Menaikkan Kelas Produk Gambir, Cara Berpihak ke Petaninya

Langgam.id - Gambir merupakan salah satu komoditas unggulan Sumatra Barat. Namun 80% dari produk gambir masih diekspor berupa bahan mentah, sehingga harga lebih ditentukan oleh importir.

Misalnya India. Sebagai negara tujuan utama ekspor, India sangat memperangaruhi harga gambir. Akibatnya maka harga gambir saat fluktuatif dan saat ini berada pada titik nadirnya Rp 20.000,-/kg. Idealnya harga gambir itu sekitar Rp 50.000,-/kg. Jelas ini nestapa petani gambir.

Di sisi lain sebenarnya gambir dapat ditingkatkan jumlah penggunaannya didalam negeri sendiri atau diolah menjadi produk hilir sebelum diekspor. Produk gambir yang masih berpeluang untuk pasar dalam negeri antara lain berupa tepung gambir untuk bahan penyamak kulit dan tepung gambir untuk zat warna pada pembatikan.

Selain untuk penyamakan kulit dan pewarna kain, gambir juga dapat diolah untuk menghasilkan katekin dan tanin untuk pasar dalam dan luar negeri.

Sehubungan dengan peluang-peluang tersebut maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat mengadakan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Diversifikasi Pengolahan Produk Gambir.

Untuk pelaksanaan Bimtek tersebut maka Disperindag Sumbar bekerja sama dengan Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Andalas sebagai instruktur baik untuk penyampaian materi Bimtek maupun untuk praktek pengolahan gambir menjadi berbagai produk.

Peserta Bimtek adalah utusan BUMNag, Asosiasi Petani Gambir, eksportir gambir, pembatik, guru SMK, Petani Pengolah Gambir dan industri rumah tangga dari Pesisir Selatan, 50 Kota dan Agam.

Dalam Bimtek in terlibat langsung Kasie Industri Hasil Hutan dan Perkebunan beserta tim yang diketuai oleh Ikhlas Perdana SE,MM. Prodi TIP membentuk tim yang diketuai oleh Dr. Alfi Asben dan Sekretaris Deivy Andika Permata, MSi. Sebagai Instruktur adalah Prof. Dr. Anwar Kasim disertai anggotanya Dr.cand Sri Mutiar dan melibatkan beberapa mahasiswa. Pada pembukaan dihadiri oleh Ka Dinas Asben Hendri, SE, MM dan penutupan oleh Sekretaris Disperindag Yuldhy Dharma Putra, SH,MSi.

Lampiran Gambar

Kegiatan Bimtek dilakukan untuk 2 angkatan yaitu tanggal 2 s/d 6 November 2021 untuk angkatan 1 dan tanggal 9 s/d 13 November 2021 untuk angkatan 2. Peserta untuk tiap angkatan dibatasi 20 orang. Lama bimbingan untuk tiap angkatan 40 jam dimana 50% untuk teori/diskusi dan 50% untuk kegiatan praktek.

Agar lebih terkoordinir dan fokus maka kegiatan diskusi dan praktek dilaksanakan di kota Padang mulai pagi hingga sore.

Turunan Produk Gambir

Ada 7 kegiatan pada Bimtek Diversifikasi Produk Pengolahan Gambir yaitu pembuatan teh daun gambir, pegolahan gambir asalan menjadi tepung gambir untuk penyamak kulit dan penyamakan kulit kambing menggunakan tepung gambir. Kegiatan praktek berikutnya yaitu ekstraksi tanin dan katekin dari tepung gambir.

Peserta juga mempraktekkan pewarnaan menggunakan gambir dan pembuatan perekat papan partikel dari gambir.

Pada pembuatan teh dari daun gambir disampaikan terlebih dahulu prinsip pengolahan teh dari segi bahan baku, proses pengolahan dan pengemasan. Praktek pembuatan teh dari daun gambir dimulai dari fermentasi dilanjutkan pengeringan dan pengecilan ukuran.

Pada setiap grup yang terdiri dari 5 orang ditargetkan untuk mengakhiri praktek dengan selesainya kemasan teh kotak yang berisi 20 tee bag(teh celup) siap seduh. Kepada peserta juga diinfokan cara memperoleh peralatan pengolahan dan pengemasan sehingga betul-betul siap untuk berproduksi.

Penyamakan kulit masih relatif baru bagi masyarakat Sumatera Barat tidak seperti pada beberapa daerah di Jawa. Industri kulit sudah berkembang maju di Jogya, Garut, Bandung dan Surabaya. Bahan untuk penyamakan kulit ada yang bahan buatan dan ada yang bahan alam.

Pengrajin kulit di Jawa hanya menggunakan bahan penyamak impor seperti mimosa dan quebracho jika melakukan penyamakan dengan bahan alam. Padahal sebenarnya gambir adalah termasuk kedalam bahan penyamak kulit yang dulu banyak digunakan dalam negeri dan dinegara lain.

