Menikmati Gocekan Bola AKBP Rudy Yulianto, "Ryan Giggs" dari Polda Sumbar

Menikmati Gocekan Bola AKBP Rudy Yulianto, "Ryan Giggs" dari Polda Sumbar

AKBP Rudy Yulianto dalam salah satu aksi bolanya. (Foto: IG @rudy_yulianto97)

Langgam.id - Rudy Yulianto menggiring bola kencang dari sayap kanan ke kotak pinalti tim lawan. Seorang pemain belakang, tak sanggup mengejarnya. Kiper diperdaya. Tendangannya melesat masuk lewat sisi kiri gawang. Gol.

Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Rudy Yulianto adalah wakil direktur Reserse Narkoba Kepolisian Daerah (Polda) Sumatra Barat (Sumbar). Sejak jadi kapolres, ia sudah terkenal dengan gocekan bolanya yang indah dan berkelas bak pemain profesional.

"Detik-detik gol Ryan Giggs, pemain Manchester United ke gawang @ditpolairuddasumbar dalam turnamen #pialakapoldasumbar2019," canda Rudy, dalam keterangan video gol yang diposting di akun instagramnya tersebut.

Manchester United dan pemain sayap legendanya Ryan Giggs, adalah idola Rudy. Di tim, ia juga bermain di sayap, seperti Giggs. Meski, Giggs di kiri dan Rudy di kanan.

"Cita-cita saya (dulu) menjadi pemain sepakbola. Saya ingin jadi pemain Timnas yang bisa membawa nama Indonesia ke kancah internasional, khususnya ke Piala Dunia. Memang cita-cita saya (dulu)," kenang Rudy Yulianto saat berbincang dengan wartawan langgam.id, Rabu (31/7/2019).

Namun jalan hidup menentukan lain. Pria kelahiran Semarang Jawa Tengah ini malah mantap menjadi abdi negara di Polri dan kini telah berpangkat AKBP.

Meski demikian, skill dan kemampuannya mengolah si kulit bundar hingga kini masih terlihat. Tak kalah dengan tugasnya menangkap penjahat.

Gocekan hingga kecepatan di lapangan hijau membuat banyak orang mengacungi jempol. Bahkan dalam hal juggling bola, skill Rudy akan membuat geleng-geleng kepala. Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi yang juga mengikutinya di Instagram, memuji salah satu postingan yang memperlihatkan skill tersebut.

Sebenarnya, tak hanya bola kaki. Bola sepak takraw, tenis, pingpong dan bahkan tabung tisu basah serta gulungan kaos kaki seakan melekat di kakinya. Bagi Rudy, olahraga sepakbola memang sudah mendarah daging di dirinya.

"Memang kalau sepakbola itu sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari diri saya sejak kecil. Dari kecil saya main sepakbola," ujarnya.

Bakat Rudy dalam dunia sepakbola sudah terasah sejak ia kecil ketika duduk di bangku Sekolah Dasar. Rudy mengenang, kala itu dirinya tiada hari tanpa bermain sepakbola. Apalagi, kediaman kakek dan neneknya di Semarang waktu itu persis berada di depan SD yang memiliki halaman yang cukup luas.

Dari sanalah, Rudy kecil mulai mengembangkan bakatnya mengolah bola. Tanpa sepatu dan hanya mengandalkan bola berbahan plastik, ia dan rekan-rekan sebayanya kala itu terus menyalurkan hobi sembari mengasah kemampuan sepakbola.

Bahkan setelah orang tuanya yaitu Narwoto dan Istiningsih pindah kediaman. Lagi-lagi Rudy kembali menemukan lapangan untuk mengasah kemampuan. Namun, kali ini lapangan itu bukan lagi sekadar halaman. Melainkan, betul-betul lapangan sepakbola yang berada di depan rumahnya.

"Jadi ketika orang tua punya rumah sendiri, saya pindah, pas benar di depan rumah itu ada lapangan bola. Lapangan beneran, lapangan rumput, lapangan sepakbola sungguhan. Sehingga ya makin tersalurkanlah hobi saya main sepakbola itu. Karena dari rumah ke lapangan itu dekat, depan persis," kata Rudy.

"Kadang anak-anak main, bola masuk rumah saya (karena dekat lapangan). Jadi semakin tersalurkanlah hobi saya. Enggak mengenal waktu, pagi, siang, sore bahkan sudah malam pun masih main," sambung pecinta klub Manchester United itu.

Bakat Rudy kian terasah. Apalagi, di usianya yang semakin bertambah. Ia mulai bergabung di beberapa klub sepakbola di Semarang seperti S3 (Sport Supaya Sehat) hingga Kuda Laut namanya. Namun ini hanya klub biasa.

