Mengenal Agusli Taher, Maestro Musik Minang yang Berpulang Hari Ini

Langgam.id – Innalillahi wainna ilaihirojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah Bapak AGUS TAHER, Selasa 28 Oktober 2025 pukul 8.30. Kabar duka ini mendarat di banyak grup WhatsApp hari ini, Selasa (28/10/2025).

Agus Taher atau sebenarnya Agusli Taher bukanlah sosok sembarangan. Ia adalah pencipta lagu minang dengan karya sekitar 470 lagu. Produktivitasnya dalam menelurkan lagu Minang, maka penyematan maestro baginya adalah hal kewajaran.

Untuk mengenang beliau, Langgam.id menurunkan ringkasan informasi tentang Agusli Taher karangan Rahmat Irfan Denas yang diterbitkan dalam Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang tahun 2023 silam. Berikut ringkasan informasinya.

Dr. Ir. Agusli Taher, M.S. adalah seorang ahli pertanian yang lebih dikenal dengan profesi “sampingan” pencipta lagu Minang yang produktif. Ia merupakan pendiri perusahaan rekaman Pitunang Record yangtelah banyak mengorbitkan penyanyi ternama di Sumatra Barat. Tercatat telah menggubah sedikitnya 470 lagu, Agusli adalah ahli peneliti pertanian di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sukarami, Solok.

Lahir pada 9 Agustus 1951 di Seberang Palinggam, Kota Padang, Agus sebenarnya tak berasal dari keluarga seniman, melainkan anak seorang petani. Sejak belia, kegemarannya adalah mendengarkan musik dan lagu-lagu. Saat masih berusia 10 tahun, ia sudah mulai memainkan alat musik gitar. Pengalaman pertama Agus di dunia musik bermula ketika dirinya bergabung dengan orkes gamad Ikatan Budi. Saat itu, Agus masih berusia 15 tahun, adalah anggota grup termuda dengan posisi sebagai pemain gitar. Orkes ini sering tampil mengisi acara di Radio Republik Indonesia (RRI) Padang.

Sebagai pencipta lagu, Agus memulai debutnya saat berusia 19 tahun lewat lagu berjudul “Derita Hati”. Awalnya, Agus hanya menciptakan lagu berbahasa Indonesia, terutama lagu pop Indonesia. Ia baru menciptakan lagu Minang pada 1975 setelah termotivasi sukses Yan Juneid yang populer saat itu. Lagu Minang pertama ciptaannya berjudul “Selendang Mayang”, tetapi lagu pertamanya yang berhasil menembus dapur rekaman adalah “Palito Den Lah Padam”. Lagu itu dibawakan oleh penyanyi Asben pada 1975. Sejak itu, nama Agus mulai dilirik.

Syamsi Hasan pada 1977 membawakan lagu ciptaan Agus untuk albumnya. Tak tanggung-tanggung, tujuh dari dua belas lagu yang direkam Syamsi adalah gubahan Agus. Dalam tulisannya, Agus mengenang Syamsi telah berperan “memberikan seberkas kegembiraan yang mampu menerangi kembali jalan berkesenian yang hampir tak akan dilaluinya lagi”. Apresiasi terhadap karyanya mendorong Agus terus menciptakan lagu.

Pada 1980-an, karya-karya Agus mulai mendapatkan pengakuan di tingkat nasional lewat ajang Festival Lagu Minang Populer (FLMP). Dalam FMLP ke-3 pada 1983, lagu ciptaanya berjudul “Pitunang Saluang Nan Hilang” berhasil menyabet juara pertama. Karya ini terpilih sebagai pemenang setelah melewati penjurian oleh Asbon, Nuskan Syarif, Ibu Sud, Rinto Harahap, Titiek Hamzah, dan Syafrial Arifin. Sebelumnya, lagu ciptaan Agus yang lain di ajang FMLP berjudul “Mandeh” dipromosikan oleh Purnama Record dan membludak di pasaran. “Mandeh” begitu populer di Sumatra Barat pada era 1980-an.

Popularitas Agus Taher sebagai pencipta lagu kian menanjak ketika lagunya dibawakan oleh dua penyanyi Minang legendaris, yakni Tiar Ramon dan Zalmon. Tiar Ramon membawakan empat lagu ciptaan Agus, yakni “Diseso Bayang”, “Rinai Pambasuah Luko”, “Paruntuangan”, dan “Langang di Nan Rami”. Lagu “Diseso Bayang” meledak di pasaran. Omzet penjualannya mencapai di atas 100.000 keping kaset. Lagu ini menjelma menjadi lagu wajib dalam hampir setiap ajang festival lagu Minang. Adapun Zalmon menyanyikan tujuh lagus Agus, yang paling terkenal yakni “Nan Tido Manahan”.

Lagu inilah yang mengantarkan Zalmon dan Agus Taher, masing-masing sebagai penyanyi dan pencipta lagu, meraih Anugerah HDX di Jakarta. Dengan penjualan di atas 500.000 kaset, “Nan Tido Manahan” tercatat sebagai lagu daerah terlaris di Indonesia, mengalahkan lagu Sunda yang dibawakan Nia Daniati.

