Oleh: Aldo Matondang
Ketika membaca judul ini, apa yang terlintas di benak pembaca? Padang Mahsyar adalah tempat di mana seluruh umat manusia akan berkumpul, dari manusia pertama (Nabi Adam A.S) hingga manusia terakhir.
Di sana, setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas seluruh perbuatannya selama hidup di dunia. Suasana di Padang Mahsyar digambarkan sangat panas dan melelahkan. Bayangkan, miliaran manusia menunggu giliran untuk mempertanggungjawabkan amal mereka, di bawah terik matahari yang menyengat tanpa tempat untuk berlindung.
Jika kita pernah merasakan antrian di jalan yang macet, di bawah panas terik matahari, tentu kita tahu betapa tidak nyamannya situasi tersebut. Perasaan gerah, lelah, dan frustasi mungkin hanya sebagian kecil dari gambaran suasana di Padang Mahsyar. Kemacetan di Padang Mahsyar, tentu saja, bukanlah kemacetan fisik seperti yang kita alami di jalan raya, tetapi berupa antrian yang amat panjang dan penuh ketegangan.
Di samping itu, dikisahkan, ada seorang pedagang sukses yang semasa hidupnya sering berlaku curang. Ia menipu pelanggan dan meraih keuntungan dengan cara yang tidak jujur. Meskipun keluarganya dan teman-temannya sering menasihatinya untuk bertobat, ia tidak peduli. Ia beranggapan, "Toh, aku ini hanya mencari nafkah seperti orang lain. Jika orang lain bisa kaya, kenapa aku harus rugi?"
Namun, ketika kematian datang, semua penyesalan sudah terlambat. Di Padang Mahsyar, ia berdiri dengan penuh kegelisahan. Seluruh perbuatannya selama di dunia diperlihatkan satu per satu di hadapan Allah SWT. Semua orang yang pernah dirugikan nya muncul sebagai saksi, menuntut hak mereka yang telah ia ambil secara tidak adil.
Allah SWT memerintahkan malaikat untuk memberikan balasan atas amal buruknya. Ia merasakan panas yang luar biasa hingga keringat membanjiri tubuhnya dan menenggelamkannya setinggi dada. Perasaan sesak, takut, dan penyesalan yang mendalam menghantui dirinya. Ia memohon diberi kesempatan kembali ke dunia untuk memperbaiki kesalahannya, tetapi semuanya sudah terlambat.
Pelajaran dari Kemacetan Padang Mahsyar apa sebenarnya? Kisah ini mengingatkan kita bahwa setiap perbuatan, baik kecil maupun besar, akan dipertanggungjawabkan. Dalam ajaran Islam, amal baik akan dibalas dengan pahala, sementara amal buruk akan mendapatkan hukuman, kecuali jika Allah SWT memberikan ampunan.
Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad.SAW menjelaskan bahwa di Padang Mahsyar, matahari akan didekatkan sangat dekat dengan kepala manusia. Setiap orang akan dibanjiri oleh keringatnya sendiri, sesuai dengan kadar amalnya. Ada yang keringatnya hanya setinggi mata kaki, lutut, hingga ada yang tenggelam dalam keringatnya sendiri. Suasana ini menggambarkan betapa berat dan menakutkannya hari itu.
Namun, bagi orang-orang yang ikhlas dalam ibadah, jujur dalam hidup, dan selalu berbuat kebaikan, Allah SWT akan memberikan naungan khusus. Mereka akan terbebas dari penderitaan berat di Padang Mahsyar. Perlindungan ini menjadi hadiah bagi mereka yang menjalani hidup dengan taqwa dan keikhlasan.
Kemacetan di Padang Mahsyar menjadi pengingat agar kita senantiasa memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal amal baik untuk kehidupan akhirat. Dunia ini hanyalah tempat sementara, sedangkan akhirat adalah tujuan kekal.
Seperti pesan malaikat Jibril A.S kepada Rasulullah.SAW, "Berbuatlah sesukamu, tetapi ingatlah bahwa kamu akan mati." Maka, selama masih diberi kesempatan hidup, mari gunakan waktu ini untuk beribadah, menjalankan perintah Allah SWT, dan menjauhi larangan-Nya.
Semoga kita termasuk golongan yang mendapatkan rahmat dan naungan Allah SWT di hari yang sangat berat tersebut. (*)
Penulis: Aldo Matondang (Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi)