Langgam.id - Sumur bor di kawasan Nagari Sungai Tunu, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat (Sumbar) sempat membuncah masyarakat. Pasalnya, sumur itu mengeluarkan api yang berasal dari kandungan gas di dalam tanah.
Baca juga: Sumur di Pesisir Selatan Semburkan Gas dan Api, Dinas ESDM Turun Tangan
Tim dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumbar telah melakukan penelitian ke lokasi. Ternyata, kandungan gas di sumur bor tersebut berasal dari gas metan dan dipastikan tidak beracun. Kemunculan api juga fenomena biasa.
Menurut Kepala Seksi Pengusahaan Air Tanah Dinas ESDM Sumbar, Dian Hadiansah, gas metan merupakan sejenis dari hasil pembusukan dari benda organik, salah satunya bisa seperti dari tumbuhan. Kandungan gas mentan itu sangat wajar serta bukan suatu hal langka.
"Di tempat pembuangan akhir sampah juga ada gas metan. Nah kebetulan, di lokasi kita ini kan dulunya lingkungan pengendapannya rawa, kalau sekarang pantai. Kalau bicara soal geologi, kita tidak bisa bicara sekarang, tapi bicara jutaan tahun lalu," kata Dian kepada langgam.id, Jumat (28/8/2020).
Khusus di sumur bor di Pesisir Selatan, Kata Dian, terdepak lapisan gambut yang berada di kedalaman 100 meter. Diperkirakan, sumber gas metan berasal dari lapisan gambut tersebut yang biasa ada di daerah rawa.
"Faktor adanya api, ya gas metan itu. Ciri khas gas mentan tidak berbau, berbeda dengan belerang. Gas metan ini reaktif terhadap api," jelasnya.
Dian mengungkapkan, sumur bor di Pesisir Selatan itu merupakan fenomena geologi artesis. Artinya, air naik ke permukaan dengan sendirinya tanpa harus dipompa. Air yang bergerak ke permukaan itulah membawa gas metan.
"Oleh karena itu terjadi fenomena di atas air bisa dibakar. Itu karena gas metan tadi. Jadi gas metan bukan tidak berbahaya, tapi tidak beracun. Karena konsentrasi gas itu juga hanya ada di sekitar paralon titik bor, tidak menyebar," ujarnya.
Di kawasan Pulau Jawa, fenomena sumur bor di Pesisir Selatan yang bisa mengeluarkan api ini dikenal dengan istilah atraksi api abadi. Dimana, api keluar terus sampai gas habis. Positifnya, masyarakat tertarik melihat fenomena tersebut.
"Gas metan menghasilkan api jika dihidupkan. Dalam kondisi normal, sumur bor tersebut hanya mengeluarkan air yang mengandung gas metan dengan konsentrasi tidak tinggi," tuturnya.
Dinas ESDM telah menaikkan surat untuk ditujukan ke Bupati Pesisir Selatan. Salah satu poin rekomendasi di dalam surat itu adalah agar menyurati Badan Geologi dari Kementerian ESDM untuk penelitian lebih lanjut.
Dengan turunnya tim ahli geologi bisa memetakan sejauh mana daerah yang dibor di sekitar lokasi menghasilkan gas. "Jadi misalkan ini kita bisa petakan sejauh apa daerah yang dibor menghasilkan gas. Nah, yang bisa melakukan itu adalah badan geologi," tuturnya.
Baca juga: Dinas ESDM: Sumur di Pesisir Selatan yang Semburkan Api Tak Berbahaya
Dian mengatakan, untuk sumur bor di Pesisir Selatan berada sekitar 2,5 kilometer dari bibir pantai. Sumur itu dibor program Pamsimas untuk air bersih masyarakat.
"Kami sarankan untuk ke depannya jauh dari sekitar pantai. Kita tidak tahu berapa luas rawa di sekitar lokasi pada jutaan tahun lalu. Hasil pengeboran saya lihat, ada perubahan pengendapan. Bisa jadi pantai itu dulu adalah rawa. Ini proses geologi namanya," jelasnya.
"Saran menjauhi pantai. Ahli geologi yang mesti meneliti, makanya kami menganjurkan kalau ada pengeboran lagi didampingi oleh ahli geologi. Dan ini kejadian pertama di tahun 2020 pertama. Tahun-tahun sebelumnya juga pernah terjadi di Pasaman," sambungnya. (Irwanda/ICA)