Langgam.id - Hari terakhir pameran naskah/manuskrip kuno Minangkabau di GOR M Yamin, Payakumbuh, dikunjungi ratusan pelajar dari berbagai sekolah di Payakumbuh, Selasa, 17 Oktober 2023.
Para pelajar bahkan mengantri dengan tertib menunggu giliran agar bisa masuk ke lokasi pameran dengan tema “Memajang Memori Bangsa: Menuju Ingatan Kolektif Dunia” itu.
Guru-guru pendamping juga tampak antusias, berbincang dengan staf-staf BPK Wilayah III Prov Sumbar atau dengan anggota SuRi—lembaga konservasi naskah yang terlibat dalam pameran.
Mereka tampak berbincang mengenai isi naskah, jumlah, serta motif-motif batik yang dikembangkan dari iluminasi-iluminasi (hiasan) naskah-naskah tersebut.
Dengan rendah hati, Arifin Akbar, mengaku selama ini tidak menyangka adanya ribuan naskah yang tersebar di Minangkabau. Ia hanya tahu beberapa kitab yang ditulis ulama besar seperti Hamka.
Lewat pameran inilah ia, yang awalnya hanya terfokus pada Naskah Tuanku Imam Bonjol, akhirnya mafhum bahwa juga ada ulama-ulama lainnya Minangkabau di masa lalu yang mewariskan kekayaan intelektual dalam bentuk kitab, di samping lewat tuturan.
“Selama ini Minang lebih dikenal dengan tradisi tuturan, nah ini ternyata juga sangat banyak karya tulis. Sangat banyak malah, saya juga baru sadar,” lanjut guru kelas 6 di SDN 51 Payakumbuh itu, Selasa, 17 Oktober 2023.
“Dan naskah-naskah ini bukti konkritnya, bahwa ternyata pendahulu kita sadar betul dengan literasi dan ilmu pengetahuan,” tambahnya.
Dengan berkunjung ke pameran, ia berharap anak-anak didiknya tidak hanya mengenal khazanah naskah kuno Minangkabau namun juga mewarisinya.
Memang di hall GOR M Yamin ditampilkan puluhan koleksi berharga manuskrip kuno Minangkabau karya ulama serta cendekiawan dari abad 17-19 yang telah dikonservasi dari berbagai tempat di Minangkabau, seperti surau-surau atau Rumah-rumah Gadang.
Di luar itu, masih banyak naskah yang tersebar, selain 1.235 bundel yang telah dikonservasi. Sebagiannya telah direstorasi dan didigitalisasi sejauh ini. Ini belum termasuk naskah-naskah yang masih tersebar di banyak tempat di Minangkabau.
Untuk wilayah Kab Limapuluh Kota saja, berdasarkan keterangan dari Apria Putra dalam diskusi di hari ketiga pameran, saat ini saja ia bersama teman-temannya telah mengumpulkan 350 manuskrip berupa kitab dan sekitar 100 naskah kuno. Itupun belum semua berhasil mereka himpun.
Pelajar SD Pius Payakumbuh juga tampak asik melihat-lihat koleksi manuskrip. Mereka mematut-matut penuh tanya koleksi-koleksi tersebut. Tumiarti, guru SD Pius yang mendampingi mereka mengatakan kegiatan ini sangat edukatif dan bermanfaat.
“Luar biasa. Untuk guru seperti saya, untuk murid-murid saya, berguna sekali. Terutama untuk mengenal karya-karya masa lalu,” katanya.
“Banyak pengetahuan baru, tentang Imam Bonjol apalagi,” katanya saat diberitahu bahwa Tuangku Imam adalah sosok yang pada dasarnya tidaklah ‘sebrutal’ gambaran dalam sejarah resmi malahan lebih mengutamakan dan mencintai perdamaian.
Ermita, guru dari SMP 7 Payakumbuh yang juga pandangan sendiri terkait pameran. “Menarik. Membuka ingatan kita akan kebudayaan di masa lalu yang selama ini ternyata ada dan tersimpan dalam naskah-naskah ini,” katanya.
“Murid-murid nanti akan selalu ingat, tidak akan mengabaikan lagi, termasuk saya sendiri, warisan berharga ini,” katanya sambil berharap pengetahuan-pengetahuan dalam naskah-naskah itu nantinya bisa dikembangkan oleh murid-muridnya di masa depan.
Sementara Destra Tri Arman yang juga berada di lokasi pameran, mengatakan merasa misinya dinasnya untuk mengenalkan arsip, dalam hal ini manuskrip, ke masyarakat luas terutama generasi muda.
“Saya sangat bahagia sekali melihat antusiasme murid-murid dan guru kita,” kata Kabid Deposit Pengembangan dan Pelestarian Bahan Pustaka Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Prov Sumatera Barat itu.
“Semoga masyarakat kita makin sadar arsip, terutama pelajar-pelajar kita,” tutupnya.
Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan di Intangible Heritage Festival (ICHF) 2023 yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat bekerjasama dengan Ketua DPRD Prov Sumbar, Supardi.
Dalam pameran juga dilibatkan instansi terkait seperti Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumbar, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Prov Sumbar, dan SuRI (Surau Intelektual for Conservation). (*/Fs)