Menafsirkan Genealogis Orang Minang dari Temuan Ratusan Gambar di Gua Bukit Bais Solok

Menafsirkan Genealogis Orang Minang dari Temuan Ratusan Gambar di Gua Bukit Bais Solok

Gambar cadas di Guo Basurek, Kabupaten Solok. (Foto: Dok. BPCB Sumbar)

Langgam.id - Temuan ratusan gambar cadas di gua di Nagari Bukit Bais, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok, Sumatra Barat, menyibakkan stensilan sosok hingga aktivitas nenek moyang kita di masa lampau.

Gambar klise yang terpahat pada dinding gua berketinggian 691 meter di atas permukaan laut (Mdpl) itu, mengisyaratkan kehidupan masa lalu nenek moyang kita adalah pemburu. Namun apakah sudah menetap atau nomaden, perlu kajian lebih jauh.

Lukisan berbentuk tiang-tiang sepertinya penopang rumah berkolong atau panggung, jelas mengisyaratkan mukim mereka. Namun tentu terlalu dini memastikan, itu adalah bangunan permanen sebagai tempat tinggal.

"Ini bergantung dari kajian motif, bahan dan teknik gambar," kata Guru Besar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia Cecep Eka Permana, Selasa (3/11).

“Tapi bukan rumah bergonjong. Ada tiang-tiang, rumah berkolong atau panggung,” ujar peneliti Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Sumatra Barat yang ikut dalam tim survei, Dodi Chandra.

Menjumput ratusan gambar dan kemudian menginterpretasikan genealogis kita; (konteks Sumatra Barat, dalam artian etnis Minang), irisan yang paling bisa direntangkan adalah simbol-simbol berupa motif yang jamak dijumpai hari ini. Misalnya saja corak belah ketupat yang dikenal dengan saik galamai.

Pola saik galamai berserakan pada rumah gadang tua di ranah Minang. Motif ini pun menghiasi carano; wadah sajian adat. Saik galamai juga sering dijadikan motif memperancak tengkuluk atau selendang.

Dodi mengatatakan, dari deretan gambar yang ditemukan pada 3 panel, ada pola geometris berbentuk belah ketupat yang disebut motif saik galamaik.

Motif saik galamai dalam ukiran Minangkabau mengandung makna kehati-hatian dalam berbuat dan menghadapi berbagai permasalahan. Saik galamai juga melambangkan manusia tidak boleh serakah, terus berusaha dalam hidup, dan selalu hati-hati.

Cecep mengatakan, adanya motif ini mungkin dapat dijadikan 'perahu' menuju 'hulu' genealogi orang Minang.

"Ini memang temuan yg menarik, namun saya belum sempat memperdalam. Tadinya pertengahan tahun ini saya akan lanjut penelitian tahun lalu itu, tapi karena pandemi terpaksa ditunda dulu," ungkapnya.

Penelitian tahun lalu di situs lainnya di Sumbar, sambungnya, berasumsi ini adalah murni temuan gambar cadas pada umumnya.

"Namun dengan melihat motif, bahan dan teknik, serta konteks budaya yang kemungkinan adanya unsur tarekat tadi, diperlukan reorientasi penelitian lagi," bilang Cecep.

Yang dimaksud Cecep adalah tiga situs lainnya di Sumatra Barat yakni di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Tanah Datar yang telah dikunjunginya pada tahun 2018 dan 2019.

Dia mendapati kisah menarik yang dituturkan penduduk dekat situs Lidah Air, Situjuh, Kabupaten Limapuluh Kota.

"Bahwa katanya dulu orang tua menyebut situs itu dengan istilah "surau". Hal itu dikaitkan dengan tempat meditasi tarekat tertentu di Sumbar. Salah satu versinya menyebut dari tarekat Naqsyabandiyah," terangnya.

Motif huruf-huruf (surek) dan manusia menggambarkan lambang-lambang khusus dengan makna yang dalam menurut tarekat itu.

"Sayangnya, saya belum sempat memperdalam ini. Kalau ini benar dan dapat tertelusuri, mungkin perjalanan ke 'hulu' tadi bisa sampai," ujarnya.

Tapi bagaimana pun, menurutnya, temuan lebih dari 160 gambar cadas di gua Bukit Bais, Solok, menambah kekayaan khazanah gambar cadas Sumbar.

Sementara itu, gambar lain yang bisa dijadikan rujukan genealogis orang Minang seperti manusia kangkang, menurutnya,  motif 'manusia kangkang' tersebar luas di nusantara pada masa prasejarah,  bahkan sampai ke masa klasik (Hindu - Budha).

