Mengenal 16 Pahlawan Nasional dari Sumbar, Terbaru Usmar Ismail

pahlawan nasional sumbar

Usmar Ismail [Pixabay]

Langgam.id - Sumatra Barat (Sumbar) banyak melahirkan tokoh dan pahlawan nasional Indonesia. Sebanyak 16 tokoh asal Sumbar ditetapkan sebagai pahlawan nasional sejak 1959 hingga 2021.

Tokoh asal Sumbar yang baru ditetapkan sebagai pahlawan nasional ialah Usmar Ismail. Usmar yang dikenal sebagai Bapak Film Nasional itu akan dianugerahkan gelar pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/11/2021).

Selain Usmar Ismail, berikut ini tokoh asal Sumbar yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional:

1. Mohammad Hatta
Bung Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan wafat di Jakarta pada 14 Maret 1980. Bung Hatta adalah pejuang kemerdekaan Indonesia, konseptor Pancasila dan UUD 1945 sekaligus proklamator kemerdekaan Republik Indonesia bersama Bung Karno.

Bung Hatta ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Kepres Nomor 84/TK/Tahun 2012 tanggal 7 November 2012.

2. Tan Malaka
Tan Malaka yang bernama lengkap Ibrahim Datuk Tan Malaka lahir di Nagari Pandam Gadang, Limapuluh Kota, Sumatra Barat pada 2 Juni 1897. Ia wafat di di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 21 Februari 1949 pada umur 51 tahun.

Tan Malaka digelari Bapak Republik Indonesia, karena adalah tokoh pertama yang memberi nama Republik Indonesia. Tan Malaka ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Sukarno melalui Kepres Nomor 53 Tahun 1963 tanggal 28 Maret 1963.

3. Sutan Sjahrir
Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang pada 5 Maret 1909 dari ayah keturunan Kotogadang, Agam dan ibu seorang bangsawan Melayu keturunan Minang.

Di awal merdeka menjadi perdana menteri, memperjuangkan pengakuan kedaulatan RI sekaligus pencetus pertama politik bebas aktif. Sjahrir wafat pada 9 April 1966 dan langsung ditetapkan Presiden Sukarno sebagai pahlawan nasional melalui Kepres No.76 Tahun 1966 tertanggal 9 April 1966.

4. H. Agus Salim
Haji Agus Salim lahir dengan nama Masyhudul Haq di Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat pada 8 Oktober 1884. Ia adalah sepupu dari ayah Sutan Sjahrir.

Baca juga: 5 Tokoh Perempuan Sumbar yang Tak Kalah Harum dari Kartini

Ia menguasai 7 bahasa asing dan terlibat aktif dalam diplomasi pengakuan kedaulatan RI di awal merdeka baik sebagai menteri luar negeri maupun diplomat.

Haji Agus Salim wafat pada 4 November 1954. Presiden Sukarno menetapkannya sebagai pahlawan pasional pada 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.

5. Abdul Muis
Abdul Muis lahir di Sungai Pua, Agam, pada 3 Juli 1883. Abdul Muis adalah pahlahwan nasional pertama yang dikukuhkan pemerintah Republik Indonesia.

Presiden Sukarno menetapkannya sebagai pahlawan pada 30 Agustus 1959 melalui Kepres No 218 Tahun 1959.

6. Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, pada 1772. Tuanku Imam adalah salah seorang pimpinan Pasukan Padri melawan tentara Belanda.

Di bawah kepemimpinannya kaum Padri berdamai dengan kaum adat dan kemudian bersama menghadapi Belanda. Ia wafat pada 6 November 1864.

Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto berdasarkan Kepres Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.

7. Muhammad Yamin
Muhammad Yamin lahir di Talawi, Sawahlunto pada 23 Agustus 1903. Di awal merdeka sempat menjadi menteri di beberapa departemen.

