Merawat Bumi dari Sampah Dapur

PalantaLanggam - Perlahan tapi pasti, sampah menjadi masalah besar bagi Indonesia. Sayangnya, belum adanya kesadaran dalam mengelola sampah, karena yang dipahami masyarakat adalah sampah harus dibuang. Padahal, seharusnya tiap rumah tangga mampu memilah sampahnya sebelum membuang.

Persoalan sampah, merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dari sebuah kota atau daerah. Seiring pertumbuhan penduduk yang meningkat, tentu dapat mempengaruhi pada penggunaan dan kebutuhan konsumsi masyarakatnya yang terus melonjak.

Sampah-sampah yang dihasilkan itu sendiri dapat berupa sampah rumah tangga, industri, bahkan sampah perkantoran.

Bukan hanya material sampahnya yang menjadi masalah, tetapi juga tempat pembuangan, pengelolaan, dan pengolahan sampah terkadang menjadi masalah serius yang perlu ditangani dengan baik dan sigap.

Persoalan sampah dan pengolahannya menjadi pekerjaan rumah tangga bagi setiap daerah khususnya daerah perkotaan. Sebuah tantangan besar mengatasi banyaknya sampah yang menumpuk, jika dibandingkan dengan daya konsumsi masyarakatnya yang tinggi.

Sedangkan ketersediaan akses TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang sangat minim. Sehingga, pemerintah kota masih kebingungan akan membuang kemana sampah yang ada.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah khususnya sampah rumah tangga adalah dengan melakukan pemilahan antara sampah organic dan anorganik. Sampah organic bisa dilakukan dengan pembuatan pupuk kompos dan ecoenzyme.

Eco-enzyme merupakan larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa organik, gula, dan air. Cairan Eco-enzyme ini berwarna coklat gelap dan memiliki aroma yang asam/segar yang kuat.

Sampah dapur berupa sayuran yang tidak terpakai atau kulit buah buahan bisa menjadi salah satu bahan dalam pembuatan ecoenzyme.

Kegiatan pengabdian masyarakat melalui Pelatihan Pengolahan Sampah Menjadi Ecoenzyme dan Pupuk Organik dilakukan oleh dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas bekerjasama dengan Yayasan KOMMA bertempat di Surau Ataullah di Komplek Perumahan Jondul Rawang, Kecamatan Padang Selatan, Sabtu (13/3) kemaren.

Kegiatan yang diketua oleh dosen Fateta, Rahmi Awalina mengajak ibu ibu majelis taklim untuk bisa membuat ecoenzyme dari dapur sendiri. Hal yang sangat mudah dilakukan dengan manfaat yang luar biasa sekali.

Banyak manfaat yang didapatkan dengan pembuatan ecoenzyme diantaranya cairan pembersih serbaguna, pupuk untuk tanaman, pembasmi hama, menyuburkan tanah, pengharum ruangan dan melestarikan lingkungan sekitar.

Dengan langkah kecil yang dilakukan dari rumah, sudah berupaya menjaga bumi dari dapur. (Osh)

Baca Juga

Ratusan mahasiswa Universitas Andalas (Unand) menggelar aksi demonstrasi di depan Pengadilan Negeri (PN) Padang, Senin (11/11/2024).
Mahasiswa Unand Demo PN Padang, Tuntut Percepatan Kasus Korupsi Dana Kemahasiswaan
Rektor Universitas Andalas (Unand) Efa Yonnedi melantik Lusi Susanti sebagai Dekan Fakultas Teknologi Informasi (FTI) periode 2024-2029.
Lantik Lusi Susanti Jadi Dekan FTI, Rektor Unand Ajak Tingkatkan Kualitas dan Akreditasi Prodi
Inovasi Pertanian: Pemberdayaan Kader PKK Melalui Pelatihan Hidroponik
Inovasi Pertanian: Pemberdayaan Kader PKK Melalui Pelatihan Hidroponik
PTUN Padang memutuskan untuk membatalkan Surat Keputusan (SK) Rektor Universitas Andalas (Unand) terkait pemberhentian Khairul Fahmi
Putusan PTUN Batalkan Pemberhentian Khairul Fahmi sebagai Wakil Rektor II Unand
Melestarikan Warisan: Pangan Tradisional Sebagai Sorotan di Perjamuan Penting
Melestarikan Warisan: Pangan Tradisional Sebagai Sorotan di Perjamuan Penting
Membangkitkan Ekonomi Kamang Lewat Kerupuk Ubi Udang Rebon: Strategi Optimalisasi Sumber Daya Lokal
Membangkitkan Ekonomi Kamang Lewat Kerupuk Ubi Udang Rebon: Strategi Optimalisasi Sumber Daya Lokal