Masjid Raya Teluk Bayur, Saksi Peperangan dan Air Mata Keluarga untuk Jemaah Calon Haji

Gencatan Senjata dan Isak Tangis di Suarau Ateh

Masjid Raya Teluk Bayur (Foto: M Arsul/Repro Buku Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia)

Langgam.id - Riuh, gencatan senjata hingga isak tangis bergema di dinding masjid tua yang telah berdiri sejak 1600 masehi itu. Masjid Raya Teluk Bayur atau yang dikenal dengan nama Surau Ateh tersebut didirikan Abdullah, saudagar asal Arab yang juga menjadi pimpinan para santri melawan kompeni yang ingin merebut wilayah Teluk Bayur.

Masjid Raya Tekluk Bayur, awalnya berada di kaki kaki Bukit Air Manis, begitu catatan yang tertulis dalam buku berjudul Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia yang ditulis Abdul Baqir Zein, halaman 67.

Masjid yang sebelumnya berupa surau itu telah didirikan sejak abad ke-17. Namun, bangun yang ada saat ini dan berada di lokasi yang baru di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang merupakan bangunan yang didirikan pada masa penjajahan Belanda, sekitar abad ke-19.

Rumah ibadah yang dikenal dengan nama Surau Ateh itu dibangun kembali menyusul adanya perluasan kawasan Teluk Bayur oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1888.

Awalnya, masjid itu dibangun sangat sederhana, dindingnya terbuat dari kayu, sedangkan atapnya dari daun pua.

Kemudian, 1911 dilakukan pemugaran, dindingnya diganti dengan batu karang dan menggunakan semen dari pabrik semen Indarung.

Bahkan, sebelum adanya pemugaran, masjid itu lokasinya cukup sempit, diapit bukit-bukit yang berjejer. Masyarakat yang ingin beribadah di masjid itu terpaksa harus mendaki, bahkan untuk pelaksanaan salat dua hari raya tidak dilakukan di masjid tersebut.

Catatan Sejarah

Sebagai masjid tua, Masjid Raya Teluk Bayur menyimpan banyak peristiwa bersejarah, salah satunya pertempuran santri pengikut Abdullah melawan kompeni yang berniat menguasai kawasan Teluk Bayur, 1696 silam.

Penyerangan pertama, kompeni masuk melalui Pulau Cingkuak. Namun, berhasil dihalau para santri dan akhirnya mereka pergi.

Tak hanya sampai disitu, penyerangan kedua kembali terjadi. Catatan Abdul Baqir Zein dalam buku Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia itu ditulis kompeni masuk melalui Sungai Beramas. Namun, niat mereka untuk menguasai kawasan Teluk Bayur kembali gagal setelah dihalau para santri.

Kemudian, setelah meminta bantuan dari Pemerintah Hindia Belanda di Batavia, dilakukan penyerbuan ketiga. Kali ini, para santri berhasil dikalahkan, bahkan beberapa catatan, diketahui Abdullah dan para pengikutnya (santri) terbunuh dalam penyerangan ketiga itu. Namun, untuk sumber pasti, tanggal dan tahunnya belum kami dapatkan. Di buku tersebut (Catatan Abdul Baqir Zein) juga tidak tertera kapan peristiwa itu terjadi.

Masjid Teluk Air Mata, Isak Tangis Melepas Jemaah Calon Haji

Tak hanya catatan sejarah pada masa perperangan, Masjid Raya Teluk Bayur juga menjadi saksi bisu melepas dan menanti kedatangan jemaah asal Sumatra Barat untuk menunaikan ibadah haji. Karena memang, Teluk Bayur merupakan menjadi pusat perdagangan dan transportasi laut, termasuk bagi calon jemaah haji yang akan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, setelah adanya perluasan menjadi pelabuhan bongkar muat oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1888.

Setiap musim haji, Pelabuhan Teluk Bayur akan berubah menjadi lautan manusia, mereka datang untuk menjemput dan mengantarkan saudara mereka yang pergi haji.

Di Masjid Raya Teluk Bayur itulah isak tangis mengantar dan menyambut jemaah haji berlangsung. Isak tangis bergema di dinding-dinding masjid tersebut. Sebab, saat itu, diantara jamaah haji banyak yang tidak kembali lagi ke tanah air, mereka datang ke Tanah Suci dan menjemput ajal di sana.

Karena hal itulah, Masjid Raya Teluk Bayur disebut sebagian orang dengan nama Masjid Teluk Air Mata.

Namun, saat ini, hal itu tak terulang lagi. Karena, pada masa orde baru, semua calon jemaah haji dari Sumbar diberangkatkan dari Pelabuhan Polonia, Medan. Dan, sekarang, calon jamaah haji sudah bisa berangkat langsung dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang Pariaman. (*/ZE)

Baca Juga

Volume pengiriman di PT Pos Indonesia Kantor Cabang Utama Padang meningkat hingga 30 persen memasuki awal Ramadan 1446 Hijriah.
Volume Pengiriman di PT Pos Indonesia Padang Melonjak Saat Ramadan
Pertengahan Ramadan, Harga Cabai Turun Signifikan
Pertengahan Ramadan, Harga Cabai Turun Signifikan
Tim Satgas Pangan Polda Sumatera Barat (Sumbar) melalui Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) melakukan pengecekan
Satgas Pangan Polda Sumbar Cek Pendistribusian MinyaKita, Ini Hasilnya
Disdikbud Kota Padang menerbitkan Surat Edaran Nomor: 400.3/15/Dikbud-Pdg/III/2025.Terbitnya SE ini merupakan sebagai langkah
Cegah Tawuran, Disdikbud Padang Terapkan Absensi via Zoom Bagi Siswa Usai Tarawih
Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) kembali melaksanakan program Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idul Fitri (Serambi) 2025.
BI Sumbar Siapkan Rp2,47 Triliun untuk Kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri 2025
Ramadan merupakan bulan yang suci bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selama Ramadan, umat Islam berpuasa dari terbit fajar
Bolehkah Sikat Gigi saat Puasa? Ini Penjelasannya