Langgam.id - Rakik-rakik adalah salah satu tradisi anak Nagari Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, dalam memeriahkan malam takbiran jelang Hari Raya Idul Fitri.
Dalam tradisi itu, rakik-rakik dibuat dari bambu yang dirancang seperti rumah adat. Juga terdapat hiasan miniatur rumah gadang dan masjid yang diberi lampu sebagai penerang.
Suasana makin terasa meriah dan sakral, ketika takbir berkumandang diiringi tambua tansa. Sekali-sekali terdengar dentuman meriam bambu dari rakik yang semakin jauh ke tengah danau, sehingga hanya kelihatan kelap-kelip lampu dari kejauhan.
Camat Tanjung Raya Handria Asmi mengatakan, tradisi rakik-rakik sudah lama dijalankan masyarakat salingka Danau Maninjau. Bahkan sejak zaman penjajahan dulu dan berkembang sampai sekarang.
“Sampai sekarang tradisi itu masih tetap dilestarikan anak nagari setiap tahunnya,” kata Handria, dikutip dari AMCNews, Rabu (12/5/2021).
Menjelang malam takbiran, pemuda setempat membuat rakik bambu yang dihiasi lampu obor dan lampion agar terlihat indah dan megah di perairan danau. Rata-rata setiap rakik menggunakan 20 unit meriam bambu. “Biasanya barakik-rakik mulai pukul 22.00 WIB sampai subuh,” ujarnya.
Saat acara dimulai, rakik-rakik akan berlayar ke tengah danau. Sekali-sekali terdengar dentuman meriam bambu. Itu, menurut para sesepuh, merupakan lambang perlawanan terhadap penjajah. Dentuman meriam bambu itu diibaratkan tembakan meriam terhadap penjajah.
Suasana makin terasa meriah,dan sakral, ketika takbir berkumandang. Pertunjukan tambua tansa di pinggir danau semakin memantapkan acara tersebut.
Dikatakan, kegiatan itu selain untuk melestarikan nilai dan kebiasaan, juga sebagai ajang silaturahmi bagi masyarakat. (*/Ela)