ISI Tampilkan Opera Malin Nan Kondang

Berawal dari tahun 2019 suatu wabah di Kota Wuhan, China, akrab di dengar dengan sebutan virus corona. Siapa sangka, akibat penyebarannya yang begitu cepat, virus ini dengan mudahnya menjangkit hampir keseluruh dunia. Bahkan hanya dalam waktu beberapa bulan status virus ini sudah masuk pada tingkat pandemi.

Sudah beranjak satu tahun pandemi ini meresahkan, segala kegiatan yang melibatkan banyak orang dilarang dan dihentikan sementara demi pemutusan mata rantai penyebarannya. Mulai dari kegiatan belajar mengajar, pertunjukkan kesenian, bahkan diawal masa pandemi kegiatan perkantoran sempat dihentikan sementara, dan segala macam kegiatan itu beralih menggunakan sistem daring.

Dunia kesenian merupakan salah satu bidang yang terdampak akibat pandemi ini. Dilarangnya perkumpulan orang banyak membatasi gerak kesenian mulai dari produksi, hingga proses mendapatkan apresiasi.

Oleh karena itu banyak dari pelaku-pelaku kesenian harus memutar otak sekuat tenaga untuk bertahan di era-era sulit seperti ini. Institusi pendidikan bidang kesenian, organisasi kesenian, bahkan hingga pelaku seni perorangan.

Salah satu yang mungkin dapat sedikit menolong adalah dengan melakukan penampilan-penampilan kesenian secara virtual. Seperti acara lomba FLS2N yang diadakan secara online, ajang pencarian bakat dangdut secara online, bahkan ujian-ujian dibeberapa institusi kesenian diadakan secara online.

Namun sekarang mulai beranjak pada status new normal. Semua kegiatan mulai kembali dilakukan namun masih ada protokol kesehatan yang mesti dijalankan. Para penggiat seni dari kampus ISI Padang Panjang telah berhasil menampilkan karyanya di tengah keadaan new normal ini.

Penampilan Opera Minangkabau dengan judul "Malin Nan Kondang" yang ditampilkan di Anjungan Seni Idrus Tintin Pekanbaru, menjadi bukti suksesnya para penggiat seni di status new normal ini. Pertunjukan ini menafsirkan ulang cerita Malin Kundang dan melahirkannya dalam bentuk lakon baru, yang kemudian diberi tanjuk "Malin Nan Kondang".

Oleh sebab itu, Opera Minangkabau ini merupakan salah satu upaya untuk menelusuri seni garapan atau kreasi baru yang berbeda dari kosepsi opera pada umumnya, namun tak terlepas dari dasar opera itu sendiri.

Muhammad Iqbal adalah pemeran utama opera ini, beliau adalah seorang penari kelahiran Solok 23 tahun silam.

Menurutnya inilah pengalaman pertamanya dalam berakting di teater modern. Selain penari ia juga dikenal sebagai pemain randai yang handal. Kepiawaian nya dalam bidang ini meyakinkan Yesriva Nursyam, koreografer dalam karya ini.

Beliau adalah koreografer tari yang sangat produktif di kampus ISI Padang Panjang. Selain produktif ia juga memiliki segudang prestasi baik tingkat Sumbar maupun Nasional. Untuk mengisi musik dalam karya ini beliau dibantu oleh Al Falah. Beliau adalah komposer dan pemusik yang dikenal sebagai pecinta instrumen tradisional Minangkabau.

Berkat kecintaannya itulah beliau berhasil tour ke berbagai negara untuk menampilkan keahliannya. Naskah karya ini ditulis oleh Edi Susisno. Pria kelahiran Wonogiri yang terkenal sebagai penggiat penulisan lakon, beliau pernah mementaskan tulisannya sendiri sejak duduk di bangku perkuliahan.

Wen Hendri, adalah salah satu generasi baru dalam pengembangan teater tradisional Minangkabau di ISI Padang Panjang, disini beliau berperan sebagai sutradara dan bahkan ikut langsung di dalam pementasan. Dan swandi adalah pimpinan produksi dalam karya ini. Beliau bersama tim sukses untuk membawa Opera Minangkabau ini tampil di Anjungan Seni Idrus Tintin Pekan Baru.

