Langgam.id - Kucing emas yang terjerat perangkap babi di perkebunan warga di Jorong Sungai Dareh, Nagari Pauh, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar) akhirnya mati. Meskipun tim medis telah berupaya melakukan perawatan, namun satwa langka ini tidak bisa tertolong.
Sebelumnya, kucing emas berusia remaja ini mendapat perawatan di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi. Sebab, saat terjerat perangkap kaki kiri depan mengalami luka parah.
Kabar kematian satwa dengan nama latin catopuma temmincki ini dibenarkan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Erly Sukrismanto. Belum diketahui secara medis faktor kematian kucing emas tersebut.
"Saya baru dapat kabar, kucing emas itu akhirnya mati. Baru hari ini matinya. Ternyata luka di kakinya lumayan berat, dan di tubuhnya," kata Erly dihubungi langgam.id, Kamis (18/6/2020).
Ia menyebutkan, pasca kematian kucing emas ini akan dilakukan rekam medis dan mencari faktor kematian satwa tersebut. Selanjutnya, bangkai satwa itu dikubur segera.
"Tidak diawetkan ya, karena kita juga disarankan begitu. Sebaiknya memang dikubur, karena banyak penyakit di tubuhnya sehingga juga berbahaya," ujarnya.
Kucing emas ini sebelumnya memang sedang menjalani observasi di TMSBK Kota Bukittinggi. Observasi dilakukan untuk melihat perkembangan kondisi kesehatan kaki kucing emas yang terluka.
Menurut Kepala BKSDA Kota Bukittinggi, Vera Chiko, jika tidak kunjung membaik, keputusan pilihan terkahir yang akan dilakukan adalah amputasi kaki kiri depan kucing emas.
"Kakinya terjerat perangkap hampir 10 jam, saat ditemukan juga sudah dikerumuni lalat. Kalau kondisi selama observasi ini semakin memburuk, pilihan terakhir amputasi," ujar Chiko.
Dia mengungkapkan, kucing emas yang ditemukan telah remaja dengan perkiraan usia empat tahun. Satwa langka ini untuk pertama sekali ditemukan di kawasan Kamang Magek.
"Kawasan tempat ditemukannya kucing emas ini memang dekat dengan pemukiman warga dan hutan lindung. Ini pertama kali ditemukan, sebelumnya belum pernah," tuturnya. (Irwanda/ICA)