hal, yaitu memelihara agama (hifdz al diin), memelihara jiwa- (hifdz al nafs), memelihara akal (hifdz al ‘aql), memelihara keturunan (hifdz al nasl) dan memelihara harta (hifdz al maal). Sebaliknya, mafsadat (kerusakan) akan timbul bila mengabaikan lima tujuan syara’ tersebut.

Karena itu, bersabar dan menahan diri selama masa PSBB ini hukumnya wajib, mengingat ada mudarat yang hindari dan ada manfaat yang diharapkan.

Sementara menahan diri dari yang makruh merupakan sabar sunah. Misalnya, keluar masuk kota selama pemberlakukan PSBB pada dasarnya tidak dilarang, namun sedapat mungkin tidak dilakukan. Selama PSBB ini, masyarakat diperbolehkan keluar masuk kota. Namun, sejatinya perbuatan ini tidak dianjurkan malah tidak disukai.

Amalan #StayAtHome alias @DirumahAja justru lebih disukai (mustahab), bahkan sesuai dengan sunnah nabi. “Tidak ada seorang pun, ketika terjadi wabah, lalu ia di rumah saja dengan sabar dan yakin bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali apa yang telah ditakdirkan Allah, melainkan ia akan memperoleh pahala seperti seorang syahid. (HR.Ahmad, No. 26139)

Sedangkan menahan diri dari sesuatu yang dapat membahayakan merupakan terlarang (haram) seperti menahan diri ketika disakiti. Tentang sabar jenis ini terkait dengan bahaya langsung yang nyata dan kasat mata.

Ada cerita, seseorang menghadap Rasulullah SAW. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika ada seseorang yang datang ingin merampas hartaku? Jawab Rasulullah, “Jangan kau beri padanya.” Ia bertanya lagi, “Bagaimana jika ia ingin membunuhku?” Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.” Ia balik “Bagaimana jika aku yang terbunuh?” Kata Nabi SAW ,“Engkau dicatat syahid”, “Bagaimana jika aku yang membunuhnya?”, ia bertanya kembali. “Ia yang di neraka”, jawab Nabi SAW. (HR. Muslim no. 140).

Jangan sampai Allah Murka

Di akhir hadit qudsi itu Allah SWT berfirman, “silakan keluar dari kolong langitku dan silahkan cari Tuhan selain Aku.” Pesan Allah itu jelas. Pengalaman bertuhan lebih dibutuhkan untuk memahami kalimat itu.

Dalam keyakinan Islam, Allah SWT adalah penguasa langit dan bumi. Setidaknya ada 56 ayat Al-Qur’an yang menyatakaan langit dan bumi kepunyaan Allah SWT. Di antaranya, “Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah (QS.Thaha, 6).

Lalu bagaimana pula harus keluar dari kolong langit ini jika semua kepunyaan Allah SWT, dan bagaimana pula harus mencari tuhan yang lain, sementara menurut keyakinan Islam hanya Allah SWT tuhan yang Esa?

Wallahu a’lam bi al shawab

*Muhammad Nasir, Dosen Fakultas Adab & Humaniora UIN Imam Bonjol Padang

Baca Juga

Langgam.id - Dua pasien Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgAPA) masih dirawat di RSUP M Djamil Padang, Sumatra Barat (Sumbar).
Wagub Sumbar Curhat ke Moeldoko Soal Peran RSUP M Djamil Saat Pandemi Covid-19
Langgam.id - Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Sumbar terus gencarkan program Vaksinasi Covid-19 demi kekebalan kelompok masyarakat.
BIN Daerah Sumbar Terus Gencarkan Vaksinasi Covid-19, Kali Ini Sasar Pusat Perbelanjaan di Padang
Langgam.id - Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Sumbar kembali menggelar akselerasi Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Solok.
BIN Daerah Sumbar Gelar Akselerasi Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Solok
Langgam.id - Kemenag RI mengimbau agar para jemaah haji yang berangkat ke Tanah Suci agar berhati-hati terhadap Virus Corona (Covid-19).
Cegah Terpapar Covid-19, Kemenag Imbau Jemaah Haji Agar Tetap Hati-hati
Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kasus baru covid-19 di Kota Padang hanya bertambah 1 orang saja.
Hari Ini Hanya Ada Tambahan 1 Kasus Baru Covid-19 di Padang
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kasus positif Covid-19 di Sumbar kembali bertambah 717 orang, tersebar di seluruh daerah.
Kasus Positif Covid-19 di Sumbar Bertambah 717 Orang Lagi