Langgam.id - Hilangnya Ramli di rimba Nagari Tanjung Barulak, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, berselimutkan magi. Peladang yang hilang sehari semalam ini, dipercaya ada intervensi (urang) bunian.
Ramli yang diperkirakan berusia di atas 70 tahun, kemarin siang, hilang di kawasan ladangnya di Talago Batuang, sekitar Puncak Rage, Nagari Tanjung Barulak. Setelah dilakukan pencarian besar-besaran oleh warga Tanjung Barulak, Ramli ditemukan begitu saja di kawasan Gantiang Larak, Jorong Baliak Baringin, Rabu (7/10), sekitar pukul 09.30.
Saat ditemukan oleh sekelompok pencari dengan pimpinan Pakiah Darmawan, Ramli berpenampilan seperti normalnya orang dari ladang.
Pakaian serta perkakasnya tetap sama seperti kemarin, yakni menyandang tas, golok di tangan, kaki ditutupi bot, dan menjunjung kulit manis.
"Rombongan dari Balik Baringin mencari pagi tadi dua gelombang. Rombongan pertama tak menemukan Ramli. Lalu berangkat rombongan kedua sekitar 7 orang, dengan pimpinan Pakiah Darmawan). Lalu di Gantiang Larak, ketemu Ramli seperti orang dari ladang," jelas Arizal.
Lokasi ditemukannya Ramli sekitar 3 km dari Talago Batuang. Mereka yang menemukan pertama kali, tak tahu Ramli keluar dari mana, atau jalan dari arah mana. Tiba-tiba sudah ada saja di hadapan mata.
Lokasi dia ditemukan bukanlah akses utama menuju ladangnya. Akses ke ladangnya, sebut Wali Jorong Baliak Baringin Arizal, adalah melalui Laman Tuo, Jorong Padang Langgo. Jalur tersebut digunakan oleh orang-orang bila ingin ke bukit Puncak Rage, baik berladang maupun berburu.
Alhasil, semua itu menimbulkan teka-teki, mengaitkan hilangnya Ramli ulah dari makhluk gaib alias bunian.
Sebab, Ramli bukanlah orang pertama yang hilang di perbukitan Tanjung Barulak yang bersisian dengan wilayah Pariangan dan Rambatan di timurnya. Sebelumnya, ada juga yang hilang di sekitar Puncak Perumahan, kawasan yang menyimpan misteri sampai saat ini; dugaan bekas mukim kuno, dan adanya kedudukan raja, serta lesung yang bernama lasuang rajo.
Syafrizal Sutan Mangkuto Basa, urang tuo (sering didaulat pemimpin ritual atau pawang) Tanjung Barulak, turut serta dalam pencarian semalam. Ia menegaskan, hilangnya Ramli memang disembunyikan bunian. Leluhur bunian di rimba Tanjung Barulak dipanggil dengan Inyiak Rajinah.
"Di bukit (dia) ada, di kampung pun ada Ada nan jahat, ada yang tidak. Pastinya harus diperiksa dulu (saru) apakah yang menyembunyikannya yang baik atau jahat," bilang Syafrizal yang biasa dipanggil Mangkuto Yuang Api.
Semalam, dia terlibat dalam pencarian dengan melibatkan sekitar 70 warga. Ia termasuk dituakan sehingga menjadi pimpinan anggota inti yang berjumlah sekitar 4 orang. Anggota inti maksudnya, mereka yang diberi beban untuk menyambung komunikasi dengan bunian setempat.
Artinya, dalam pencarian tersebut Syafrizal menyaru bunian keturunan dari Inyiak Rajinah tadi dengan ayat-ayat tertentu, sembari menyerakkan kemenyan yang dipanggang. Kehendak yang disampaikan tentu saja minta Ramli dipertemukan dengan mereka.
Persis sekitar Ngalau, dekat Talago Batuang, sekitar pukul 23.00 WIB, cerita Syafrizal, saat Inyiak Rajinah dan keturunannya dipanggil, ada yang menjawab dengan samar-samar, "..... oh... dia ada di sini..."
Namun, sebut Syafrizal, meski mendengar dan kemudian Ramli juga mengaku kalau ada cahaya senter serta nampak orang banyak, apa yang diinformasikan bunian mengenai keberadaan Ramli, tak terlihat oleh mereka.
"Di Ngalau dekat Talago Batuang, cerita malam itu, oleh Pak Ramli bilang nampak mencari, tapi kita tidak melihat dia," ujar Syafrizal.
Baginya kejadian ini dipastikan ada intervensi bunian. Apalagi, dia melihat fisik Ramli saat ditemukan nanar. Oleh sebab itu, dia menyarankan Ramli segera diobati. Kemudian, area perbukitan Tanjung Barulak segera digelar ritual untuk menjalin silaturahim dengan bunian di sana.
""Kadang kita ke bukit, oleh karena rimba bertaut, kita tidak mengenal diri," tukasnya.
Ritual yang dimaksud Syafrizal sebenarnya digelar sekali setahun di dua titik di Nagari Tanjung Barulak. Ritual yang disebut dengan Doa Sumarak Padang tersebut dihelat pada bulan Rabiul Awal. Sekarang sudah bulan Safar, sehingga ketetapan waktu ritual sejatinya sudah dekat.
Sumarak Padang beberapa edisi terakhir, Syafrizal didaulat sebagai pawang yang bisa berkomunikasi dengan makhluk gaib.
Sekilas tentang Sumarak Padang yang digelar tiap tahun, persisnya bulan Rabiul Awal. Ritual ini dilakukan oleh masyarakat secara komunal dengan nuansa adat dan agama (Islam).
Ada sajen berupa darah, batih, daging kambing, rokok, lemang, telur, dan nasi dalam delapan mangkok daun, yang kemudian ditata, dan Syafrizal membaca mantra dan doa, serta membakar kemenyan.
Pada sebuah batang pohon, dimana Syafrizal naik ke atasnya, termasuk sajen tadi, dia mengucapkan mantra seperti ini: Oiii, japuiklah rasaki ko aa (oii, jemputlah rezeki ini). Oiii, Inyiak Rajina, Datuk Rajo Gagau, japuiklah rasaki ko aa (Oii, Inyiak Rajina, Datuk Rajo Gagau, jemputlah rezeki ini)“....
Setiap sekali menyeru, ia juga berdoa kepada yang maha kuasa. Sedikitnya ada tiga kali menyeru dan memanggil dua makhluk halus itu dan ditutup dengan doa.
“Sumarak Padang itu ritual untuk makhluk halus, mahkluk halus di bukit ini. Istilahnya gaib. Jadi kita percaya kepada gaib. Gaib ini sekali–sekali menampakkan rupanya. Berbentuk dia. Menyerupai manusia, tapi ukurannya kecil. Tapi munculnya tidak sering. Ia juga memelihara orang perimba,“ kata Syafrizal.
Terlepas dari mistik rimba Tanjung Barulak, pancarona pemandangan hal lain yang tidak terbantahkan. Di beberapa titik, mata telanjang dengan leluasa menikmati keindahan lanskap utuh Danau Singkarak. Di putar kepala mengarah timur dan utara, maka sajian yang sungguh menakjubkan lainnya adalah Tri Arga: Gunung Marapi, Singgalang dan Tandikek.
Di kejauhan juga tampak jelas Gunung Talang. Selain itu, di Puncak Parumahan, yang disinyalir dulunya sebuah tempat istana raja, sangat menarik ditelusuri artefak dan kesejarahannya.