"Manusia kangkang menggambarkan kesuburan," tukasnya.

"Manusia kangkang juga dianggap sebagai lambang nenek moyang yang mempunyai kekuatan supranatural," sambungnya.

Penemuan ratusan gambar yang membiak di dinding gua di Nagari Bukit Bais, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok, bukanlah yang pertama di Sumatra Barat. Sebelumnya sudah ada 4 lokasi yakni di Situmbuak dan Lintau, Kabupaten Tanah Datar, 2 titik di Kecamatan Situjuah, Kabupaten Limapuluh Kota.

Namun, tim periset dari BPCB Sumatra Barat menilai, gambar-gambar di gua Bukit Bais menyemburkan keunikan tersendiri dibanding 4 situs lainnya.

Dari gambar yang ditemukan, juga ada adegan manusia menangkap hewan, yang bersifat potongan gambar seperti alat atau senjata saja,  hewan yang ditangkap. “Ini sebuah cerita (tentang perburuan,” bilang Dodi.

Hipotesa binatangnya adalah anjing dan kuda.

Dimensi lukisan manusianya, kata Dodi, sekitar 10 cm. Dalam hal ini, panel dinding gua mempengaruhi ukuran gambar, sehingga ada selisih 1 cm dari 10 cm.

Penggambaran manusia di gua ini tidak terlalu kentara, bersifat garis-garis, lihatkan tangan, kepala, kaki.

“Kalau menafsirkan perkiraan ukuran manusia waktu itu tidak bisa. Prinsipnya gambar lebih bervariatif, jumlah 160-an pada 3 panel,” katanya.

Sebelumnya, Kepala BPCB Sumbar Teguh Hidayat mengatakan, tim turun survei setelah mendapat informasi dari masyarakat tentang adanya gambar di dinding gua. Gua tersebut dinamakan warga Ngalau Basurek atau Guo Basurek. Gua ini berada di Perbukitan Karst (Bukit Karang), Jorong Tabisu, Nagari Bukit Bais.

“Tim turun untuk mengecek informasi di Kabupaten Solok tersebut. Dalam kegiatan pelestarian dan perlindungan, kita melakukan dokumentasi dan kemudian publikasi,” tuturnya.

Tim BPCB yang turun survei adalah Sri Sugiharta, Ahmad Kusasi, Azwar Sutihat, Yusril, Dodi Chandra dan Purwanto. Tim ini didukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok, pemerintahan nagari, tokoh, pemuka adat dan masyarakat Nagari Bukit Bais.

Berdasar temuan tersebut, BPCB Sumbar mendorong Pemerintah Kabupaten Solok segera menetapkan Gua Basurek sebagai Cagar Budaya. “Hal ini penting dilakukan sebagai pelindungan awal terhadap objek. Hasil observasi menunjukkan bahwa di dinding gua sudah mulai terjadi vandalisme,” tulis tim.

BPCB Provinsi Sumbar akan melakukan kajian yang lebih mendalam terkait Gua Basurek dengan melibatkan instansi terkait dan ahli khususnya ahli lukisan dinding gua. “Kajian yang direkomendasikan adalah kajian nilai penting dan kajian konservasi.” (*/Osh)

Baca Juga

Nagari adalah pembagian wilayah administratif, namun secara mendalam dapat diartikan sebagai institusi pemerintahan tradisional yang menjadi
Jejak Nagari: Evolusi Adat Minangkabau dalam Lanskap Kolonial
Pameran Etnofotografi Karya Bung Edy di Warsawa: Pencak Silat Minangkabau Menjadi Jembatan Diplomasi Budaya
Pameran Etnofotografi Karya Bung Edy di Warsawa: Pencak Silat Minangkabau Menjadi Jembatan Diplomasi Budaya
Bahasa Kita, Identitas Kita: Memperkuat Rasa Cinta Terhadap Bahasa Indonesia
Bahasa Kita, Identitas Kita: Memperkuat Rasa Cinta Terhadap Bahasa Indonesia
Andra Soni berasal dari Kabupaten Limapuluh Kota
Andra Soni, Putra Asal Limapuluh Kota yang Unggul di Quick Count Pilkada Banten
Jalan Terjal Welhendri Azwar Menggapai Guru Besar
Jalan Terjal Welhendri Azwar Menggapai Guru Besar
Pameran Etnofotografi: Pencak Silat Minangkabau sebagai Jembatan Diplomasi Budaya
Pameran Etnofotografi: Pencak Silat Minangkabau sebagai Jembatan Diplomasi Budaya