Langgam.id – Kerusuhan pada 23 September lalu, terjadi di tiga distrik di Kabupaten Jayawijaya. Distrik adalah wilayah yang sama dengan kecamatan. Ketiga distrik adalah Distrik Wamena yang merupakan kawasan pusat kota, kemudian bersebelahan dengan Distrik Hubikiak dan di sisi lain Distrik Wouma.
Lokasi toko para perantau Minang yang menjadi korban terdapat di Distrik Wamena. Sedangkan distrik terparah adalah Distrik Hubikiak. Distrik ini terletak di pintu masuk empat kabupaten di wilayah pegunungan Papua, yaitu Kabupaten Yalimo, Tolikara, Mamberamo Tengah, dan Lany Jaya. Terusannya Tolikara adalah jalur menuju Kabupaten Puncak Jaya.
Berkeliling di Distrik Hubikiak pada Kamis (3/10/2019), deretan toko terlihat telah menjadi puing. Di dalam toko terlihat bangkai kendaraan roda dua. Terlihat sejumlah petugas PLN sedang memperbaiki kabel di tiang listrik. Beberapa TNI menyandang senjata menjaga mereka. Kejadian tersebut menyebabkan travo meledak, sehingga listrik padam hingga kini. Petugas PLN sudang mengganti travo dan mengganti kabel yang rusak karena terbakar.
Sejak kejadian, aliran listrik padam di seluruh Wamena dan sekitarnya. Bahkan listrik di Wamena baru bisa menyala pada Jumat atau hari kelima. Ini disebabkan banyak instalasi yang rusak, bahkan kantor UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PT PLN Wamena juga ludes dibakar massa.
Para pekerja dimandori seorang pria. Ternyata ia orang Minang yang lahir dan besar di Jayapura. Ia adalah Junaedi, kepala bagian Teknik di U3 PLN Wamena. Ia memegang pengelolaan jaringan aliran listrik di Kabupaten Jayawijaya dan beberapa kabupaten sekitar.
Wartawan masih harus berhati-hati memotret dan mengambil video karena terasa kondisi belum begitu kondusif. Jalanan masih terasa sepi, toko-toko rusak masih dibiarkan pemiliknya, meski ada beberapa toko yang tidak terbakar sudah buka dan pemiliknya bukan asli Papua, mereka terlihat sudah tidak khawatir dengan keadaan.
Dari Hubikiak, sejumlah wartawan berkeliling di Kota Wamena. Kantor Bupati Jayawijaya yang sudah menjadi puing. Banyak bangkai mobil dan sepeda motor, termasuk truk Satpol PP. Bangunan yang megah dan besar itu tinggal puing. Juga termasuk beberapa bangunan dinas di sekitarnya. Tiga pegawai yang datang mengais sisa bangunan bercerita tentang kejadian Senin pagi itu. Arsip di kantornya tidak terselamatkan.
Di samping kantor bupati ada Gedung Pertemuan "Ukumearek Asso". Gedungnya baik-baik saja dan digunakan sebagai kantor bupati sementara. Sekaligus, sebagai posko penanganan pengungsi dan dapur umum. Hari ketiga pasca kejadiam atau 25 September 2019 tercatat di posko ini lebih 4 ribu pengungsi. Pada hari kedelapan atau 30 September 2019m pengungsi bertambah menjadi 7.278. Pengungsi bertambah karena para perantau dari kabupaten-kabupaten sekitar juga ikut turun mengungsi ke Wamena karena khawatir.
Pada Kamis, pengungsi tinggal 4.959 orang. Sebagian mengungsi ke Jayapura dan sebagian lagi balik kembali ke rumahnya. Para pengungsi ditampung di 11 titik. Terbesar di dua lokasi, yaitu Markas Kodim sebanyak 2.574 orang dan di Markas Polres 1.450 orang. Sisanya ada yang di gereja-gereja, masjid, kantor DPRD, dan sekretariat paguyuban daerah asal pengungsi.
Di posko tersebut, Bupati Jayawijaya John Richard Banua, Wakil Bupati Marthin Yogobi, Pelaksana Tugas Sekda Tinggal Wusono, Kapolres Jayawijaya AKBP Tonny Ananda Swadaya, dan Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto mengadakan jumpa pers tentang kondisi terakhir penanganan Wamena.
Jumpa pers diikuti wartawan yang sehari-hari di bertugas di Wamena dan juga beberapa wartawan media nasional yang datang ke Wamena.
Bupati mengatakan kondisi sudah makin kondusif. Aliran listrik sedang dipulihkan di wilayah yang masih mati listriknya. Sekolah akan diaktifkan Senin depan, 7 Oktober 2019. Kapolres mengatakan terus melakuakn menyelidikan terhadap pelaku yang terindikasi. Sejauh ini sudah ada tiga tersangka.
Bupati berharap para perantau kembali ke Wamena, berjanji akan membantu membangun toko-toko yang ludes. Bupati juga meminta agar masyarakat tidak terpancing informasi yang tidak jelas sumbernya, termasuk tentang jumlah korban yang simpang-siur.
Ia menjelaskan, seluruh korban meninggal (karena serangan) berjumlah 31 orang. Dua korban lainnya akibat dampak tidak langsung, satu meninggal lemas karena sembunyi di ruangan geset , sedangkan satu lagi karena terjatuh saat lari dan meninggal di rumah sakit.
"Sedangkan warga asal Sumatra Barat yang meninggal 9 orang. Sebanyak 8 jenazahnya sudah kami kirimkan ke Padang dan satu lagi dikuburkan di sini," ujarnya. (Laporan: Syofiardi Bachyul Jb dari Wamena, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua)