Langgam.id - Terletak di Kabupaten Tanah Datar, Nagari Pariangan berhasil membuat dunia berdecak kagum. Karena keelokan alamnya, Nagari Pariangan menjadi salah satu desa terindah di dunia yang disejajarkan dengan desa Niagara on The Lake di Kanada.
Desa ini terletak di lereng Gunung Marapi, tepatnya di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat. Lokasinya sekitar 95 kilometer dari utara Kota Padang, dan 35 kilometer dari Kota Bukittinggi.
Tak hanya juara karena keindahannya, berada di ketinggian sekitar 500-700 meter di atas permukaan laut membuat udara di desa ini begitu sejuk. Tak hanya itu, panorama alam di Nagari Pariangan pun begitu luar biasa.
Di jalan utama menuju desa wisata ini, pengunjung akan ditemani oleh jalan yang berkelok dengan pemandangan hijau yang begitu asri berupa hamparan sawah yang sangat subur dan pepohonan rimbun. Rumah gadang yang berada di desa ini juga tidak biasa.
Baca juga: Selain Indah, Ini 6 Wisata Sumbar yang Mirip dengan Luar Negeri
Meski padat, rumah penduduk yang dibangun bertingkat-tingkat mengikuti kontur atau pola dari lereng gunung, terlihat rapi dan sedap dipandang mata. Setiap jengkal mata memandang, selalu terlihat atap gonjong yang runcing. Meskipun terlihat tua, rumah-rumah tersebut masih terlihat apik dan khas karena motif-motif Minang.
Tak hanya rumah-rumah yang menjadi daya tarik di Nagari Pariangan. Masjid Al-Ishlah atau Masjid Tuo Minangkabau yang dibangun pada abad ke-19 pun turut menarik pengunjung. Dilansir dari website indonesia.go.id, bangunan tertua yang dibangun Syekh Burhanuddin ini tidak mengadopsi rumah gadang sebagai arsitektur atapnya, melainkan menyerupai kuil-kuil di Tibet.
Masjid tua ini telah mengalami renovasi sebanyak dua kali, yaitu pada 1920 dan 1994. Yang semakin membuat masjid ini unik adalah terdapat pancuran air panas langsung dari Gunung Marapi. Air tersebut dapat digunakan untuk jemaah untuk mensucikan diri.
Cikal Bakal Masyarakat Minangkabau
Nagari Pariangan atau Nagari Tuo Pariangan merupakan desa paling tua yang menjadi cikal bakal masyaraakat Minangkabau. Menruut Tambo, leluhur Minang berasal dari Gunung Marapi.
Dahulu, puncak Gunung Marapi masihlah berupa sebuah daratan, lalu daerah sekitarnya adalah perairan. Ketika air mulai surut, masyarakat membangun perkampungan di wilayah gunung.
Baca juga: Dianggap Legenda, Ini 5 Destinasi Wisata Misterius di Sumbar
Nagari Pariangan juga menjadi cikal bakal lahirnya sistem pemerintahan khas masyarakat Minangkabau yang populer dengan sebutan Nagari. Menurut sejumlah pengamat, sistem pemerintahan Nagari sebelum 1980 sangat mirip dengan konsep polis pada masyarakat Yunan kuno yang lebih otonom dan egaliter. Pada saat itu sebutan yang dipakai bukanlah desa, melainkan nagari, maka jadilah Nagari Pariangan.
Aktivitas khas masyarakat Nagari Tuo Pariangan sebagian besar hidup di bidang pertanian. Tak heran jika masih banyak perkebunan dan persawahan yang hijau, menambah ketenangan dalam menikmati pemandangan di Nagari Tuo Pariangan.
Tidak sedikit juga masyarakat desa ini berada pada perantauan, berkutat di bidang perniagaan. Karena Etnis Minang juga merupakan pewaris kerajaan Melayu dan kerajaan Sriwijaya yang gemar berdagang.
Warisan sejarah, budaya, kuliner, hingga tata letak pemukiman dihiasi persawahan Nagari Tuo Pariangan berhasil mengikat perhatian dunia. Semakin bangga jadi masyarakat Indonesia, negeri penuh kekayaan alam, berjuta sejarah dan budaya. (*/Ela)