Meski dianggap tabu, poliandri ternyata menjadi sebuah tradisi di Himalaya. Bahkan tak jarang dua bersaudara berbagi satu istri.
Langgam.id - Di saat orang lain masih ribut mengenai poligami, di pedalaman Himalaya ada namanya poliandri atau berbagi istri yang telah menjadi tradisi.
Di sana, istri boleh punya banyak suami. Bahkan mereka percaya, istri yang punya banyak suami dapat membawa keberkahan dalam hidup. Tradisi ini diketahui telah ada sejak seabad lalu.
“Segala sesuatu lebih mudah dengan cara seperti ini karena semuanya berada dalam satu keluarga,” kata Sangmo, warga Upper Dolpa di Himalaya, Nepal.
Upper Dolpa merupakan sebuah kelompok masyarakat yang membuka jalan antara Nepal dan Tibet. Daerahnya sangat terpencil.
Mereka hidup dengan keterbatasan sumber daya alam. Mereka menggantungkan hidup dengan menggiring yak dengan membawa garam dari Tibert dan Beras dari Terai.
Baca juga: Blak-blakan Mongol Soal Ritual Seks di Komunitas Pemuja Setan di Indonesia
Dalam tradisi poliandri masyarakatnya, mereka percaya kebahagiaan akan datang dengan berbagai cara. Salah satu pelau poliandri di pedalaman Himalaya itu adalah Tashi Sangmo.
Pada umur 14 tahun, ia sudah dijodohkan dengan tetangga. Setelah pernikahan pertamanya, ia juga setuju untuk menikah dengan adik laki-laki suaminya.
Tradisi poliandri dengan menikahi adik lelaki suaminya itu bahkan sudah disepakati saat Sangmo menikah dengan suaminya.
“Dua lelaki kakak beradik pulang membawa uang dan sayalah yang memutuskan bagaimana menggunakannya," kata Sangmo.
“Saya ingin berbagi pernikahan ini dengan adik karena kehidupan akan menjadi lebih mudah bagi kami berdua,” kata Pasang di rumahnya di Desa Simen yang berada di ketinggian 4.000 di atas permukaan laut dan butuh lima hari berjalan kaki dari kota terdekat.
Kini kehidupan rumah tangga mereka telah dikaruniai tiga anak laki-laki. Masing-masing berusia delapan, enam, dan empat tahun.
Praktik poliandri di sana sebagian besar sudah diatur keluarga. Sebuah keluarga akan memilih istri untuk putra tertua mereka dan memberi kesempatan adik-adiknya untuk menikah dengan perempuan yang sama.
Bahkan tak jarang para istri membantu merawat adik-adik suaminya yang di kemudian hari juga akan menjadi suaminya. Masyarakat di sana percaya bahwa poliandri bisa mencegah pembagian harta di antara keluarga.
Namun, praktik poliandri di Himalaya tersebut kini mulai terkikis karena masyarakat telah mengenal kehidupan modern. Kini praktik yang sudah berlangsung seabad itu bertahan hanya di desa-desa terpencil di Himalaya.
Itu dia tradisi poliandri yang masih berlangsung di Himalaya. Masing-masing daerah apalagi negara tentu memiliki berbagai tradisi turun temurun. Tugas kita adalah untuk menghormati dan tidak membenci orang-orang yang melakukan tradisi tersebut.