Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Masjid Tuanku Pamansiangan merupakan salah satu masjid tertua di Minangkabau.
Langgam.id - Sumatra Barat (Sumbar) dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki banyak masjid dan musala bersejarah. Bahkan, keasliannya masih terjaga hingga saat ini, salah satunya Masjid Tuanku Pamansiangan.
Masjid Tuanku Pamansiangan merupakan salah satu masjid tertua di Minangkabau yang terletak di Nagari Koto Laweh, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar.
Masjid ini telah berumur ratusan tahun dan sudah ditetapkan sebagai cagar warisan budaya.
Masjid Tuanku Pamansiangan merupakan peninggalan salah satu tokoh Harimau Nan Salapan, yang dikenal dalam peristiwa Perang Paderi (1821-1837).
Harimau Nan Salapan merupakan dewan kumpulan delapan orang tokoh-tokoh Islam yang berbaiat untuk membersihkan umat Islam atau rakyat Minangkabau, karena telah terjadi kemerosotan kehidupan umat Islam di Minangkabau saat itu.
Harimau Nan Salapan terdiri dari Tuanku nan Renceh dari Kamang, Tuanku Lubuk Aur dari Canduang, Tuanku Barapi dari Pasir, Tuanku Biaro, Tuanku Kapau, Tuanku Padang Luar, tuanku Ladang Lawas, dan Tuanku Galung, Tuanku Mansingan yang kemudian diminta menjadi pemimpinnya.
Berdasarkan data Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar, Masjid Tuanku Pamansiangan didirikan sekitar tahun 1870.
Masjid itu terletak di tengah-tengah pemukiman masyarakat. Masjid itu beratap tunggal dan disusun secara bertingkat seperti pada bentuk limas.
Awalnya atap Masjid Tuanku Pamansiangan terbuat dari ijuk, tahun 1903 atap diganti dengan seng.
Dinding masjid itu terbuat dari bambu, tiangnya masjid berjumlah 9 buah, dengan tiang utama berdiameter 64 centimeter, sementara tiang lainnya berdiameter 30 centimeter.
Tiang-tiang masjid tersebut sebagian sudah keropos dimakan rayap. Lantai masjid terbuat dari papan, sebagian sudah diganti dengan bahan baru.
Lalu, jendela masjid berjumlah 6 buah yang masing-masing terdapat ukiran pada bagian atas lengkungnya.
Kolam yang dahulu berfungsi sebagai tempat wudhu terletak dibagian depan, sekarang tempat wudhu sudah ditempatkan disamping kiri (sisi selatan) yang terbuat dari tembok.
Masjid Tuanku Pamansiangan juga memiliki lantai yang tingginya lebih kurang satu setengah meter dan bisa dinaiki melalui lima anak tangga.
Ornamen Masjid
Ornamen masjid Tuanku Pamansiangan, sebagian besar merupakan motif yang terdapat pada ukiran Minangkabau asli. Ornamen tersebut diterapkan pada bagian tiang tiang masjid, jendela, dinding, dan mimbar masjid.
Bentuk dari ornamen yang terdapat pada masjid tersebut antara lain motif ukiran geometris jajaran genjang, atau disebut juga dengan motif tumbuh-tumbuhan yaitu ornamen masjid Tuanku Pamansiangan, bahwa ornamen yang terdapat pada masjid Tuanku Pamansiangan, sebagian besar merupakan motif-motif yang terdapat pada ukiran Minangkabau dan masih asli.
Ornamen tersebut diterapkan pada bagian tiang tiang masjid, jendela, dinding, dan mimbar masjid. Bentuk dari ornamen yang terdapat pada masjid tersebut antara lain motif ukiran geometris jajaran genjang disebut juga dengan saik galamai.
Bentuk tumbuhan, yaitu aka cino, pucuak rabuang, sakek tagantuang, pandan tajulai, sikambang manih, dan bungo. fauna seperti tantadu, kuciang lalok rabuang, sakek tagantuang, pandan tajulai, bungo. Bentuk hewan atau kuciang lalok. Bentuk benda seperti mangkuto.
Selain itu, juga terdapat kaligrafi, dan juga ada kaligrafi yang menghiasi bagian dalam masjid.
Adapun warna warna yang terdapat pada ornamen tersebut di antaranya merah, hijau, putih, dan coklat keemasan.
Fungsi ornamentasi pada masjid Tuanku Pamansiangan, dasarnya yaitu sebagai penghias permukaan atau bidang-bidang pada bangunan tersebut, hal ini sesuai dengan pengertian ornamen itu sendiri yaitu sebagai hiasan yang dibuat pada arsitektur, kerajinan, perhiasan, dan sebagainya.
Adanya penambahan ornamentasi pada masjid Tuanku Pamansiangan telah memberikan nilai estetika tersendiri yang memandangnya.
Baca juga: Mengenal Masjid Tua Sipisang, dari Mitos Hingga Tempat Suluknya Jemaah Naqsyabandiyah
Selain itu, juga memiliki fungsi simbolis dapat ditemukan dalam bentuk ornamentasi berbentuk kaligrafi yang berisikan penjelesan tentang tahun pembuatan masjid serta tahun selesai pembangunannya bagian dalam masjid.
—