Yamin wafat di Jakarta pada 17 Oktober 1962. Ia diangkat sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Soeharto pada 6 November 1973 melalui Kepres Nompor 088/TK/Tahun 1973.

8. Rasuna Said
Rangkayo Hj. Rasuna Said lahir di Maninjau pada 14 September 1910. Rasuna adalah pendidik, tokoh politik, pejuang emansipasi sejak zaman Hindia Belanda.

Rasuna Said adalah salah satu pendiri Persatuan Muslimin Indonesia (Permi). Di awal kemerdekaan, Rasuda said mewakili Sumatra Barat di KNIP.

Pada masa perang kemerdekaan, ia terlibat di Front Pertahanan Nasional. Rasuna Said wafat di Jakarta pada 2 November 1965.

Rasuna Said diangkat jadi Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto melalui Keputusan Presiden No. 084/TK/Tahun 1974 Tanggal 13 Desember 1974.

9. Ilyas Ya’kub
H. Ilyas Ya’kub (juga ditulis Ilyas Yacoub) lahir di Asam Kumbang, Bayang, Pesisir Selatan, pada 14 Juni 1903. Ia adalah salah seorang pendiri Persatuan Muslim Indonesia (Permi) yang berjuang menentang politik kolonial Pemerintah Hindia Belanda, sampai dibuang ke Digul hingga Australia.

Ilyas Yacoub ditetapkan sebagai pahlawan oleh Presiden BJ Habibie melalui Keputusan Presiden No. 074/TK/1999 tanggal 13 Agustus 1999.

10. Hazairin
Prof. Dr. Hazairin lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada 28 November 1906. Hazairin anak dari pasangan Zakaria Bahri asal Bengkulu dan Aminah (asli Minangkabau). Ia adalah pakar hukum adat dan pernah menjabat menteri dalam negeri dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo.

Hazairin kemudian menjadi Guru Besar Hukum Adat dan Hukum Islam di Universitas Indonesia dan sejumlah perguruan tinggi. Hazairin wafat di Jakarta pada 11 Desember 1975. Ia dianugerahi pahlawan nasional oleh Presiden BJ Habibie melalui Keppres No. 74/TK/1999 tanggal 13 Agustus 1999.

11. Bagindo Aziz Chan
Bagindo Aziz Chan lahir di Padang pada 30 September 1910. Ia adalah wali kota Padang di masa perjuangan. Diangkat jadi wali kota pada 15 Agustus 1946, setelah sebelumnya menjadi wakil wali kota.

Baca juga:15 Pahlawan Nasional dari Sumatra Barat

Bagindo Aziz Chan gugur pada 19 Juli 1947 ditembak tentara Belanda, jelang Agresi Militer I. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar pahlawan nasional pada 2005 atas jasa-jasanya selama perjuangan ,melalui Keppres No. 82/TK/2005, 7 November 2005.

12. Adnan Kapau Gani
Adnan Kapau Gani Lahir di Palembayan, Agam, Sumatra Barat. AK Gani adalah seorang dokter, politisi dan tokoh militer. Ia pernah menjadi menteri, wakil perdana menteri hingga jadi gubernur di Sumatra Selatan.

Berjuang sejak zaman Hindia Belanda, masuk tahanan di masa Jepang, saat perang kemerdekaan, ia banyak membantu perlengkapan militer melalui penyelundupan dari Singapura.

AK Gani ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007 melalui Kepres No . 066 / TK / Tahun 2007 Tanggal 6 November 2007.

13. Mohammad Natsir
Mohammad Natsir Dt Sinaro Panjang lahir di Alahan Panjang, Solok dari orang tua asal Maninjau, Agam. Ayahnya Idris Sutan Saripado, pegawai pemerintah sempat bertugas di Alahan Panjang dan ibunya, Khadijah.

Natsir pernah menjadi menteri penerangan. Saat memimpin Masyumi di parlemen RIS, Natsir melontarkan mosi kembali ke negara kesatuan. Mosi Integral Natsir itu akhirnya diikuti parlemen dan semua negara bagian sehingga RIS bubar.

