• Masuk
  • Daftar
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Langgam.id
  • BERITA
  • KHAS
  • PALANTA
  • KOLOM
  • BERITA
  • KHAS
  • PALANTA
  • KOLOM
Langgam.id
Home Berita

Kisah Dorce Gamalama Jadi “Anak Jalanan” dari Jakarta hingga Mandiangin Bukittinggi

Redaksi
16/02/2022 | 20:20 WIB
A A
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Hidup Dorce Gamalama semasa kecil tak begitu beruntung, hidup di jalanan untuk dapatkan uang.

Dorce Gamalama. (Foto: IG Dorce @dg_kcp)

Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Hidup Dorce Gamalama semasa kecil tak begitu beruntung, kerap hidup di jalanan untuk bisa mendapatkan uang.

Langgam.id – Kehidupan Dorce Gamalama dengan nama asli Dedi Yualiardi Ashadi memang berat sejak kecil. Usia setahun yatim piatu, hidup tak karuan hingga jadi anak jalanan demi mendapatkan uang untuk makan.

Dalam buku Aku Perempuan, Jalan Berliku Seorang Dorce yang diterbitkan Gagas Media dengan cetakan pertama Juli 2005 dikisahkan, sejak kecil Dorce sudah terbiasa hidup mandiri.

Baca Juga

Profil Silvio Escobar, Juru Gedor Anyar Semen Padang FC

Menyinggahi Bangunan Bekas Pabrik Obat di Sitinjau Lauik: Terbengkalai, Terkenal Angker

Di buku itu Dorce bercerita ketika ia telah pindah ke Jakarta, lingkungan tempat tinggalnya tidak begitu bersahabat, sehingga ia lebih senang di luar daripada di rumah.

Dorce yang hidup di tengah-tengah keluarga yang ramai, bahkan satu rumah kecil sampai dihuni 15 orang merasa terkucilkan.

“Emak (nenek Darama) yang paling mencintaiku, dia yang paling khawatir setiap kali aku bertingkah dan tetap ngeyel dengan kerasa kepalaku,” ujar Dorce dalam buku itu.

Meskipun demikian, lingkungan tempat ia tinggal tak seperti cinta Nenek Darama. Dorce kerap merasa selalu sendiri dan terbiasa dengan kesendirian.

Dijelaskan Dorce, ia pernah merasakan hidup sebagaimana anak-anak lainnya waktu kecil, namun itu sangat langka ia dapatkan.

Dorce mengaku, semasa kecil hidupnya lebih banyak bekerja untuk mencari uang daripada bermain sebagaimana anak-anak seusianya.

Ketika menginjak usia Sekolah Dasar (SD), Dorce merasa sekolah hanyalah tempat pelarian dari “kebisingan” rumah yang ia dihuni bersama nenek dan belasan kerabatnya yang lain.

Dorce juga kerap pindah-pindah sekolah, mulai dari SD Kartini, pindah ke SD Petejo. Lalu, pindah lagi ke SD Salmin.

“Di sekolah, aku tak seperti anak-anak yang lain, diantar dan dijemput orang tua, juga tak ada dibawakan bekal,” jelas Dorce.

Dorce pagi sekolah di SD Salmin, dan sorenya ia akan bekajar agama di sekolah Al-Wasliyah. Namun, semua itu tak ia lakoni dengan sungguh-sungguh.

“Aku merasa puas jika sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Aku hanya berpikir untuk bisa bekerja di salon, juga tak punya cita-cita seperti kawan-kawan yang lain, ingin jadi presiden, dokter, arsitek dan lainnya,” ucap Dorce.

Dorce kecil itu kemana-mana selalu berjalan kaki, juga tak ada uang saku yang diberikan keluarga. Bahkan, ketika akan pergi ke sekolah, ia malah terhenti di jalanan.

Saat itulah, sekolah Dorce pindah ke jalanan, ia hidup dari lampu merah ke lampu merah, menjajali koran milik temannya dari mobil ke mobil.

Terkadang ia juga menjual permen, makanan kecil, minuman dan rokok milik pedagang asongan yang juga merupakan temannya di jalanan.

Tak hanya sampai di situ, demi mendapatkan uang untuk makan, Dorce juga kerap mencari pekerjaan lain, sebagai pencuci piring di warteg-warteg.

“Kadang kerap juga diusir sebelum saya minta pekerjaan. Kerja (mencuci piring) juga jarang mendatangkan duit, kerap diupah dengan sebungkus nasi,” ungkapnya.

Selain itu, menurut Dorce, ia juga pernah menjual mainan anak-anak. Namun, itu tak berlangsung lama, sebelum terjual, dagangannya habis diambil anak-anak lain, dan Dorce tak bisa melawan.

Bahkan, Dorce juga pernah bekeja sebagai pembantu di rumah orang. Tapi, ia tak dibayar dengan alasan kerjanya tidak beres.

Semakin hari, hidup Dorce yang menumpang di rumah bibinya juga tak baik. Sehingga ia dipulangkan ke Bukittinggi.

