Kembangkan Surau dan Sasaran Sebagai Subjek Wisata, Film “Ke Surau, Aku Kembali” Mulai Diproduksi

Langgam.id - Sejak pertengahan November ini film berjudul “Ke Surau, Aku Kembali” mulai diproduksi.

Film fiksi ini berkisah soal perjalanan seorang pemuda ke surau-surau tua di Agam, Payakumbuh, dan 50 Kota. Setelah kembali dari perjalanan itu, ia lalu  berupaya menghidupkan kembali Surau di Kampungnya.

Sutradara film, Adi Osman menyebut film ini dibuat karena mulai terlupakannya nilai-nilai sejarah yang ada pada surau (dan sasaran). Surau kini lebih cenderung menjadi tempat ziarah saja.

“Hal penting dari surau dan sasaran ialah bagaimana kondisi dan relevansinya dengan kultur hari ini. Meskipun pada dulunya merupakan tempat menghasilkan orang-orang "besar" dari Sumatra Barat, hari ini hanya menjadi situs ziarah orang-orang,” kata Adi pada wartawan.

Karena itu, Adi menggarisbawahi bahwa, selain sebagai tempat ziarah, surau juga harus dilihat kembali sebagai suatu tempat berkembangnya berbagai macam ilmu pengetahuan sepanjang ia relevan dengan masa kini.

“Film yang tengah diproduksi ini mencoba mencari peluang dan relevansi surau dan sasaran hari ini, bagaimana "situs ziarah" itu dikelola dan bagaimana sejarah dan sistem pendidikannya bisa menjadi pengetahuan penting di masa sekarang,” lanjut sosok yang juga dikenal sebagai kritikus film ini.

“Kita dan tim sudah di beberapa lokasi di Agam dan 50 Kota, dengan melibatkan aktor lokal serta sumber daya lokal lainnya,” pungkas Adi.

Surau dan Sasaran SebagaI Subjek Wisata 

Selain sebagai situs ziarah, surau hari ini juga mulai dilihat sebagai situs wisata. Hanya saja, paradigma pariwisatanya masih belum tepat. Sutradara S Metron Masdison mengatakan selama ini Surau dan Sasaran dipandang sebagai objek wisata belaka, bukan subjek wisata.

“Padahal seharusnya Surau dan Silek itu menjadi subjek wisata. Maksudnya, ia tidak hanya jadi tontonan wisata yang pasif, namun juga bisa menjadi ruang untuk belajar mengenai banyak sekali hal,” ujar Metron saat ditemui di sela-sela produksi film “Ke Surau, Aku Kembali”.

“Ibarat mata air, surau dan sasaran adalah tempat yang tak akan kering-kering ilmunya jika kita timba,” tambah sutradara yang dikenal luas juga sebagai budayawan serta pegiat seni pertunjukan ini.

Metron pun berharap dengan dijadikannya surau dan sasaran subjek wisata, maka ia bisa berkembang lebih jauh menjadi wisata religi sekaligus wisata edukasi histori serta mengandung unsur adventure.

Hal senada diucapkan oleh juga Buya Zuari Abdullah. Penulis buku-buku mengenai silek dan sasaran ini mengatakan pada awalnya surau dan sasaran adalah tempat dimana sistem pendidikan klasik Minangkabau dikembangkan.

Praktisi silek itu juga mengatakan bahwa pendidikan karakter ala Silek merupakan kearifan lokal yang telah ada jauh sebelum diperkenalkannya pendidikan ala Barat lewat sekolah-sekolah modern.

“Kita bisa melihatnya dalam berbagai ungkapan, mamangan, atau pada nilai-nilai filosofis Silek tradisi itu sendiri”, ungkap sosok yang kerap disapa Buya Zuari itu saat diwawancara.

Lebih jauh lagi, Buya Zuari juga menekankan tentang hubungan tak terpisahkan antara surau dan sasaran.

Aktivasi Surau dan Sasaran

Wacana untuk menghidupkan kembali surau dan sasaran memang mengemuka akhir-akhir ini. Tanpa surau dan sasaran yang aktif, maka tidak akan wisata dengan surau dan sasaran sebagai subjeknya.

Pada Juni 2022 lalu, hal itu juga diperbincangkan dalam Musyawarah Tuo Silek di Payakumbuh. Salah satu kesimpulan dari musyawarah yang dihadiri oleh lebih dari 60 tuo silek se Sumatera Barat itu, ialah penguatan kembali surau dan sasaran.

Ketua Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI Sumbar), Supardi, yang merupakan salah satu sosok kunci dalam musyawarah tersebut, juga menekankan hal yang sama.

Saat membuka Musyawarah Tuo Silek itu, Supardi mengatakan, salah kunci utama pelestarian dan pengembangan silek tradisi adalah surau dan sasaran.

"Surau dan sasaran merupakan hal yang tak bisa dipisahkan. Surau sebagai tempat mengaji, dan sasaran sebagai tempat mengaplikasikan kaji tersebut, harus kembali dikuatkan," kata Ketua DPRD Provinsi Sumbar dari Fraksi Gerindra ini.

Film “Ke Surau, Aku Kembali”, ini merupakan persembahan Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat. Selain film fiksi, dinas yang sama juga tengah menyiapkan sebuah film dokumenter soal surau dan sasaran.

Baca Juga

Pabaruak, Film Terpilih Fesbul Bertemakan Kearifan Lokal Minangkabau Diputar di Kota Padang
Pabaruak, Film Terpilih Fesbul Bertemakan Kearifan Lokal Minangkabau Diputar di Kota Padang
Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah meresmikan Surau Sydney Australia. Ini merupakan surat pertama milik orang Minang di luar negeri
Gubernur Sumbar Resmikan Surau Pertama Milik Orang Minang di Luar Negeri
Soenting Melajoe: Film Perdana tentang Roehana Koeddoes, Pahlawan Nasional dan Wartawati Pertama Indonesia
Soenting Melajoe: Film Perdana tentang Roehana Koeddoes, Pahlawan Nasional dan Wartawati Pertama Indonesia
Salah satu daerah di Sumbar terpilih menjadi lokasi syuting film Palm's Oil Love yang akan diproduksi oleh Yayasan Bentang Merah Putih.
Libatkan Aktor 2 Negara, Agam Akan Jadi Lokasi Syuting Film Palm's Oil Love
Saiyo Sakato, Nasi Padang dan Poligami
Saiyo Sakato, Nasi Padang dan Poligami
PW Muhammadiyah Sumbar saksikan Gala Premiere Film Buya Hamka
Gala Premiere Film Buya Hamka, Ketua PW Muhammadiyah Sumbar: Inspiratif dan Layak Ditonton