Menimbang Kadar Kemenangan

Ibnu Khaldun

Dosen Fakultas Adab & Humaniora UIN Imam Bonjol Muhammad Nasir. (IST)

Surat Asy-Syam adalah surat yang paling sering dibaca khatib pada setiap khutbah ‘Idul Fitri. Bagi yang serius menyimak, pasti menyadarinya. Allah SWT sudah bersumpah dengan menyebut segala makhluk ciptaan-Nya, matahari, bulan, siang, malam, langit dan bumi. Allah SWT juga bersumpah demi jiwa yang dititipkan ke dada manusia.  Berikut petikan terjemahnya:

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari (1). Dan bulan apabila mengiringinya (2). Dan siang apabila menampakkannya (3). Dan malam apabila menutupinya (4). Dan langit serta pembinaannya (5). Dan bumi serta penghamparannya (6). Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (7). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8). Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu (9). Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (10).  (QS. Asy-Syams [91]: 1-10)

Dalam ayat ke-8 disebutkan Allah SWT memberi dua potensi kepada jiwa, yaitu potensi yang mendorong untuk berbuat buruk (fujur) dan potensi yang membawa kepada kebaikan (takwa). Maka manusia yang mempunyai jiwa sesungguhnya sedang mempertunjukkan potensi mana yang menonjol dalam dirinya. Potensi baik, atau yang buruk.

Pesannya jelas, orang yang beruntung adalah orang yang mensucikan jiwanya, alias berhasil mendayagunakan potensi baik dalam dirinya (atat ke-8). Orang merugi adalah orang yang mengotorinya. Yaitu yang membiarkan hasrat berbuat keburukan mencemari hatinya.

Lampiran Gambar

Ramadhan dan PSBB

Allah SWT sudah menyampaikan kita kepada bulan Ramadhan. Menurut Abul-Hussain Muslim-Ibn-Habaj, Ramadhan berasal dari akar kata bahasa Arab yang berarti panas yang menghanguskan atau kekeringan. Jika kita ambil hikmahnya secara bebas, yang dihanguskan atau yang dikeringkan adalah sampah-sampah kotor dalam jiwa dengan cara berpuasa (shaum).

Puasa secara syara’ artinya menahan (imsak). Selama berpuasa dari pagi hingga petang, Muslim diminta menahan diri agar tidak makan, minum, merokok, dan berhubungan seksual (bagi suami-istri). Padahal semua itu adalah perbuatan baik dan dibolehkan. Rentang waktunya dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Sesungguhnya waktu menahan yang tidak lama.

Sementara perbuatan jelek tidak ada dilarang secara khusus, karena larangan itu sudah berlangsung sejak lama. Baik ketika bulan puasa ataupun yang tidak. Hanya saja, Allah memberi peringatan agar puasa menjadi sempurna, maka perbuatan dan perkataan jelek seperti menghina, memfitnah, mengutuk, berbohong dan berkelahi mesti dihindarkan.

Ramadhan tahun 1441 Hijriyah terasa berbeda dan istimewa. Selain syari’at puasa, manusia apapun agamanya juga diminta “imsak” agar tidak terlalu berlebihan dalam aktivitas dan pemenuhan kebutuhan pokoknya. Di Indonesia dinamakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tujuannya agar penyebaran corona virus disease-19 (Covid-19) dapat ditekan.

PSBB memang sulit, karena membatasi sesuatu perbuatan yang boleh yang merupakan nadi aktivitas manusia. Di tempat-tempat manusia lazim berkerumun. Misalnya, sekolah, tempat kerja, sarana transportasi, fasilitas umum, pasar toko, tempat wisata dan sebagainya.

Kesulitan terbesar  PSBB adalah bila manamanusia tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan hidupnya karena tidak ada uang atau alat tukar untuk memperolehnya. Ini selain bermakna menahan diri juga berarti ujian berat untuk kehidupan. Namun, justru di sinilah kualitas kolektivitas kemanusiaan sedang diuji. Apakah negara, semangat kerelawanan, kesediaan berbagi yang dimiliki manusia Indonesia, benar-benar ada.

Bagi umat Islam, semestinya ini bukan yang sulit. Mereka sudah dikenai kewajiban berpuasa, menahan diri (imsak). Tentu saja tak ada alasan untuk melepas selera buruk, apalagi berniat merusak puasa dengan perbuatan jelek dan perkataan kotor. Kesulitan-kesulitan ekonomi selama PSBB dalam jangka pendek semestinya dapat dipenuhi dengan aktifitas berbagi makanan untuk berbuka puasa kepada tetatangga dan karib kerabatnya. Tapi, entahlah.

Fitrah dan Kemenangan

Ramadhan dan pandemi Covid-19 adalah dua hal yang berbeda namun boleh dikait-kaitkan apalagi bila kita memang ada niat untuk mengambil pelajaran. Misalnya, agar kita kembali ke fitrah dan mencapai kemenangan.