Akhirnya, untuk pertama kali, Indonesia mendirikan sekolah sepakbola (SSB) di Semarang yang kala itu didirikan oleh pelatih PSIS Semarang yaitu Santono Anwar setelah berhasil menjuarai Perserikatan Divisi Utama tahun 1987. Di SSB bernama Tugu Muda inilah, Rudy kian memperdalam ilmu dan tekniknya tentang sepakbola.

"Saya masuk SSB ketika kelas 1 SMP, di sana ada pelajaran baik teori dan praktek. Mulai bagaimana teknik heading, kontrol, dan passing bola. Saat itu ada rapor penilaiannya juga, layaknya seperti sekolah," cerita Rudy.

Ilmu bertambah dan skill kian terasah, Rudy acap kali mengikuti kejuaraan hingga meraih kemenangan bersama tim kesebelasanya. Rudy bahkan tak lagi begitu mengingat sudah berapa kali timnya meraih tropi kemenangan.

Hati Bergejolak Menentukan Pilihan

Rudy kian remaja hingga lulus SMA. Masa ini, menjadi pilihan terberat baginya menentukan pilihan arah jalan hidup. Lahir dari keluarga yang juga dari kepolisian, Rudy akhirnya harus meninggalkan SSB dan mulai mencoba karir di dunia kepolisian.

Kala itu, tahun 1994 Rudy yang selalu mendengar kata orang tuanya itu akhirnya mendaftar sebagai anggota kepolisian yang dulunya bernama Akabri melalui jalur Akpol. Meski hatinya sempat bergejolak.

"Waduh saya sudah masuk Akabri tentu tidak bisa main sepakbola lagi, pikiran saya waktu itu gitu. Tidak bisa berprestasi lebih lagi soal sepakbola, dan cita-cita jadi Timnas tak terwujud," kata Rudy.

Namun hal demikian ternyata terbantahkan. Hobi dan bakat Rudy dalam hal sepakbola tetap dapat ia salurkan ketika menempuh pendidikan di kepolisian. Bahkan, ia juga menjadi pemain inti andalan dalam skuad Akpol kala itu.

Rudy akhirnya lulus Akpol pada tahun 1997. Karir Rudy di kepolisian lancar. Usai lulus, ia langsung di tempat bertugas pertama kali di Polda Metro Jaya tepatnya di Polres Jakarta Timur. Pertama dinas Rudy menjabat sebagai perwira samapta kurang lebih selama sembilan bulan.

Kemudian ia juga pernah menjabat sebagai Kanit Res Intel yang merupakan unit gabungan antara Reserse dan Intel sejak 1999 sampai 2001. Kanit Res Intel ini sekarang dinamakam Kanit Reskrim yang ada di setiap Polsek sekarang.

Selanjutnya Rudy menjabat sebagai KBO (Kaur Bin Ops) atau kepala urusan pembinaan operasional di Satuam Intel Polres Jakarta Timur pada tahun 2001 hingga 2003. Kemudian Rudy kian memantapkan karir di kepolisian dengan
masuk pendidikan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta.

Setelah lulus 2004 selanjutnya ia ditempatkan di Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya pada Bulan Agustus 2004 itu Rudy diberikan jabatan sebagai Kasat Intel Polres Gunung Kidul. Seterusnya tahun 2005 menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Bantul.

Tepat tahun 2007 Rudy dipindahkan menjabat sebagai perwira unit di Direktorat Reserse DIY menjadi penyidik. Di saat inilah Rudy menjadi penyidik untuk menangani kasus besar seperti kecelakaan pesawat Garuda yang jatuh di Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

Selanjutnya, Rudy mendapat promosi sebagai Kanit (Kepala Kanit) dalam penanganan kasus harta, benda dan tanah. Diteruskan ia pindah ke Direktorat Intel Polda DI Yogyakarta sampai 2011.

"Kemudian baru saya masuk Sespimmen (Sekolah Staf dan Pimpinan Tingkat Menengah). Selama tujuh bulan menjalankan pendidikan di Lembang Bandung dan lulus November 2011," kata dia.

Usai lulus Sespimmen itulah Rudy menginjakkan kaki di Ranah Minang yaitu bertugas di jajaran Polda Sumbar. Awalnya, ia menjabat sebagai Kasubdit IV Direktur Reserse Umum hingga 2014.

Kemudian Rudy dipromosikan menjadi orang nomor satu yaitu Kapolres Padang Pariaman selama dua tahun delapan bulan atau hingga Maret 2017.

Tak sampai di situ, Rudy juga pernah menjabat Kapolres Dharmasraya hingga November 2018. Terakhir, baru ia kembali kembali dipromosikan sebagai wakil direktur Reserse Narkoba yang ia jabat sampai sekarang. "Jadi saya sudah delapan tahun di sini (Sumbar)," ungkap Rudy.

