Berita Padang – berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: 225 tahun lalu, gempa berkekuatan M8,4 yang bersinambung tsunami, dengan dampak yang besar saat itu; bukan saja Padang, melainkan juga sebagian besar wilayah pantai barat Sumatra.
Langgam.id - “Melawan lupa: 10 Feb 1797 pukul 22.00 waktu stempat tjd Tsunami Padang yg didahului gempa kuat. Tsunami menerjang pantai & muara sungai di Padang hgg menggenangi pesisir kota. Bnyk rumah hanyut, sebuah kapal besar terdorong tsunami 5,5 km ke daratan. Lebih dr 300 orang meninggal,” demikian cuitan Daryono ko Kepala Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG di laman Twitter, Kamis (10/2).
Daryono mengingatkan kembali bencana besar itu. Gempa berkekuatan M8,4 yang bersinambung tsunami, dengan dampak yang besar saat itu; bukan saja Padang, melainkan juga sebagian besar wilayah pantai barat Sumatra.
Kedahsyatan tsunami itu bisa dirujuk dari catatan geolog dan mineralog asal Jerman Arthur Wichmann lewat publikasinya, Die Edbeben des Indischen Archipels bis zum Jahre 1857.Verhandlingen der Koninklijke Akademie van Wetenschappen te Amsterdam (Tweede Sectie). Deel XX. No. 4. Johannes Müller, Amsterdam. [In German.], 1918b.
Dan juga James du Puy yang pernah menjabat residen di Padang lewat publikasi berjudul Een aantekeningen omtrent vuurbergen en aardbevingen op Sumatra, Tijdschrift voor Neerland's Indie, 7, terbitan 1845.
Catatan ini kemudian dikutip juga oleh Danny Hilman Natawidjaja, dalam laporan penelitiannya berjudulGempabumi dan Tsunami di Sumatra dan Upaya Untuk Mengembangkan Lingkungan Hidup Yang Aman Dari Bencana Alam.
Kemarin, gempa sinambung tsunami itu berlangsung 225 tahun yang lalu. Berikut gambaran kedahsyatannya berdasarkan catatan di atas:
Tsunami 1797 datang setelah guncangan gempa berlangsung selama satu menit. Kerusakan terparah terjadi di pelabuhan Muaro Padang dan juga Pantai Air Manis.
Di Padang banyak kapal yang terbawa hanyut bersama jangkar yang ditambatkan, dan sebagian hilang. Di pantai hempasan tsunami mencapai ketinggian 3-4 meter.
Peta kuno Kota Padang pada tahun 1828 memperlihatkan perumahan yang masih sedikit di sepanjang pantai, dan pusat kota masih berada di wilayah bagian Utara sungai, sampai sekitar 1 kilometer ke arah darat.
Di kawasan pusat (Muaro) Padang dilaporkan kerusakan cukup parah, namun hanya dua orang yang tewas. Sedikitnya korban karena pada saat itu rumah masih jarang, begitu juga halnya dengan penduduk.
Di Air Manis dilaporkan juga beberapa orang yang berusaha memanjat pohon untuk menghindari tsunami. Keesokan harinya ditemukan beberapa jenazah di atas pohon. Seluruh kota terendam air bah tsunami dan beberapa rumah dilaporkan hanyut terbawa gelombang.
Air tsunami menggenangi seluruh kota Padang, dengan frekuensi 3 hingga 4 kali gelombang pasang surut di pelabuhan. Satu laporan menyatakan bahwa tsunami naik sampai sepertiga bukit atau Semenanjung Apenberg yang tingginya 104 meter.
Bukit Apenberg yang disebut juga Bukit Monyet, dengan dindingnya yang keras ikut memecahkan gelombang tsunami. Laporan lain menyebutkan bahwa ketika tsunami tinggi air laut adalah sekitar 50 kaki di atas normal.
Di Padang, gelombang ”pasang-surut” tsunami membuat dasar sungai terlihat kering dan meninggalkan banyak ikan mati di atasnya.
“Semua perahu di sungai menjadi berada di atas tanah kering. Ada kapal besi dari Inggris seberat 150 -200 ton yang ditambatkan ke sebuah pohon di dekat muara sungai terbawa gelombang tsunami sampai 0.75 mil ke arah hulu dan kemudian terdampar di daerah Pasar Burung."
Hantaman kapal ini merusakkan beberapa rumah. Semua rumah di tepi laut dikabarkan tenggelam oleh air bah.
Dalam beberapa laporan dan catatan tersebut disampaikan guncangan gempa terasa sekitar 5 menit di Bengkulu dan sekitar 3 menit di Padang. Guncangan juga dirasakan oleh penduduk Singapura dan Jawa.
Terjadi tsunami besar yang merusakkan wilayah Bengkulu, Pulau Cinco, Indrapura, Padang, dan Pariaman.
Dermaga dan bangunan pelabuhan di Bengkulu tersapu ludes oleh tsunami, dan beberapa kapal terhempas ke darat. Laporan menyebutkan tidak ada korban mati di Bengkulu.
Di Pariaman guncangan demikian kuat sehingga tidak ada orang yang bisa berdiri. Gelombang menghempaskan kapal-kapal dari tempat tambatnya ke samping kiri dan kanan.
Di Pulau Cinco, gelombang tsunami menyapu ke darat menyapu beberapa rumah dan orang. Di Indrapura, kini wilayah Pesisir Selatan, tsunami yang dahsyat menerjang daratan membanjari daratan rendah.
Ada satu kampung yang tersapu bersih oleh tsunami. Satu orang ibu beserta anaknya terbawa tsunami dan hilang, tapi banyak orang yang bisa menyelamatkan diri dengan memanjat pohon dan kemudian menunggu sampai pagi.
Tsunami yang sampai di Pulau Seychelles yang berada sekitar 5000 km dari pantai barat Sumatra di lautan Hindia tingginya sama seperti yang terjadi pada waktu tsunami Aceh-Andaman tahun 2004.
Gempa ini juga menyebabkan dua gunung api yakni, Marapi dan Kerinci, mengalamai kenaikan aktifitas. Runtuhnya beberapa punggungan bukit di puncak Gunung Kaba menyebabkan banjir di lembah-lembah di lereng sebelah tenggaranya.
Banjir bandang ini menyebabkan hilangnya 90 orang penduduk. Satu kampung tenggelam oleh banjir yang dalamnya sampai 20 kaki (lebih kurang 6 meter) dan kemudian meninggalkan timbunan lumpur sedalam 7 kaki (2 meter lebih).
Mencuplik artikel Fery Irawan, Refleksi Tsunami 1797, di bnpb.go.id, gempa bumi 10 Februari 1797 bersumber dari segmen Mentawai Megathrust, zona pemicu tsunami di pantai barat Sumatra yang dikhawatirkan akhir-akhir ini.
Defenisi megathrust adalah bagian dangkal atau patahan yang landai (di atas 60 km) dari batas antara lempeng yang menunjam (lempeng samudera di Hindia) dan lempeng di atasnya (lempeng benua). Patahan ini jika bertumbukan bisa mengeluarkan energi 8.9 SR dan berpotensi tsunami.
—