Saat pulang ke Bukittinggi, Dorce masih duduk di kelas 3 SD. Ia tinggal bersama kakaknya, Dasmin.

Meski telah pindah kota, kehidupan Dorce tak jauh beda dengan di Jakarta, ia juga tak begitu tertarik untuk sekolah.

Setahun di Bukittinggi, Dorce lebih banyak menghabiskan waktunya di Mandiangin. “Di sana aku menghabiskan waktu, menikmati musik dan bermain dengan anak-anak pasar,” katanya dalam buku itu.

Meskipun telah setahun di Bukittinggi, Dorce tak merasa bahagia, ia ingin kembali ke Jakarta, karena ia beranggapan di sanalah rumahnya.

Setelah menjalani hidup selama setahun di Bukittinggi, Dorce kabur ke rumah pamannya di Padang. Namun, nasib berkehendak sama.

Di Padang, Dorce juga pernah melakoni pekerjaan kasar, seperti mengangkut pasir, karena di rumah paman, ia tak merasa nyaman.

Lalu, di Padang, Dorce juga pernah berjualan tebu, agar-agar, telur asin hingga pisang goreng.

Kemudian, April 1972, Dorce mendapat kabar neneknya sakit di Jakarta, sehingga ia berusaha untuk bisa menemuinya.

Jalan panjang dan usaha Dorce membuahkan hasil, ia bisa ke Jakarta dengan bantuan seorang ibu-ibu. Naik kapal selama tiga hari, dan akhirnya sampai di Jakarta.

Tapi, saat sampai di Jakarta, kabar duka yang ia dapatkan, neneknya meninggal dunia. Saat itulah, hidup Dorce semakin terombang-ambing, hingga ia kenal dengan Titiek Puspa, dan kerap main ke rumah artis yang tenar pada masa itu.

Dari sanalah, Dorce memulai karirnya di dunia musik.

Baca juga: Dorce Gamalama Anak Tentara yang Lahir di Solok Yatim Piatu Sejak Usia Setahun

Kini, Dorce Gamalama hanya tinggal kenangan, ia teah pergi untuk selamanya.

—

Dapatkan update berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini dari Langgam.id. Mari bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update, caranya klik https://t.me/langgamid, kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags: Dorce GamalamaDorce Gamalama MeninggalTitiek PuspaUtama
BagikanTweetKirim

Baca Juga

Seluruh Korban Pikap Jatuh ke Laut di Padang Ditemukan Meninggal

Seluruh Korban Pikap Jatuh ke Laut di Padang Ditemukan Meninggal

29/05/2022 | 15:10 WIB
Andre Rosiade: Proyek Vaksin BUMN Jangan Sampai Rugi

Andre Rosiade: Proyek Vaksin BUMN Jangan Sampai Rugi

29/05/2022 | 14:56 WIB
Sertijab di Polres Agam.  (Foto: Dok. Polres Agam/tribratanews.sumbar.polri.go.id)

Waka, Kasat Reskrim dan 1 Kapolsek di Polres Agam Berganti

29/05/2022 | 11:42 WIB
Petugas Basarnas sedang mencari korban. (Foto: Basarnas Padang)

Kronologi Mobil Pikap Terjun ke Laut di Padang: 3 Orang Hilang, 2 Selamat

29/05/2022 | 10:51 WIB

Discussion about this post

Terpopuler

Bangunan bekas pabrik obat di Sitinjau Lauik hanya beroperasi selama 9 bulan. Bangunan yang berdirinya 1988 itu juga disebut angker.

Menyinggahi Bangunan Bekas Pabrik Obat di Sitinjau Lauik: Terbengkalai, Terkenal Angker

27/05/2022 | 10:03 WIB

Profil Silvio Escobar, Juru Gedor Anyar Semen Padang FC

28/05/2022 | 08:49 WIB
Wali Nagari di Solok yang Berbuat Asusila hingga Video Beredar Dicopot

Wali Nagari di Solok yang Berbuat Asusila hingga Video Beredar Dicopot

25/05/2022 | 13:15 WIB

Semen Padang FC Datangkan Striker Naturalisasi Asal Paraguay Silvio Escobar

27/05/2022 | 17:15 WIB
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Jajaran Pengurus PORBBI Sumbar yang diketuai Verry Mulyadi memprotes PORBBI Riza Falepi.

Kisruh PORBBI di Sumbar Disebut Ada Tandingan yang Didirikan Riza Falepi

28/05/2022 | 19:22 WIB
Langgam.id

Berita  •  Khas  •  Palanta  •  Kolom

Ikuti Kami

Copyright 2019-2021 PT. Langgam Digital Nusantara | All rights reserved.

Tentang  •  Kerjasama & Iklan  •  Pedoman Media Siber  •  Ketentuan Privasi  •  Indeks 

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • BERITA
  • KHAS
  • PALANTA
  • KOLOM
  • Masuk
  • Daftar

Copyright 2021 PT. Langgam Digital Nusantara | All rights reserved.

Selamat datang

Silakan masuk ke akun anda

Forgotten Password? Daftar

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In