Di Ranah Minang Kembali Bersinar dengan Sepak Bola

Selama di Sumbar juga Rudy kembali bersinar dengan sepak bola. Ia tidak menyangka, aksi juggling bola yang divideokan anggotanya viral di media sosial. Banyak begitu kagum dengan skill Rudy. Seorang perwira polisi, yang bukan pemain profesional punya kemampuan yang boleh juga.

Padahal, saat itu, ia hanya iseng untuk berolahraga di halaman rumah dinasnya kala Rudy menjabat sebagai kapolres Dharmasraya. Ia tidak menyangka bahwa video itu viral di Instagram.

"Nah, ceritanya pada suatu hari saya di Dharmasraya itu sedang bersih-bersih kantor sama anggota. Semuanya berpakaian olahraga. Saya kebetulan akan ada acara, jadi pakai baju dinas. Sebelum berangkat, saya mengawasi anggota," ujarnya.

"Di belakang rumah dinas, ada halaman rumput. Kemudian, saya iseng suruh anggota ambil bola. Kemudian saya coba juggling. Lalu, ada anggota mengambil video, saya kaget," sambung Rudy.

Rudy kemudian meminta anggotanya untuk kembali mengambil video. Namun, kali ini ia juggling duduk sembari memberikan imbauan bagi masyarakat tentang pentingnya berolahraga.

"Saya bilang men sana in corpore sano, 'dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat'. Sambil duduk juggling bola, anggota mengambil video. Setelah itu anggota ternyata kirim ke Humas Polres yang diteruskan ke Humas Polda. Saya tidak tahu dulu, saya enggak ada akun Instagram," cerita Rudy.

Namun ternyata postingan Humas Polda Sumbar itu viral. Sore harinya, Rudy mulai diburu untuk diwawancarai oleh media televisi nasional atas bakat ia dalam mengolah bola.

"Saya tidak menyangka kayak gini, malah saya jadi takut. Tapi enggak apalah, ini viral positif. Saya diundang oleh Trans7 hingga CNN Indonesia tapi saya hanya via telepon aja. Media ini meminta viral juggling saya ini untuk memeriahkan Piala Eropa kala itu," katanya.

Berawal dari rasa penasaran Rudy yang sebelumnya tidak memiliki akun Instagram, akhirnya ia memutuskan untuk membuat akun pribadi. Ia mencari tahu bagaimana videonya bisa viral tersebut. Ternyata salah satu akun media memposting ulang aksi juggling yang dilakukannya.

Setelah itu, Rudy memutuskan untuk intens menyalurkan ekspresinya dalam bidang sepakbola meski sibuk di kepolisian melalui Instagram. Hal ini, katanya, pada dasarnya sembari untuk mengajak masyarakat untuk giat berolahraga.

Selaku wakil direktur Resnarkoba, hal yang dilakukan Rudy di Instagram ini juga untuk mengajak generasi muda agar terhindar dari narkoba. Sekaligus, memberi motivasi dan menjadi contoh bagi generasi muda.

"Talenta yang dimiliki seseorang itu adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan bagi sesama. Saya kebetulan punya talenta sepak bola, maka saya ingin hal ini bisa memotivasi dan menjadi inspirasi orang untuk aktif berolah raga. Olah raga itu sangat penting. Men sana in corpore sano. 'Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat'," kata Rudy.

Untuk yang belum tahu skill Rudy dalam sepakbola, bisa dilihat dari akun Instagram pribadinya @rudy_yulianto97. (Irwanda/HM)

Baca Juga

Konflik agraria di Nagari Kapa, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, kembali memanas pada Jumat (4/10/2024).
Konflik Agraria Berlanjut: 10 Warga Kapa Dibawa ke Polda, Penggusuran Lahan Menuai Kecaman
Bidpropam Polda Sumbar mulai melakukan sidang kode etik terhadap para personel yang diduga tidak profesional saat membubarkan aksi tawuran
Polda Sumbar Mulai Sidang Kode Etik Anggota Tidak Profesional saat Bubarkan Tawuran di Kuranji
Deklarasi Kampanye Damai Pilkada 2024: KPU Tekankan Pentingnya Demokrasi Bermartabat
Deklarasi Kampanye Damai Pilkada 2024: KPU Tekankan Pentingnya Demokrasi Bermartabat
KAI dan Polda Sumbar Gelar Operasi Tilang Humanis di Perlintasan Kereta Api
KAI dan Polda Sumbar Gelar Operasi Tilang Humanis di Perlintasan Kereta Api
Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Dwi Sulistyawan mengunjungi rumah keluarga Nia Kurnia Sari (18) di Korong Pasa Surau, Nagari Guguak,
Kasus Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan, Polda: Identitas Pelaku Sudah Mengerucut
Tim Unit Satwa Polda Sumbar melakukan pelacakan di Jorong Pasa Surau, Nagari Guguak, Kecamatan 2x11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman
Baju Gadis Penjual Gorengan yang Meninggal Terkubur di Padang Pariaman Ditemukan