Sehubungan dengan itu kepada peserta Bimtek diperkenalkan cara pengolahan gambir asalan menjadi tepung, persyaratan mutu dan cara pengemasan tepung gambir untuk keperluan penyamakan kulit.

Penyamakan kulit kambing juga menjadi topik praktek bagi peserta Bimtek. Pada kegiatan diperkenalkan mulai dari bahan baku sampai diperoleh kulit tersamak. Secara ringkas penyamakan dimulai dengan pencucian kulit, penghilangan bulu kulit dengan bahan kimia, pencucian, pembuatan kulit pikel (pengasaman), penyamakan.

Kegiatan sampai kulit kambing tersamak sehingga menjadi kulit yang awet dan dapat dilakukan pengerjaan akhir seperti pelemasan, embosing dan pewarnaan. Peserta antusias sekali karena ternyata penyamakan kulit tidak sulit betul dan harga produk jadinya dapat mencapai ratusan juta.

Tanin dan katekin merupakan 2 senyawa atau bahan yang dapat diekstrak dari gambir. Masing-masing senyawa tersebut berbeda dalam penggunaannya. Tanin sebagai contoh untuk sebagai bahan pewarna sedangkan katekin untuk bahan kosmetik dan farmasi. Katekin relatif mahal dibanding tanin.

Pada Bimtek diperkenalkan cara mengekstrak tanin dari tepung gambir menggunakan air. Setelah campuran air dan gambir dicampurkan lalu disaring maka tanin terlarut dalam air. Larutan tanin kemudian diuapkan sehingga diperoleh tanin sebagai sisa penguapan.

Katekin dapat diekstrak dari tepung gambir dengan menggunakan pelarut etil asetat. Urutan pekerjaannya seperti pada ekstraksi tanin dengan pelarut air.

Pewarnaan dengan gambir dapat dilakukan untuk benang, kain dan kayu. Seperti juga pewarnaan dengan bahan alam lainnya, pewarnaan dengan gambir juga memerlukan bahan tambahan. Bahan tambahan disebut dengan mordan.

Kepada peserta Bimtek disampaikan cara pelaksanaan pewarnaan dengan gambir. Tepung gambir dari gambir asalan dapat langsung digunakan untuk pewarnaan. Pada praktikum dilakukan simultan mordanting atau benda target langsung diwarnai dalam larutan air yang mengandung mordan dan gambir.

Mordan yang digunakan pada praktek ada 3 yaitu kapur, tawas dan tunjung. Tiap mordan akan memberikan efek warna yang berbeda pada benda target. Jika kapur menimbulkan warna merah pada kain maka tawas memberikan warna kuning sedangkan dengan tumjung akan menyebabkan kain jadi berwarna kehitaman.

Akhir Bimtek dipraktekkan persiapan perekat untuk papan partikel. Peserta diberikan kesempatan untuk mempersiapkan seandainya perekat akan digunakan pada pembuatan papan partikel. Campuran utamanya adalah tepung gambir, air, heksamin dan larutan soda api. Soda api fungsinya hanya pengatur pH campuran. pH campuran paling rendah adalah 8 agar reaksi lebih cepat berlangsung atau perekat akan cepat mengeras.

Peserta mengetahui pengaruh perbedaan pH terhadap kecepatan reaksi. Pada pembuatan papan partikel biasanya suhu pengempaan calon papan sekitar 1500C maka sebagai simulasi maka campuran perekat dipanaskan pada suhu yang demikian sehingga terlihat jelas terbentuknya perekat dari campuran yang telah dibuat. (*/)

Baca Juga

Inovasi Pertanian 'Basawah Pokok Murah', Komisi IV DPR Tantang Kementan Perkuat Riset di Sumbar
Inovasi Pertanian 'Basawah Pokok Murah', Komisi IV DPR Tantang Kementan Perkuat Riset di Sumbar
Irigasi Banda Taluak Bawah Tuntas, Petani: Sekarang Sudah Bisa Bayar Kuliah Anak
Irigasi Banda Taluak Bawah Tuntas, Petani: Sekarang Sudah Bisa Bayar Kuliah Anak
Inovasi Pertanian: Pemberdayaan Kader PKK Melalui Pelatihan Hidroponik
Inovasi Pertanian: Pemberdayaan Kader PKK Melalui Pelatihan Hidroponik
Kemandirian Nagari: Dosen FH UNAND Lakukan Pelatihan Perancang Peraturan Nagari di Ulakan
Kemandirian Nagari: Dosen FH UNAND Lakukan Pelatihan Perancang Peraturan Nagari di Ulakan
Petani Pesisir Selatan Harapkan Harga Gambir Stabil Kisaran Rp 30 Ribu
90 Persen Produksi Gambir Dunia dari Sumbar, Pemprov Bakal Siapkan Pergub Tata Niaga Produk Turunan
Faperta UNAND Gelar Konferensi Internasional Bahas Pertanian Berkelanjutan
Faperta UNAND Gelar Konferensi Internasional Bahas Pertanian Berkelanjutan