Langgam.id - Direktur Eksekutif Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) WARSI, Rudi Syaf mengatakan, daerah yang tertutup hutan di Sumatra Barat (Sumbar) terus berkurang dalam kurun waktu setahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh penebangan liar yang terus terjadi di berbagai daerah di Sumbar.
Berdasarkan analisis citra satelit yang dilakukan tim WARSI, pengurangan tutupan hutan di Sumbar dalam setahun terakhir mencapai 8.015 hektar. Sementara akumulas ipenurunan tutupan hutan Sumbar dalam periode 2017-2020 adalah seluas 31.367 hektar.
“Penurunan tersebut termasuk kecil jika dibandingkan daerah lain seperti Riau dan Jambi. daerah dengan penurunan tutupan hutan tertinggi setahun terakhir berada di Mentawai yang berkurang sebesar 7.458 hektar,” ungkapnya.
Ia menyebut, berkurangnya kawasan hutan yang tertutup pohon di Sumbar terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya adanya izin baru untuk perusahaan logging, pembukaan perkebunan, kebakaran lahan, penebangan liar (illegal logging), hingga pertambangan emas liar yang dilakukan di kawasan hutan lindung di beberapa daerah di Sumbar.
“Tambang Emas Tanpa Izin (PETI) tersebar di berbagai daerah di Sumbar, terbanyak ada di Kabupaten Solok, Solok Selatan, dan Dharmasraya,” sebutnya.
Hal ini menyebabkan kerusakan ekologi lingkungan berupa bencana alam, seperti banjir bandang dan longsor yang terjadi hampir di seluruh daerah di Sumbar. Dampak lainnya adalah terjadinya perubahan iklim akibat dari berkurangnya luas hutan.
Salah satu ciri-ciri perubahan iklim yang dapat dilihat saat ini adalah perubahan musim hujan dan musim kemarau yang tidak sesuai lagi dengan kalender musim. “Masyarakat belum melihat dampak perubahan iklim ini secara langsung, padahal ini sudah terjadi namun secara bertahap, tidak terjadi secara tiba-tiba, ini yang harus disadari,” pungkasny.(Farhan/Ela)