Mempertanyakan Efek Ekor Jas Anies Baswedan di Sumbar

Pemilihan Umum tinggal menghitung hari. Pesta demokrasi yang menandai babak baru nahkoda kepemimpinan di Indonesia itu, akan diikuti ratusan

Anies Baswedan menyapa masyarakat di Kota Bukittinggi. (Foto: Ist)

Langgam.id - Pemilihan Umum tinggal menghitung hari. Pesta demokrasi yang menandai babak baru nahkoda kepemimpinan di Indonesia itu, akan diikuti ratusan juta orang.

Mereka akan memilih calon Presiden dan Wakil Presiden, serta anggota legislatif dari level kabupaten/kota hingga pusat.

Tak ayal, di Sumatra Barat animo Pemilu juga santer terasa. Sumbar berdasarkan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) memiliki 4 juta lebih Daftar Pemilih Tetap (DPT). Urutan lima terbanyak di pulau Sumatra setelah provinsi Riau.

Selama ini dalam dua pemilu ke belakang (2014 dan 2019), Sumbar dikenal sebagai lumbung suara untuk calon Presiden Prabowo Subianto. Tingginya dukungan terhadap Prabowo turut mengantarkan partai Gerindra meraih suara terbanyak pada Pemilu 2019 di Sumatra Barat.

Tapi belakangan, pada perhelatan Pemilu 2024, secara umum dukungan masyarakat Sumbar terasa beralih kepada calon presiden Anies Baswedan.

Dengan sokongan dari partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Ummat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anies cukup meraih elektabilitas di Sumbar.

Terbukti, hampir di setiap spanduk, baliho, dan alat peraga kampanye dari partai yang tergabung dalam koalisi perubahan itu, ada wajah Anies Baswedan. Hal ini seolah-olah menimbulkan suatu efek yang dikenal sebagai Anies coat-tail effect.

Efek ekor jas atau coat-tail effect adalah istilah umum yang merujuk kepada hasil yang diraih oleh suatu pihak dengan cara melibatkan tokoh penting atau tersohor, baik langsung maupun tidak langsung, melalui suatu perhelatan.

Namun, benarkah diusungnya Anies oleh koalisi perubahan membawa dampak elektoral tertentu terhadap raihan suara di pemilihan anggota legislatif bagi partai? Khususnya untuk meraih simpati masyarakat Sumatra Barat.

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Andalas, Prof Asrinaldi, melihat fenomena efek ekor jas Anies tidak terlalu terlihat di Sumbar. Dalam suatu kesempatan wawancara bersama Langgam.id, Asrinaldi mengatakan justru yang terjadi sebaliknya.

"Jadi kalau dilihat fenomena Anies ini sebenarnya, bukan kekuatan Anies yang akan menaikkan suara dari caleg DPR maupun DPRD. Justru mereka (caleg) yang ikut mengkampanyekan Anies," katanya, Selasa (06/02/2024).

Pria yang biasa disapa Prof. Al itu mengatakan justru para caleglah yang saat ini sedang mengangkat dan menaikkan nama Anies Baswedan.

Ia menjelaskan efek Anies sendiri tidak terasa kepada calon anggota legislatif secara personal. Hanya saja memang, yang muncul itu tingkat penerimaan masyarakat terhadap caleg yang berada di bawah partai-partai pendukung Anies.

"Pada konteks caleg justru tidak jelas dimana posisi Anies itu akan mengangkat caleg-caleg itu. Justru caleg itu sendiri yang coba mempopulerkan anies, dan itu akan menjadi dorongan untuk memilih Anies sebagai calon presiden mereka," kata Asrinaldi.

Berbeda dengan Amerika Serikat, Indonesia menganut sistem multi partai. Di Amerika kata Asrinaldi, dimana hanya ada dua partai besar (Republik dan Demokrat), masing-masing calon Presiden akan mengangkat nama anggota partainya

Sementara di Indonesia ini dengan koalisi sistem multi partai, efek dari ekor jas ini tidak kelihatan kemana arahnya. Apalagi dengan adanya empat partai yang mengklaim Anies.

Walaupun demikian, Asrinaldi berpandangan, PKS adalah partai yang paling bisa memanfaatkan dan menerima hasil dari pencalonan Anies di Sumbar. Itu semua turut disokong oleh mesin partai, jejaring, dan kader PKS yang kuat di Sumbar.

Setelah itu, ia melihat Nasdem juga menerima sedikit manfaat dari majunya Anies sebagai calon Presiden. "Di samping bahwa caleg-caleg nasdem cukup populer dan kebanyakan juga elit lokal yang biasa dikenal oleh masyarakat. Sehingga bisa mempersonifikasikan hal tersebut," ujar Asrinaldi.

Di lain sisi, PKB menurutnya tidak terlalu mendapat efek tersebut. Walaupun Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar adalah calon Wakil Presiden dari Anies Baswedan.

Di Sumbar sendiri kata pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unand itu, PKB lebih banyak di dukung oleh loyalis-loyaslis yang bercirikan Islam tradisional.

Mereka tersebar di beberapa kabupaten/kota seperti Padang Pariaman, Pasaman, Pesisir Selatan, dan sedikit di Agam. Sedangkan secara umum, dengan adanya Muhammadiyah, masyarakat Sumbar lebih bercirikan islam modernis.

Oleh karena itu kata Asrinaldi, PKB tidak terlalu menerima manfaat dari tingginya animo masyarakat terhadap Anies di Sumbar.

Namun Asrinaldi tetap menekankan bahwa efek ekor jas Anies itu tidak akan terlalu terlihat di Sumbar. "Pertama pilihan masyarakat kepada calon presiden berbeda dengan pandangan pilihan anggota legislatif," ujarnya.

"Caleg-caleg yang mempromosikan dan mengklaim mendukung Anies, sehingga berharap rakyat akan memilih mereka, ndak juga, ndak ada hubungannya. Di kita, masyarakat ini sudah ada preferensi caleg masing-masing," sambungnya.

Lanjutnya, bahkan bisa jadi masyarakat memilih Anies sebagai presiden, tapi memilih caleg dari luar koalisi pasangan Amin.

Itu semua menurutnya tidak akan paralel. Sebab, sistem multi partai yang dianut ini menjadikan preferensi masyarakat terpolarisasi. Jadi pilihan kepada presiden bisa jadi berbeda kepada partai maupun calegnya.

"Itu yang membuat agak rumit juga memahami efek ekor jas itu," ucap Asrinaldi. (Haris/yki)

Baca Juga

Langgam.id-Asrinaldi
PKS Cabut Dukungan di Pilkada Dharmasraya, Pengamat: Bentuk Pragmatisme Politik
Menakar Keseriusan Politik Anies Baswedan
Menakar Keseriusan Politik Anies Baswedan
Menakar Kekuatan Calon Wali Kota Padang
Menakar Kekuatan Calon Wali Kota Padang
Paling tidak kita dapat mengetahui partai politik mana yang memiliki mesin politik yang tangguh di akar rumput.
Pilgub: Kotak Kosong atau Head to Head?
Langgam.id-Asrinaldi
Mengembalikan Otonomi ke Daerah
[Republikasi] Cek Fakta: Hoaks, Surat Suara Tercoblos di Sampang Sebelum Pemilu 2024
[Republikasi] Cek Fakta: Hoaks, Surat Suara Tercoblos di Sampang Sebelum Pemilu 2024