Langgam.id – Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso menekankan pentingnya hilirisasi agar Indonesia tidak lagi bergantung pada ekspor gambir mentah dan pasar tunggal seperti India.
Menurut Budi, hal tu membuat nilai tambah gambir menjadi kurang optimal, sehingga hilirisasi perlu dimulai dari sekarang, terutama pada daerah sentra seperti Sumbar.
“Gambir ini memiliki potensi besar jika diolah. Kita ingin ke depan gambir bisa seperti ginseng bagi Indonesia,” ujar Budi saat melepas ekspor 27 ton gambir Sumbar yang dikirim PT Salimbado Jaya Indonesia ke India di halaman Istana Gubernur Sumbar, Selasa (18/11/2025).
Budi mengungkapkan bahwa tren ekspor nasional yang terus tumbuh. Hingga September, ekspor Indonesia mencapai 209 miliar dolar AS atau naik 8,14 persen. Ekspor UMKM tumbuh 48,1 persen, meski kontribusinya baru 4,69 persen.
Untuk mendorong peningkatan itu, terang Budi, Kemendag terus berupaya mempercepat realisasi program UMKM Bisa Ekspor, yang telah memfasilitasi 1.049 UMKM dengan transaksi 130 juta dolar AS hingga Oktober tahun ini.
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengatakan bahwa Sumbar merupakan sentra utama gambir dunia dengan tingkat produksi mencapai 25.818 ton pada 2024.
“Alhamdulillah, Sumbar menyuplai sekitar 80 persen kebutuhan dunia. Namun ekspor kita masih sangat bergantung pada satu negara. Karena itu, kami berharap dukungan Kemendag untuk penguatan tata niaga dan perluasan pasar,” terang Mahyeldi.
Ia menyoroti tantangan ekspor di Pelabuhan Teluk Bayur yang belum optimal melayani komoditas non-CPO. Ia menegaskan komitmen Pemprov untuk memperkuat hilirisasi, termasuk mendorong pengembangan produk olahan seperti sabun dan kopi gambir yang saat ini mulai dikembangkan industri lokal.
Pimpinan PT Salimbado Jaya Indonesia, Sefti Tito mengatakan bahwa produksi gambir Sumbar mencapai 16.000–20.000 ton per tahun.
“Namun persaingan dengan katekin dari kulit mente dan pemurnian domestik mulai menekan pasar gambir mentah sehingga inovasi produk menjadi kebutuhan mendesak,” bebernya. (*/y)