Dalam berpuasa, fitrah yang dimaksud adalah kebersihan jiwa. Kebersihan jiwa menjadi indikator kemenangan. “Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa” (zakka-ha). Makna asal kata “az-zakkaa” adalah bertambahnya kebaikan. Artinya, bahwa siapa saja yang berusaha untuk menyucikan, memperbaiki, dan mengisi jiwa dengan memperbanyak amalan ketaatan dan kebaikan, serta menjauhi segala keburukan, maka pastilah dia akan beruntung.

Begitu juga sebaliknya,  “Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (dassa-ha).”Makna asal kata “dassa atau tadsiyyah” adalah menutupi. Orang yang bermaksiat, artinya dia telah menutupi jiwanya yang mulia dengan melakukan berbagai macam dosa, menguburnya dengan berbagai hal yang rendah dan hina, menghancurkan dan merusaknya.

Begitu juga agaknya dengan amalan menghadapi pandemi Covid-19. Seluruh manusia waras di muka bumi menginginkan bumi ini bersih  dari pengaruh buruk virus ini. Maka, agar suci dari virus aneka amalan baik serupa physical distancing, kegiatan kedermawanan (filantropi), perilaku hidup bersih dan sehat mesti senantiasa digalakkan. Tujuannya adalah agar “perang” melawan Covid-19 diakhiri dengan kemenangan.

Akhir-akhir ini perhatian kita tertuju pada kurva situasi peperangan melawan covid-19 yang dirilis situs www.endcoronavirus.org. Dalam rilisnya berjudul “Who is Beating Covid-19?” situs tersebut menampilkan negara mana yang paling canggih melawan covid-19. “Which countries do best in beating Covid-19? Some are Winning - Some are Not.” Indonesia terletak dalam kategori negara yang harus berjuang lebih keras dan lebih canggih (Countries that Need to Take Action). Ternyata  Indonesia belum menang!

Artinya, boleh jadi puasa Ramadhan sudah berakhir. Namun kemenangan belum kita peroleh dengan sempurna. Dampak dari fitrah dan kesujian jiwa semestinya tampak nyata pada fakta sosial menghadapi Covid-19. We need to take more action!

Sekarang tinggal refleksi diri, seberapa berhasil puasa yang sudah kita lakukan dan seberapa mampu kita menahan diri agar tidak melampaui batas yang dibolehkan PSBB. Hingga berani mengklaim kembali ke fitrah dan menang.

Namun, jangan pula berkecil hati. Kita masih boleh mengucapkan Taqabbalallahu Minna wa Minkum (semoga Allah menerima puasa kita). Karena semua rukun dan syarat sudah dipenuhi. Sudah menahan haus, lapar dan perbuatan lainnya yang membatalkan puasa.

“Kullu ‘Aamin wa antum bi khair, minal ‘aidin wal faaidzin (semoga tiap tahun kita berada dalam kebaikan, menjadi orang yang kembali ke fitrah dan orang yang menang). Do’a itu harus diucapkan dengan malu dan canggung. Begitu banyak prilaku jelek yang masih kita lakukan selama berpuasa dan selama pemberlakuan PSBB. Karena kita sadar Allah SWT maha melihat, Jujur sajalah!

Bahwa setiap manusia yang bersih pasti berusaha menghindari yang kotor-kotor. Orang yang kembali ke fitrah pasti enggan melakukan perbuatan yang buruk. Begitu fitrah manusia yang sesungguhnya. Itulah yang kita harapkan setelah Idul Fitri. Kebersihan jiwa adalah menjadi kunci kemenangan. Selamat Idul Fitri 1441 H.


Muhammad Nasir, Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol

Baca Juga

Festival Gema Takbiran Sambut Lebaran di Tanah Datar
Festival Gema Takbiran Sambut Lebaran di Tanah Datar
MUI: 1 Syawal 1445 H Momentum Teguhkan Kebersamaan
MUI: 1 Syawal 1445 H Momentum Teguhkan Kebersamaan
Kementerian Agama akan menggelar Sidang Isbat (Penetapan) 1 Syawal 1445 H pada Selasa (9/4/2024). Sidang isbat tersebut bakal dilaksanakan di Auditorium HM.
Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1445 H Digelar 9 April 2024
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah mengatakan, bahwa pihaknya membuka Posko Pelayanan Perhitungan Tunjangan Hari Raya (THR).
Kemnaker Buka Posko THR, Minta Pemerintah Daerah Lakukan Hal yang Sama
Eks Persija Makro Simic gabung Paris FC untuk berlaga di Jordus Cup Batusangkar
Eks Persija Marko Simic Gabung Paris FC, Tampil di Jordus Cup Batusangkar
Langgam.id - Pemko Payakumbuh kembali memfasilitasi pelaksanaan Salat Idul Fitri berjamaah di halaman Balai Kota Payakumbuh.
Pemko Payakumbuh Kembali Fasilitasi Pelaksanaan Salat Idul Fitri Berjamaah