Langgam.id - Nurani Perempuan Womens Crisis Center meminta pihak sekolah dan masyarakat tidak menyalahkan pelajar perempuan soal kasus perkelahian sesama pelajar yang terjadi di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar). Perkelahian ini buntut masalah asmara yang berujung meninggalnya pelajar berinisial FKK (17).
"Gimana masyarakat harus memandang permasalahan ini bukan salah perempuan. Walaupun alasannya memperebutkan perempuan," kata Direktur Nurani Perempuan Women Crisis Center, Meri Yanti dihubungi langgam.id, Minggu (7/2/2021).
Menurut Meri jika dipersalahkan pelajar perempuan, tentunya tidak akan baik bagi psikologisnya. Pihak sekolah dan masyarakat haru memahami itu, sehingga tidak terjadi persoalan baru.
"Kalau tekanan terus menerus, itu akan buruk kepada psikologis dia (pelajar perempuan). Tentunya pihak sekolah harus paham dan lingkungan masyarakat tidak menyalahkan perempuan," jelasnya.
Baca juga: Perkelahian Buntut Masalah Asmara, Seorang Pelajar Meninggal di Bukittinggi
Nurani Perempuan Women Crisis Center menyesalkan anak bawah umur berani menyelesaikan permasalah dengan tindakan kekerasan. Padahal hal tersebut banyak ditemukan oleh orang dewasa.
Apalagi, tindakan tersebut sampai merenggut nyawa seseorang. Meri menilai, banyak faktor membuat anak bawah umur berani mengambil tindakan seperti ini, salah satunya faktor lingkungan dan teknologi.
"Anak-anak ini kan banyak main game pembunuhan, game berkelahi, apakah game online ini sangat berpengaruh ke kejiwaan anak. Sehingga mereka menyelesaikan persoalan dengan kekerasan," ujarnya.
"Memang banyak anak-anak ini sudah sibuk dengan gadget mereka, terus sibuk bermain dan tidak tahu dengan lingkungan sosialnya. Padahal menyelesaikan masalah banyak caranya," sambungnya.
Maka itu, kata dia, peran orang tua dan lingkungan sangat penting dalam mendidik anak. Sehingga seorang anak betul-betul memahami lingkungan sosial di sekitarnya.
"Bagaimana cara keluarga mendidik anak, sehingga anak betul-betul memahami lingkungan sosialnya. Kan ada beberapa kehidupan ada tantangan, sewaktu ada konflik, itu kan kita belajar bagaimana menyelesaikannya," tuturnya.
Sebelumnya, perkelahian antar pelajar ini terjadi pada Sabtu (6/2/2021) sekitar pukul 12.00 WIB. Menurut Kasat Reskrim Polres Bukittinggi, AKP Chairul Amri Nasution, kejadian berawal dari percakapan pesan melalui aplikasi WhatsApp pelaku dengan korban terkait masalah asmara.
"Pelaku berpacaran dengan seorang gadis yang merupakan mantan pacar korban. Pelaku dan korban janjian untuk bertemu di lokasi TKP,” katanya.
Ketika korban bersama temannya sampai di lokasi yang telah di janjikan, korban turun dari motor. Pelaku pun langsung memukul kepala korban menggunakan helm milik pelaku sehingga korban terjatuh ke aspal.
"Perkelahian tersebut sempat di lerai warga yang berada disekitar TKP," jelasnya.
Chairul mengatakan, korban dinyatakan meninggal dunia pukul 18.10 WIB di Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi. Begitu mendapat informasi perkelahian tersebut, TIM Opsnal Polres Bukittinggi bergerak ke lokasi.
Polisi mengamankan pelaku yang masih berusia 17 tahun dan masih masuk kategori anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang kemudian dibawa ke Mako Polres Bukittinggi. (Irwanda/ABW)