Matinya Sains dalam Menghadapi Pandemi Corona

Matinya Sains Menghadapi Pandemi Corona

Ilustrasi virus menyebar di dunia. (Gambar: pixabay.com)

PalantaLanggamMatinya sains dalam menghadapi pandemi korona (Covid-19) dapat terlihat akibat ketakutan dari pemerintah terkait dengan masalah finansial yang akan menjadi bumerang bagi Indonesia. Sehingga pandemi korona ini dianggap sebagai hal yang biasa saja, walaupun sudah membunuh ribuan rakyat di dunia.

Hal yang dapat dilakukan olh petugas medis hanyalah membantu memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga kesehatan dan melakukan social distancing. Tapi tetap saja semua kebijakan berada di tangan pemerintah.

Pada webinar atau diskusi online ,  Selasa, 7 April 2020, yang digagas lapak baca Pojok Harapan, menghadirkan Dr. dr. Arina Widya Murni, Dosen Fakuktas Kedokteran Universitas Andalas. Dengan tema “Matinya Sains dalam Menghadapi Pandemi Korona, Ariana memaparkan pokok-pokok permasalahan penanganan Covid-19.

Ia memberikan sebuah video mengenai virus korona yang dapat ditonton oleh anggota diskusi yang ada di grup. Lalu, Ariana memaparkan materi mengenai virus tersebut. Virus korona ini awalnya hanya terdapat pada binatang.

Namun, pada akhir Desember lalu virus ini mengalami perubahan sifat yang dapat berpindah dari manusia ke manusia. Transmisi dari manusia ke manusia ini belangsung sangat cepat sehingga terjadi pandemi dengan jumlah negara yang terkena virus ini sebanyak 180 negara.

Dalam ilmu kedokteran transmisi yang berlangsung tersebut memang mungkin terjadi karena adanya mutasi atau perubahan sifat dari virus. Awalnya virus korona ini dikatakan mirip dengan SARS, namun kenyataannya berbeda.

Virus korona ini sama sekali belum dikenal dan saat ini sudah mulai ada kekhawatiran jika virus ini dapat bermutasi kembali, sehingga pasien yang positif mengidap virus korona tidak boleh digabung dalam satu ruangan yang sama.

Hal yang ditakutkan adalah terjadi mutasi baru dan akan menyulitkan untuk mengatasinya.

Penularan virus korona sampai saat ini masih dipercaya dapat menular melalui droplet, via droplet saluran pernapasan sepeti batuk dan bersin, berjabat tangan, menyentuh benda atau permukaan yang terdapat virus disana dan ketika menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan.

Menurut Ariana, saat kita bertemu dengan orang yang positif mengidap virus korona, maka apakah kita akan menederita virus tersebut tergantung dengan jumlah virus yang menyerang dan imunitas tubuh kita. Oleh sebab itu, kita harus memiliki barier untuk proteksi.

Kebijakan untuk menggunakan masker merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah penularan virus tersebut.

Seseorang dapat mengandung virus di dalam tubuhnya rata-rata selama 14 hari, namun ada yang mencapai 37 hari. Sehingga saat ini sangat gencar dilakukan upaya berdiam diri di rumah untuk menjaga jarak dan memutus rantai penyebaran virus korona.

Kebijakan untuk tetap berdiam diri di rumah ini masih ada yang belum dilaksanakan oleh beberapa institusi. Hal seperti ini yang seharusnya diadakan pendekatan dan memberikan edukasi terkait dengan rantai penyebaran virus korona.

Melalui keteledoran itu menjadi bumerang bagi Indonesia sekaligus menunjukkan kelemahan Indonesia. Di Indonesia banyak yang ahli serta pakar terkait dengan pandemi yang melanda 180 negara di dunia ini.

Namun, koordinasi yang kurang dan belum sempurna mengakibatkan masyarakat menganggap remeh mengenai pandemi korona ini. Dalam perspektif kesehatan, bila ada wabah penyakit, sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah memberhentikan arus bolak-balik di tempat tersebut.

Akan tetapi, negara tentu memiliki pandangan lain dari sisi finansial, kemampuan mengatasi sandang pangan masyarakat yang dikarantina.

Diskusi online yang dilakukan oleh lapak baca Pojok Harapan ini sangat berguna dan memberikan edukasi bagi masyarakat.

*Sastra Indonesia Universitas Andalas (Bergiat di Komunitas Lapak Baca Pojok Harapan)

Baca Juga

Ratusan mahasiswa Universitas Andalas (Unand) menggelar aksi demonstrasi di depan Pengadilan Negeri (PN) Padang, Senin (11/11/2024).
Mahasiswa Unand Demo PN Padang, Tuntut Percepatan Kasus Korupsi Dana Kemahasiswaan
Rektor Universitas Andalas (Unand) Efa Yonnedi melantik Lusi Susanti sebagai Dekan Fakultas Teknologi Informasi (FTI) periode 2024-2029.
Lantik Lusi Susanti Jadi Dekan FTI, Rektor Unand Ajak Tingkatkan Kualitas dan Akreditasi Prodi
Inovasi Pertanian: Pemberdayaan Kader PKK Melalui Pelatihan Hidroponik
Inovasi Pertanian: Pemberdayaan Kader PKK Melalui Pelatihan Hidroponik
PTUN Padang memutuskan untuk membatalkan Surat Keputusan (SK) Rektor Universitas Andalas (Unand) terkait pemberhentian Khairul Fahmi
Putusan PTUN Batalkan Pemberhentian Khairul Fahmi sebagai Wakil Rektor II Unand
Tak Hanya Internal, Klinik Mediska Padang Milik KAI Berikan Layanan Kesehatan untuk Umum
Tak Hanya Internal, Klinik Mediska Padang Milik KAI Berikan Layanan Kesehatan untuk Umum
Melestarikan Warisan: Pangan Tradisional Sebagai Sorotan di Perjamuan Penting
Melestarikan Warisan: Pangan Tradisional Sebagai Sorotan di Perjamuan Penting