Langgam.id – Jalan penghubung vital antara Nagari Tanjuang Barulak dengan tiga jorong di Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, kini rusak parah dan memerlukan perbaikan segera.
Akses jalan yang biasanya dapat dilalui kendaraan roda empat kini hanya bisa dilewati kendaraan roda dua setelah longsor besar menghantam kawasan tersebut pada pertengahan Mei 2024. Kondisi ini berdampak serius pada aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat setempat.
Longsor yang menggerus jalan tersebut terjadi akibat bencana galodo (banjir bandang) yang menyebabkan sebagian besar badan jalan ambles.
Menurut keterangan warga, longsoran itu semakin memburuk dari waktu ke waktu, hingga akhirnya separuh badan jalan hilang.
Salah satu warga Jorong Guguak Nyariang, Ilham Fadillah (24), memberikan kesaksiannya terkait bencana tersebut.
“Awal longsor terjadi sekitar pertengahan Mei, saat bencana galodo melanda. Di bawah jalan itu ada pohon durian yang sebelumnya menahan tanah agar tidak longsor. Namun ketika pohon itu tumbang, tanah pun ikut ambles dan jalan di atasnya runtuh ke bawah,” ujar Ilham kepada Langgam.id, Selasa (8/10/2024).
Ilham menambahkan bahwa jalan ini sebelumnya menjadi jalur penting bagi warga untuk beraktivitas, baik dalam keperluan ekonomi maupun sosial. Namun, kini jalan itu hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.
Masyarakat pun terpaksa membangun jembatan sementara dari batang pohon kelapa melalui swadaya, karena jalan ini merupakan satu-satunya akses bagi warga di Jorong Guguak Nyariang.
“Kondisi sekarang semakin buruk. Longsornya sudah makin melebar, dan titik longsor tepat di bawah jembatan sementara. Sekarang, mobil sudah tidak bisa lewat lagi,” lanjut Ilham.
Ia mengatakan, bahwa jalan yang longsor ini menghubungkan Nagari Tanjuang Barulak dengan Nagari Bungo Tanjuang, dan menjadi jalur vital bagi tiga jorong.
Yaitu, Jorong Pucabuak di Nagari Tanjuang Barulak, serta Jorong Guguak Nyariang dan Jorong Kapuah di Nagari Bungo Tanjuang. Meski terdapat jalan alternatif, warga harus menempuh perjalanan yang jauh lebih lama.
“Ada jalur lain, tapi butuh waktu tambahan sekitar 40 menit untuk sampai ke kampung kami jika dibandingkan dengan jalur yang longsor ini. Ini jelas memperlambat aktivitas sehari-hari kami,” kata Ilham.
Tidak hanya itu, dampak ekonomi akibat kerusakan jalan ini sangat terasa. Sebagian besar warga Jorong Guguak Nyariang mengandalkan usaha pembuatan kerupuk, dengan bahan baku yang diambil dari Pariaman. Akses distribusi yang terhambat membuat biaya operasional meningkat dan memperlambat laju perekonomian warga.
“Bahan baku kerupuk yang kami dapatkan dari Pariaman jadi terlambat masuk. Ini berdampak besar pada ekonomi warga, karena harus mencari jalur alternatif yang memakan biaya lebih tinggi,” jelas Ilham.
Selain itu, warga juga mengeluhkan kondisi jembatan sementara yang rawan ambruk, terlebih jika intensitas hujan terus tinggi. Beberapa warga bahkan sudah mengalami kecelakaan saat melintas di jembatan darurat tersebut.
Melihat kondisi jalan yang semakin parah, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Tanah Datar telah turun langsung ke lokasi untuk meninjau kerusakan.
Menurut Ilham, tim dari PU sudah beberapa kali datang untuk melakukan pengukuran dan meninjau kondisi jalan, namun hingga saat ini belum ada tindakan konkret yang dilakukan.
“Waktu pertama kali jalan ini longsor, orang PU sudah datang dan melakukan pengukuran. Tapi sampai sekarang tidak ada tindakan. Curah hujan yang terus tinggi menyebabkan jalan ini makin runtuh,” katanya.
Baru pada minggu ini, tim dari Dinas PU kembali mengunjungi lokasi dan memberikan janji akan melakukan perbaikan paling lambat akhir tahun 2024. Mereka menyebutkan bahwa dana yang dialokasikan untuk perbaikan sementara hanya sekitar Rp54 juta, dan akan difokuskan untuk pembangunan jembatan baru.
“PU bilang, dana yang tersedia hanya cukup untuk membuat jembatan sementara. Kalau untuk membangun ulang dengan menimbun jalan, anggarannya tidak cukup. Diperkirakan biayanya sekitar Rp150 juta jika ingin memperbaiki jalan sepenuhnya,” jelas Ilham.
Masyarakat setempat berharap perbaikan dapat segera dilakukan, mengingat jembatan darurat yang ada saat ini diperkirakan tidak akan bertahan lama. Jika curah hujan terus tinggi, warga khawatir jembatan itu akan ambruk dalam waktu dekat.
“Kami sangat berharap pemerintah kabupaten segera memperbaiki jalan ini. Jembatan sementara yang dibuat oleh warga mungkin hanya bisa bertahan sebulan lagi jika hujan terus turun. Jalan ini sangat penting karena merupakan jalur ekonomi bagi masyarakat,” tegas Ilham. (yki)