Berkecimpung di dunia kesenian tak lantas membuat Agus mengabaikan dunia akademik. Setelah menamatkan kuliahnya di Fakultas Pertanian Universitas Andalas, ia menyambung S-2 di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S-3 di University of Philippines at Los Banos (UPLB) Filipina untuk jurusan yang sama. Kembali ke Tanah Air, Agus bekerja sebagai peneliti pertanian untuk Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukarami dengan status PNS.

Pada 1995, balai itu berubah nama menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Agus ditunjuk menjadi Kepala BPTP Sumatra Barat yang pertama. Di pengujung kariernya, ia bertugas di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Sumatra Barat. Ia memperoleh Satyalencana Wirakarya dari Presiden Soeharto pada 1995 sebagai peneliti berprestasi di bidang lahan gambut.

Di sela kesibukannya sebagai peneliti, ia tak pernah berhenti menciptakan lagu. Bahkan, Agus bekerja serabutan; sebagai pencipta, produser rekaman, dan pencari penyanyi berbakat. Pada 1991, Agus mendirikan perusahaan rekaman Pitunang Record. Ia memutuskan terjun langsung dalam industri rekaman untuk memberikan kondisi iklim yang baik, terutama dalam memicu terbangunnya inovasi musik, lahirnya album yang lebih berkualitas, dan memberi lebih banyak kesempatan kepada seniman untuk unjuk kebolehan.

Walaupun berhadapan dengan Tanama Record sebagai penguasa pasar, kehadiran Pitunang Record memberikan warna tersendiri bagi blantika Musik Minang dan menginspirasi banyak seniman untuk terlibat dalam dunia rekaman. Telah banyak penyanyi dan pemusik yang diorbitkan di bawah label Pitunang Record yang dinahkodainya, termasuk Zalmon, Anroys, Nedi Gampo, Dessy Santhia, Ferry Zein, Ima Gempita, Ody Malik, dan Febian.

Dalam lagu ciptaannya, Agus mengusung konsep puitisasi lagu, yakni lagu yang tidak bergantung pada pola pantun. Lirik lagu tidak memakai sampiran, tetapi langsung ke isi atau pesan lagu. Jadi, dua baris pertama yang biasanya disebut sampiran, digantikan dengan larik-larik yang ada hubungannya dengan tema lagu.

Lagu-lagu ciptaan Agus beragam baik dari segi genre maupun tema. Pop, dangdut, gamad, dan anak-anak adalah di antara genre yang dibawakannya. Adapun tema lagu-lagu Agus meliputi kisah cinta, lawakan, mars, hingga bencana. Selain itu, lewat lagu, ia mencurahkan kekagumannya terhadap tokoh-tokoh, di antaranya lagu “Selamat Jalan Buya” untuk mengenang kepergian Buya Hamka, “Si Bunian Bukik Sambuang” sekaatan peristiwa tersesatnya Gamawan Fauzi, dan “Arcandra Si Pembuka Mata” yang bercerita tentang Arcandra Tahar.

Untuk almamaternya, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, ia mempersembahkan lagu berjudul “Dian Petani”, yang didengungkan setiap kali perayaan ulang tahun fakultas.

Kiprah Agus di bidang kesenian telah mendapat berbagai pengakuan. Ia beberapa kali meraih penghargaan dari Gubernur Sumbar, yakni Citra Musik (1998), Anugerah Musik (2004), dan Anugerah Tuah Sakato (2008). Di tingkat nasional, ia memperoleh Nugraha Bhakti Musik Indonesia (2005). Bersama dengan seniman lainnya, Agus telah mendorong geliat pertumbuhan industri musik di Ranah Minang. Daerah ini tampil sebagai pusat industri musik rekaman kedua terbesar di Indonesia, setelah Jakarta.

Namun, tidak seperti penyanyi yang membawakan lagu, pencipta lagu jarang mendapatkan ekspos. Hal itu pula yang melatarbelakangi Agus pada 2016 menerbitkan buku kumpulan biografi Perjalanan Panjang Musik Minang. Agus menetap di Kota Padang bersama istrinya, Yunimisnun. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak, yakni Ghita Morinda dan Raymall Ramayon. (RID/YH)

Baca Juga

Penolakan Keras Sertifikat Tanah Ulayat Berembus dari Kaki Gunung Sago
Penolakan Keras Sertifikat Tanah Ulayat Berembus dari Kaki Gunung Sago
40 Nama Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional Tahun 2025, 3 Sosok dari Sumbar
40 Nama Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional Tahun 2025, 3 Sosok dari Sumbar
PSI menunjuk Taufiqur Rahman anak dari Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah atau DPW PSI Sumbar. 
Jadi Ketua DPW PSI Sumbar, Taufiqur Rahman Belum Mundur dari PKS
Gubernur Sumbar Mahyeldi sekaligus Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah PKS Sumbar. Foto/PKS.ID
Anaknya Gabung PSI, Mahyeldi: Itu Urusan Dia 
Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi
Mahyeldi Irit Bicara Soal Anaknya Jadi Ketua DPW PSI Sumbar
Sekuel Kedua “Dirty Vote o3” Dirilis Hari Ini: Membaca Kartu Politik Oligarki lewat “Otot, Otak, Ongkos”
Sekuel Kedua “Dirty Vote o3” Dirilis Hari Ini: Membaca Kartu Politik Oligarki lewat “Otot, Otak, Ongkos”