Berikut sinopsis Opera Minangkabau : "Malin Nan Kondang"

Hari itu, Malin Kundang galau. Pikirannya berkecamuk merenungi nasibnya yang tak berubah. Ia dan Mandehnya memang tak pernah kelaparan tetapi hati Malin berontak: jika saja ia kaya, pasti akan dapat memenuhi semua keinginan mandehnya dan Nilam kekasihnya. Maka Malin pun berbulat hati untuk memutuskan merantau. Setelah mendapat restu dari mamaknya, Malin pun berangkat menuju ke Malaya. Malin pun mendapatkan pekerjaan pada sebuah perniagaan rempah-rempah, yang dimiliki seorang wanita bernama Puan Hamidah. Ternyata, setelah setahun bekerja Malin telah sanggup meningkatkan penjualan rempah-rempah diusaha Puan Hamidah hingga berlipat-lipat. Puan Hamidah pun jatuh hati atas kejujuran dan kerja Malin. Hingga suatu saat Puan Hamidah pun, menyatakan isi hatinya bahwa dirinya jatuh cinta pada Malin. Sayang sekali, Malin menolaknya dengan tegas dengan dalih: ia hanya mencintai Nilam.

Sesaat setelah Malin pulang kampung. Malin pun meradang, terlebih setelah mamaknya menceritakan sikap Mandehnya yang telah menganjurkan Nilam untuk menerima tawaran Datuk Kayo, seorang saudagar kaya raya yang seusia ayahnya, yang menginginkan Nilam menjadi istrinya. Hal itu memang telah disengaja oleh orang tua Nilam, demi mendapatkan pertolongan Datuk Kayo dari kebangrutan usaha yang dialaminya. Malinpun menemui Mandehnya. Terjadilah pertengkaran antara Malin dan Mandehnya, tetapi Mandeh tetap kukuh pada pendiriannya, Malin harus meninggalkan Nilam. Sebaliknya pula Malin tetap pada pendiriannya untuk menikahi Nilam. Iapun pergi dari rumahnya untuk mencari keberadaan Nilam, Mandeh meradang memandangi kepergian Malin. Saat itulah mamak Malin datang untuk menasehati dan mengingatkan Mandeh tentang cinta Nilam dan Malin yang tak mungkin di padamkan. Mandeh pun terhenyak pada kesadaran, bahwa cinta sejati memang tidak akan bisa direbut dan digantikan dengan kenyamanan dan kemewahan apapun.

Tafsir ulang cerita rakyat Malin Kundang itulah yang pada akhirnya dilahirkan dalam bentuk lakon baru, yang kemudian diberi tajuk "Malin Nan Kondang". Lakon Malin Nan Kondang diharapkan dapat berimplikasi pada formulasi penanggungan yang kebih kreatif, di mana latar peristiwa, tema, dan interaksi antar tokoh dalam teks cerita dapat dijadikan wahana yang sangat terbuka dalam usaha menemukan makna baru, bukan hanya sebagai kritik atas penampilan atau sajian yang baru dalam bentuk opera Minangkabau.

*Mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas

Tag:

Baca Juga

60 Perupa dari 5 Negara Bakal Pameran di Padang
60 Perupa dari 5 Negara Bakal Pameran di Padang
Langgam.id - KSNT kembali menggelar festival seni Pekan Nan Tumpah dengan mengusung tema Pandemi Hahahihi, Lain Sakit Lain Diobat.
Pandemi Hahahihi, Lain Sakit Lain Diobat Karya Komunitas Seni Nan Tumpah
Langgam.id - Syekh Haji Adam BB merupakan seorang ulama terkemuka asal Padang Panjang yang tercatat hingga pertengahan abad ke-20.
Mengenal Sosok Syekh Adam BB, Ulama yang Juga Pandeka dari Padang Panjang
Pasar Seni Payakumbuh 2022: Mempromosikan Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal
Pasar Seni Payakumbuh 2022: Mempromosikan Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal
Gelar Karya Budaya di Padang Panjang, Sejak Pertunjukan Hingga Diskusi
Gelar Karya Budaya di Padang Panjang, Sejak Pertunjukan Hingga Diskusi
Seniman Asal Sumbar Gusmen Heriadi Gelar Pameran Tunggal Ke-10 di Yogyakarta
Seniman Asal Sumbar Gusmen Heriadi Gelar Pameran Tunggal Ke-10 di Yogyakarta