Pada 6 Novemver 2008, Presiden SBY menetapkan Natsir sebagai pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 041/TK/TH.2008

14. Buya Hamka
Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) lahir di Nagari Sungai Batang, tepi Danau Maninjau, Agam pada 17 Februari 1908. Buya Hamka adalah ulama besar, pendidik, sastrawan dan pejuang kemerdekaan.

Hamka adalah putra ulama besar Minangkabau Syekh Dr. Abdul Karim Amrullah. Selama hidup ia menulis 94 buku, termasuk Tafsir Al Azhar.

Pada 2011, Presiden SBY mengangkat Buya Hamka sebagai pahlawan nasional, antara lain karena jasanya selama perang kemerdekaan melalui Keppres No. 113/TK/2011, tanggal 7 November 2011.

15. Ruhana Kuddus
Ruhana Kuddus, lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat pada 20 Desember 1884. Ruhana merupakan kakak satu ayah Sutan Sjahrir.

Ruhana adalah wartawati pertama Indonesia dan pendiri Surat Kabar Soenting Melajoe. Ruhana aktif meningkatkan pendidikan dan keterampilan kaum perempuan dengan mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang.

Ruhana wafat di Jakarta pada 17 Agustus 1972. Ruhana Kuddus ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/TK Tahun 2019 tanggal 7 November 2019.

Baca juga: Usmal Ismail, Pahlawan Nasional ke-16 dari Sumbar

16. Usmar Ismail
Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada 20 Maret 1921, atau sekitar seabad yang lalu. Ia adalah tokoh ketiga kelahiran Bukittinggi yang diangkat sebagai pahlawan nasional setelah Bung Hatta dan Prof. Hazairin.

Film sebenarnya hanya salah satu kiprah Usmar Ismail. Ia adalah tokoh yang hampir lengkap. Usmar juga adalah seorang sastrawan, tokoh teater, wartawan, pejuang kemerdekaan berpangkat mayor dan pernah juga duduk di lembaga legislatif.

Lahir di Bukittinggi, Usmar masuk sekolah rendah dan kemudian HIS di Batusangkar. Ia kemudian melanjutkan ke MULO di Padang. Di MULO ini Rosihan mulai bersahabat dengan Usmar. Keduanya, sama-sama melanjutkan sekolah ke Algemeen Midelbare School (AMS) di Yogyakarta. Saat belajar di sekolah ini, Usmar menyutradarai teater pertama kali.

Baca Juga

Permasalahan baru yang menimpa umat Islam yakni terkait daftar nama-nama ustadz kondang yang terdaftar dalam jaringan radikalisme.
Pergeseran Nilai Muhammadiyah Sumbar dalam Politik?
Kepala Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Sumbar, Bayu Aryadhi mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi
BP2MI: Tidak Ada Pekerja Migran Indonesia dari Sumbar di Zona Konflik
BNNP Sumbar Gagalkan Penyelundupan Setengah Ton Ganja di Kabupaten Pasaman 
BNNP Sumbar Gagalkan Penyelundupan Setengah Ton Ganja di Kabupaten Pasaman 
Ahmad Hafidz
Nagari Creative Hub: Penggerak Ekonomi Masyarakat
Sebanyak 14 anggota DPR RI dan 4 anggota DPD RI terpilih asal Sumatra Barat untuk periode 2024-2029 telah dilantik pada 1 Oktober 2024
Harta Kekayaan Anggota DPR dan DPD Asal Sumbar: Mulyadi Terkaya, Cerint Iralloza Terendah
Menteri BUMN Erick Thohir telah menyetujui pengalihan lahan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk pengembangan RSUP M Djamil Kota Padang.
Flyover Sitinjau Lauik Segera Dibangun, Andre: Pemenang Lelang Diumumkan 7 Oktober 2024