Kotoran Sapi Lahirkan Cuan

Persoalan pupuk yang dialami saat ini di Indonesia terus menjadi masalah bagi petani yaitu sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, harga pupuk non subsidi yang mengalami kenaikan, sementara harga komodi pertanian tidak stabil.

Persoalan umum tentang pupuk menjadi hambatan bagi petani dalam melakukan budidaya pertanian untuk mencapai hasil yang maksimal. Salah satu usaha yang dilakukan untuk membantu petani dalam memenuhi kebutuhan akan pupuk, dilakukan dengan pemanfaatan kotoran sapi sebagai pupuk kandang atau pupuk organik.

Kotoran sapi, dari namanya saja sudah dipastikan kotor, menjijikkan dan mempunyai bau yang tidak sedap sehingga timbul keinginan untuk membuangnya.

Sehingga tidak heran kalau kotoran sapi sering menimbulkan banyak masalah jika tidak ditangani secara baik dan benar. Selama usaha penggemukan sapi berlangsung akan banyak limbah yang dihasilkan dan tertimbun di sekitar kandang terutama bagi para petani di pedesaan.

Pengelolaan limbah kotoran sapi yang baik sangat perlu dilakukan agar lingkungan menjadi bersih dan tidak menimbulkan penyakit bagi masyarakat.

Oleh karena itu, kotoran sapi tersebut harus diolah dan diproses menjadi bentuk lain yaitu salah satunya pupuk kandang atau pupuk organik, sehingga tidak dibiarkan menumpuk begitu saja disekitar kandang dan diperoleh manfaatnya.

Kotoran ternak merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan. Salah satu jenis budidaya peternakan adalah ternak sapi. Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran sebanyak 10 – 15 kg setiap harinya.

Lingkungan menjadi tempat untuk beraktivitas sehari-hari sehingga lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman sangat mempengaruhi kualitas kegiatan masyarakat.

Kotoran sapi yang belum diolah atau dimanfaatkan langsung dapat menyebabkan kematian atau kelayuan pada tanaman, istilah petani kotoran sapinya panas, karena kotoran sapi mengandung unsur carbon (C) yang lebih tinggi dari unsur nitrogen (N).

Jika C/N rendah maka proses penguraian (dekomposisi) akan terhenti sehingga kotoran sapi telah matang, istilah petani kotoran sapinya dingin, maka baik dijadikan pupuk.

Zat-zat yang terkandung dalam kotoran sapi dapat memperbaiki struktur tanah dan unsur hara tanah jika dilalukan pengelolaan yang baik. Pengolahan limbah kotoran sapi menjadi kompos merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan.

Selain pengelolaannya yang tidak terlalu rumit, metode ini dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi peternak maupun petani.

Kotoran sapi yang dibiarkan begitu saja merupakan sumber masalah bagi lingkungan, namun dengan pengelolaan yang tepat akan menjadi sumber penghasilan bagi petani atau peternak.

Kotoran sapi yang telah diolah menjadi kompos, tidak harus langsung digunakan dalam waktu dekat, tetapi juga dapat disimpan (dikemas) untuk diperjual belikan. Kotoran sapi yang telah diolah menjadi kompos akan bernilai ekonomis, bisa mencapai Rp 2000/kg.

Pupuk kandang yang diperjualbelikan atau yang belum digunakan dalam waktu dekat, bisa dimasukkan/ dikemas dalam karung/ kantong plastik. Biasanya pupuk kandang ini dicampur terlebih dahulu dengan sedikit tanah atau humus dan kapur agar pupuk kandang lebih kering dan gembur dan kualitasnya lebih tinggi.

*Dalam Program Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Skim Membantu Nagari Membangun yang difasilitasi oleh LPPM Unand

Baca Juga

Content Creator For Business : Strategi Efektif Membangun Brand Awareness
Content Creator For Business : Strategi Efektif Membangun Brand Awareness
TANAH ULAYAT TOL PADANG-PEKANBARU
Wacana Penghapusan Insentif Guru Dalam Model Fungsi Utilitas
Tingkatkan Kualitas Program Siaran Televisi di Sumbar, KPI Pusat Sambangi Unand
Tingkatkan Kualitas Program Siaran Televisi di Sumbar, KPI Pusat Sambangi Unand
Raih Cumlaude, Bupati Dharmasraya Resmi Menyandang Gelar Magister Administrasi Publik dari Unand
Raih Cumlaude, Bupati Dharmasraya Resmi Menyandang Gelar Magister Administrasi Publik dari Unand
Menguatkan Petani untuk Adaptif dengan Perubahan Iklim
Menguatkan Petani untuk Adaptif dengan Perubahan Iklim
Perubahan Iklim Merusak jaringan irigasi dan Menggagalkan Panen
Perubahan Iklim Merusak jaringan irigasi dan Menggagalkan Panen